Wah ternyata dia menolakku bukan karena aku yang canggung, ataupun ndak pernah juara. Dia menolakku karena aku ndak idiologis, apa yah maksudnya. Aku juga bingung, apa yang dimaksud idiologis? Idiologis,,,,
Ujianpun datang, dan kami di sekolah melaksanakan ujian dengan tenang. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Beberapa minggu kemudian pengumuman ujian dilaksanakan, dan aku ternyata lulus begitu juga dengan dia. Tapi aku masih bertanya – tanya, apa itu idiologis. Hingga perpisahann tiba, kami berpisah dan kita tidak pernah bertemu lagi.
Memendam tandatanya memang sangat menyiksa. Namun selalu saja ada jalan terbuka jika kita bersungguh – sungguh. Akhirnya aku lagi – lagi masuk ke perguruan tinggi swasta lagi. Aku memang bukanlah juara dalam hal ini. Tapi perasaanku sudah mulai tertata dengan keadaan ini. Meskipun begitu, sepertinya ini adalah tempat terbaik yang aku temui. Aku memang tidaklah juara tapi aku beruntung saat ini. Di sini aku menemukan jawaban atas pertanyaan terbesarku selama ini. Pertanyaan yang jika aku bisa pecahkan maka aku bisa bernafas dengan lebih lega. Dan ternyata memang benar. Sungguh perkataan gadis SMA yang anggun telah merubah hidupku ini. Karena dialah kini aku menjadi terpacu untuk menemukan kebenaran. Disini aku menemukan sesuatu hal yang berbeda dengn hal – hal yang biasa aku temui sebelumnya. Ternyata menjadi manusia yang idiologis itu adalah pilihan yang sangat luar biasa. Kini semua teman – teman kuliahku adalah manusia yang idiologis. Ternyata dengan menjadi idiologis itu kita menjadi manusia yang penuh visi dan misi. Kini aku tidak terjebak pada kekuranganku lagi. Dan jalan menjadi juara yang sesungguhnya kini telah terbuka. Dengan menjadi idiologis, aku menjadi pemuda yang visioner, pemuda yang tidak malu – malu lagi dalam hal kebaikan, dan aku sekarang tidak lagi memikirkan kekuranganku, aku lebih fokus pada kelebihanku. Wah benar – benar luar biasa, kini aku menjadi semakin suka padanya meski tidak pernah bertemu lagi. Karena dialah yang telah memicu pemikiranku untuk dapat berubah menjalani jalan yang sesungguhnya.
Dengan jiwa yang idiologis, kini aku juga lebih bisa menata pemikiranku dan perasaaku. Aku merasa benar – benar ada di bumi ini. Dan aku sekarang bisa membuat kedua orangtuaku bangga. Yang menjadi keinginanku selama ini adalah ibuku agar segera sembuh dari penyakitnya itu. Jujur aku selalu sedih jika mengenang keadaan ibuku, dan ayahku juga aku merasa kasihan. Tapi aku sekarang merasa yakin bahwa suatu saat nanti pasti keyakinanku dan doaku akan terkabul. Karena aku sekarang bukanlah aku yang dulu. Juara sekarang bukanlah juara yang dulu. Kini juara bukanlah lagi pecundang, juara akan benar – benar menjadi juara.
Lulus kuliah, aku menjadi lebih percaya diri. Aku kini telah memiliki berbagai hal yang membanggakan. Dan yang terpenting saat ini adalah aku sudah menjadi idiologis. Sekarang aku ingin mencari tahu tentang kabar gadis impian yang telah lama tak berjumpa. Setelah lama mencari tahu sana – sini, akhirnya kudapatkan juga alamat yang kucari. Ternyata dia tinggal di daerah yang sedikit terpencil namun bersih. Rumahnya terlihat rapi dengan tatanan bambu – bambu menghiasi dindingnya. Kulihat dirinya sedang duduk di beranda dengan memegang buku bacaan yang sedang dia baca. Aku segera mendekat menuju kerumahnya. Setelah melihatku, dia segera masuk ke dalam rumah. Aku ucapkan salam, kemudian keluarlah seorang lelaki yang sudah tua menyapaku. Ooh ternyata dia adalah ayah dari gadis itu. Aku dipersilakannya duduk, dan kami berbincang – bincang agak lama sebelum aku mengutarakan niatku.
Setelah aku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mengutarakan niatku itu. Maka aku segera mengutarakan niatku itu kepada ayah dari gadis itu. Bahwa aku ingin meminang anak gadisnya itu. Dengan rasa tidak karuan di dadaku aku menuggu jawaban dari beliau. Nampak di kepalanya perasaan ragu kepadaku, aku sempat pesimis waktu itu. Sejenak sang ayah masuk ke dalam rumah. Entah apa yang dia bicarakan di dalam rumah itu. Namun, tidak berapa lama beliau segera keluar dan menghampiriku. Berbagai perkataan muncul dan diarahkan kepadaku. Kayaknya dia ingin meyakinkan sekali lagi. Aku coba meyakinkan diri sendiri. Dan akhirnya pinangankupun diterima. Welehweleehh,,,, ini mimpi apa bukan yah?? Kucoba mencubit pipiku, ternyata terasa sakit, dan aku tidak ngompol lagi,,, hehe,, ini nyata broo,, ini bukan mimpi. Saat itu aku merasa sangat bahagia sekali.
Sepulang dari rumah itu, aku segera menemui ayahku dan mengutarakan apa yang telah terjadi. Ternyata ayahku sangat senang dan bangga sekali. Dia sangat senang sekali dan menceritakan kepada ibuku,, dan tanpa di duga ibuku langsung bisa berbicara “Alhamdulillaahh,,,,,” waaahh,,, luar biasa sekali. Aku sangat senang sekali. Dan aku saat itu merasa telah menjadi juara yang sesungguhnya.
Sebulan kemudian aku menikahi gadis itu. Dan keadaan ibuku juga berkembang begitu drastis. Ibuku sudah bisa berjalan menggunakan tongkat. Dan saat itu ibuku berdandan dengan sangat cantik sekali, seperti putri indonesia yang mendapat juara ke dua. Lho kok dua? Ya iya lah,,, yang juara satu kan istriku,,,, hahahaha,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan ya alhamdulillah aja ya,, kan happy ending. Hehe,,,
Ayo para pemuda,,,
Saat ini kita harus memiliki pemikiran yang idiologis, agar kita tidak termakan oleh zaman. Saya menyeru kepada seluruh pemuda pengemban dakwah. Dakwah yang cocok buat saat ini adalah dakwah idiologis. Karena dengan dakwah idiologis, islam akan berjaya lagi. Dakwah islam, islam idiologis. Bukan islam yang lain oke..... brooo,,,??