Mohon tunggu...
Alexander Batara Marpaung
Alexander Batara Marpaung Mohon Tunggu... Profesional

Senang jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menavigasi Badai Perdagangan Global: Strategi Indonesia di tengah Ketegangan AS vs Tiongkok dan Gejolak Ekonomi

17 Desember 2024   17:02 Diperbarui: 17 Desember 2024   17:02 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
US-China trade war is undermining the global free trade regime. Image: Asia Times Files / iStock

Menavigasi Badai Perdagangan Global: Strategi Indonesia di Tengah Ketegangan AS-Tiongkok dan Gejolak Ekonomi

By Alexander Batara Marpaung (PhD Candidate)

Dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS, perang dagang AS-Tiongkok semakin memanas, dan dinamika ekonomi global bergeser dengan cepat. Di antara dampak yang ditimbulkan, negara-negara berkembang seperti Indonesia menghadapi tantangan ganda: mengelola banjir produk murah dari Tiongkok dan mempertahankan ketahanan ekonomi di tengah resesi global yang membayangi. Menambah tantangan ini adalah penurunan indeks harga komoditas yang terus-menerus, faktor utama yang memengaruhi pendapatan ekspor Indonesia. Untuk berkembang, Indonesia harus mengadopsi strategi inovatif dan seimbang.

Menahan Gelombang: Melindungi Pasar Domestik dari Produk Impor Murah

Strategi rantai pasok global Tiongkok, yang memanfaatkan negara-negara non-Tiongkok dengan keringanan tarif untuk mengakses pasar AS, menciptakan kerentanan baru bagi Indonesia. Secara bersamaan, praktik dumping Tiongkok, yang membanjiri negara-negara berkembang dengan produk murah, mengancam industri lokal.

Indonesia dapat merespons secara efektif:

  1. Tindakan Anti-Dumping: Memberlakukan undang-undang anti-dumping yang lebih ketat dan berkolaborasi dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk memastikan praktik perdagangan yang adil.

  2. Hambatan Non-Tarif (NTBs): Memperkuat standar teknis, regulasi keselamatan, dan persyaratan sertifikasi untuk melindungi produsen domestik.

  3. Dukung Industri Domestik: Memberikan insentif seperti subsidi dan keringanan pajak bagi produsen lokal, disertai dengan investasi dalam teknologi dan inovasi.

  4. Promosikan Konsumsi Lokal: Meluncurkan kampanye nasional yang mendorong konsumen untuk memprioritaskan produk buatan Indonesia.

  5. Aliansi Regional: Bekerja sama erat dengan ASEAN untuk menangkal praktik dumping secara kolektif, membangun ekosistem perdagangan regional yang lebih kuat.

Mengatasi Resesi: Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi

Resesi global yang diproyeksikan pada tahun 2025 menimbulkan risiko signifikan, terutama bagi ekonomi Indonesia yang bergantung pada ekspor. Penurunan harga komoditas, termasuk minyak sawit, batubara, dan karet---komoditas utama ekspor Indonesia---semakin membebani sumber pendapatan.

Strategi untuk mengatasi tantangan ini meliputi:

  1. Diversifikasi Ekspor: Beralih dari komoditas tradisional dengan mempromosikan barang olahan, produk pertanian bernilai tambah, dan jasa.

  2. Meningkatkan Permintaan Domestik: Memperkuat jaring pengaman sosial dan meningkatkan daya beli rumah tangga melalui kebijakan ramah kelas menengah.

  3. Investasi Infrastruktur: Mempercepat proyek infrastruktur publik untuk merangsang aktivitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

  4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Mendukung UKM dengan pinjaman berbunga rendah dan peningkatan teknologi untuk meningkatkan daya saing.

Menyeimbangkan Perdagangan dan Kesehatan Keuangan

Tekanan ganda dari kenaikan upah dan peningkatan pajak pertambahan nilai (PPN) menciptakan tantangan fiskal tambahan. Meskipun demikian, menjaga keseimbangan perdagangan dan keuangan sangat penting.

Tindakan utama meliputi:

  1. Tingkatkan Daya Saing Ekspor: Fokus pada ekspor bernilai tinggi seperti makanan olahan, tekstil, dan layanan digital sambil mempromosikan sektor energi terbarukan dan pariwisata.

  2. Kendalikan Impor: Batasi impor barang tidak esensial melalui tarif dan kuota untuk melindungi industri lokal.

  3. Efisiensi Pemungutan Pajak: Digitalisasi dan formalkan pemungutan pajak untuk meminimalkan penghindaran, terutama di sektor informal.

  4. Tarik Investasi Asing: Kembangkan kebijakan yang ramah investor dengan menargetkan industri yang menghasilkan pendapatan tinggi.

Menerapkan kenaikan PPN Tanpa Membahayakan Perekonomian

Rencana peningkatan PPN Indonesia menjadi 12% telah memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap rumah tangga dan bisnis. Pendekatan yang cermat dapat memastikan efektivitasnya tanpa menimbulkan kerugian yang tidak perlu.

Strategi untuk implementasi PPN:

  1. Pengecualian yang Ditargetkan: Kecualikan barang dan jasa esensial, seperti makanan, kesehatan, dan pendidikan, dari kenaikan PPN.

  2. Implementasi Bertahap: Terapkan kenaikan secara bertahap untuk memberikan waktu bagi bisnis dan konsumen untuk beradaptasi.

  3. Dukungan untuk Kelompok Rentan: Berikan subsidi langsung atau kredit pajak kepada rumah tangga berpenghasilan rendah untuk mengimbangi dampaknya.

  4. Pajak Ekonomi Digital: Perluas pemungutan PPN untuk mencakup layanan digital dan platform e-commerce.

Peluang di Tengah Resesi

Kondisi resesi memerlukan identifikasi sektor yang tangguh dan berorientasi pada pertumbuhan:

  1. Pertanian dan Agro-Prosesing: Prioritaskan ketahanan pangan dan produk pertanian berorientasi ekspor yang memiliki permintaan tinggi.

  2. Ekonomi Digital: Perluas investasi di layanan IT, fintech, dan pasar digital.

  3. Kesehatan dan Farmasi: Tingkatkan produksi lokal obat-obatan penting dan peralatan medis.

  4. Energi Terbarukan: Manfaatkan sumber daya Indonesia yang melimpah untuk pengembangan energi surya, angin, dan panas bumi.

  5. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Fokus pada pariwisata domestik dan industri kreatif seperti film, fesyen, dan seni.

Alternatif Pendapatan Negara Selain menaikan PPN

Saat Indonesia mencari keberlanjutan fiskal, negara harus melihat melampaui PPN untuk pendapatan negara.

  1. Pengelolaan Sumber Daya Alam: Tingkatkan royalti atas ekspor bahan mentah sambil mendorong produksi bernilai tambah di dalam negeri.

  2. Pajak Karbon: Perkenalkan pajak pada industri dengan emisi tinggi untuk mempromosikan keberlanjutan dan menghasilkan pendapatan.

  3. Dana Kekayaan Negara (SWF): Mendirikan SWF nasional untuk mengelola pendapatan surplus dan berinvestasi dalam aset global, menggunakan keuntungan untuk mendanai infrastruktur dan layanan publik.

  4. Kemitraan Publik-Swasta (PPP): Manfaatkan modal sektor swasta untuk mengurangi beban keuangan negara sambil memastikan proyek pengembangan penting tetap berjalan.

Kesimpulan

Indonesia berada di persimpangan jalan, di mana pembuatan kebijakan strategis dan langkah-langkah adaptif dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Dengan melindungi pasar domestik, mendiversifikasi ekspor, mengoptimalkan kebijakan fiskal, dan mendorong pertumbuhan berbasis inovasi, Indonesia dapat menavigasi lanskap ekonomi yang kompleks. Saat harga komoditas berfluktuasi dan pasar global berkembang, pemerintahan yang proaktif dan visi strategis akan menentukan apakah Indonesia dapat mengamankan masa depan ekonominya di tengah ketidakpastian.

Referensi

  • Asian Development Bank. (2023). Southeast Asia Economic Outlook: Post-Pandemic Recovery. Retrieved from https://www.adb.org
  • International Monetary Fund. (2023). World Economic Outlook: Challenges to Growth. Retrieved from https://www.imf.org
  • Ministry of Finance, Indonesia. (2023). Fiscal Policy and Taxation in Indonesia: Annual Report. Jakarta: Government of Indonesia.
  • World Trade Organization. (2023). Trade Policies and Practices Review: Indonesia. Geneva: WTO Publications.
  • World Bank. (2023). Indonesia Economic Prospects: Sustaining Resilience. Retrieved from https://www.worldbank.org

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun