Mohon tunggu...
Dedi Wahyudi
Dedi Wahyudi Mohon Tunggu... -

Writer terkenal,, trainer internasional

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Juara

13 Mei 2012   17:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:21 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku langsung bergegas mandi, mempersiapkan tas dan buku, sarapan trus berangkat sekolah. Aku masih penasaran dengan mimpi itu. Kok terasa begitu misterius banget yah? Tapi dia di dalam mimpi ndak menolak, tapi ndak juga menerima,, aku jadi bingung. Teriring rasa penasaranku itu, aku terus berangkat ke sekolah. Hingga akhirnya tiba di sekolah.

Suasana ini serasa aku pernah mengalaminya. Yah,, ini persis seperti mimpiku semalam. Aku coba melangkah menuju lorong di sekolahku. Wah ini memang mirip seperti mimpiku, biar aku tunggu disini. Sekian lama menunggu, ada beberapa gadis lewat di depanku. Wah kok ndak ada yah. Tapi aku tetap menunggu. Dan akhirnya, gadis itu lewat,, waah seperti mimpi saja, dia begitu cantik mengenakan pakaian itu. Tapi kok disebelahnya ada bodyguardnya yah? Hmmhh,,, mimpi hanya sebatas mimpi. Tapi aku tidak menyerah, aku harus tetap mengungkapkan rasa ini, sebelum nanti aku menyesal setelah lulus nanti. “Ayo juara kamu bukan pecundang!”, pekikku dalam hati.  Sampailah dia di lorong itu, aku panggil dia. Dia menoleh kepadaku, teman di sebelahnya juga ikutan menoleh. Aku dekati mereka yang terdiam sejenak. Kusapa dia,,

“emm,,, bisa ngomong berdua saja?” tanyaku, berharap teman disebelahnya pergi.

“maaf, ada apa yah?” sambutnya ramah, tapi teman disebelahnya cemberut.

“iya,,, aku ada perlu sama kamu,,”

“ooh maaf,, aku ndak bisa, kalo mau ngomong disini saja, kalo berdua saja aku ndak bisa”

“kenapa??” tanyaku.

“kita kan bukan mahram...” ucapnya lembut.

“ooh gitu yah,,,” Gubrakkk.... (pingsan)

Setelah kejadian itu, banyak teman – teman yang akhirnya tahu kalau aku suka sama cewek itu. Namun aku benar – benar tidak bisa mengungkapkannya, kemaren saja aku malu banget, sampe pingsan begitu. Padahal baru ngobrol sebentar. Rasanya udah gempa bumi mengguncang sana – sini, apa aku memang pecundang? Ooh tidaaak,,,

Namun keadaan berubah drastis. Setelah aku tahu juga ternyata dia ndak suka sama aku. Aku sih ndak denger langsung dari mulutnya, cuman dari teman dekatnya yang bilang sama aku. Bilangnya dia ndak suka sama aku, setelah aku tanya kenapa, jawabnya cuman singkat, “kamu ndakk idiologis”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun