Dimas tersenyum, menatap Valen dengan lembut. "Bagiku, cinta adalah ketika kau ingin melakukan yang terbaik untuk orang yang kau sayangi, meskipun itu berarti mengorbankan kebahagiaanmu sendiri. Seperti bagaimana kau merawat Ardi dan Raka, atau bagaimana aku merawat ibuku."
Kata-kata Dimas membuat Valen tertegun. Selama ini, dia selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi adik dan kakaknya, namun tidak pernah menyadari bahwa itulah cinta yang sesungguhnya. Perasaan hangat menjalar di hatinya, menyadari bahwa dia telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang selama ini mengganggunya.
"Tapi, bagaimana dengan cinta antara dua orang?" lanjut Valen, suaranya lembut.
Dimas menoleh, matanya bertemu dengan mata Valen. "Cinta antara dua orang adalah ketika kau merasa nyaman menjadi diri sendiri saat bersamanya, ketika dia membuatmu merasa lebih baik tanpa harus mengubah siapa dirimu."
Setelah percakapan itu, Valen merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Setiap kali bersama Dimas, hatinya berdebar-debar. Dia mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Dimas bukan sekadar persahabatan. Namun, Valen ragu. Apakah perasaan ini adalah cinta yang sesungguhnya? Dan bagaimana jika Dimas tidak merasakan hal yang sama?
Di sisi lain, Dimas juga merasakan hal yang sama. Setiap kali melihat Valen, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Dia terkesan dengan ketulusan dan kekuatan Valen, dan tanpa sadar, dia mulai jatuh cinta padanya.
Suatu malam, Dimas memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Dia mengundang Valen untuk makan malam di sebuah kafe kecil yang nyaman. Di bawah langit berbintang, mereka duduk berdua, menikmati makanan dan berbagi cerita.
"Valen, ada sesuatu yang ingin kubicarakan," kata Dimas dengan suara bergetar.
Valen menatap Dimas, merasakan ada keseriusan dalam suaranya. "Apa itu, Dimas?"
Dimas mengambil napas dalam-dalam. "Selama ini, aku merasa sangat nyaman bersamamu. Kau selalu membuat hariku lebih cerah, dan aku... aku jatuh cinta padamu, Valen."
Valen terkejut, namun hatinya bersorak. Selama ini, dia juga merasakan hal yang sama. Dengan mata berkaca-kaca, dia menjawab, "Aku juga mencintaimu, Dimas."