Di era digital saat ini, media sosial telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara orang tua membesarkan anak-anak mereka. Sayangnya, perubahan ini tidak selalu positif. Banyak orang tua terjebak dalam standar dan tren yang beredar di media sosial, sehingga hubungan di dalam keluarga justru terganggu. Komunikasi yang dulunya hangat perlahan tergantikan oleh interaksi yang minim, bahkan privasi keluarga pun sering kali menjadi konsumsi publik. Â
Lebih parahnya lagi, pengawasan terhadap anak-anak mulai terabaikan. Anak-anak dengan bebas mengakses konten apa saja di internet, termasuk konten yang tidak pantas seperti bullying atau kekerasan. Kondisi ini dapat menjadi "bom waktu" yang berdampak buruk pada masa depan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh psikolog Jean Twenge dalam bukunya "iGen", "Paparan media sosial secara berlebihan dapat merusak perkembangan sosial dan emosional anak." Â l
Saat ini, banyak anak tumbuh dengan kebiasaan menonton konten negatif di media sosial. Tanpa disadari, mereka meniru perilaku yang mereka lihat, sehingga karakter mereka perlahan terbentuk dengan cara yang salah. Bahkan, rasa hormat kepada orang tua semakin memudar. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa media sosial bisa menjadi pedang bermata dua di satu sisi memberikan hiburan dan informasi, tetapi disisi lain membawa dampak buruk jika tidak diawasi. Â
Peran Guru BK dalam membantu menangani permasalahan keluarga pada siswa. Guru BK bisa menjadi Penyelamat di Tengah Tantangan Digital. Melihat ancaman ini, guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran yang sangat penting, baik di sekolah maupun di masyarakat. Guru BK bisa menjadi jembatan antara dunia pendidikan dan orang tua untuk membangun pola asuh yang lebih baik. Untuk membantu permasalahan yang serupa, peranan yang dapat dilakukan oleh guru BK yaitu:
Mengadakan Sosialisasi Parenting
Guru BK dapat menggelar seminar atau pelatihan bagi orang tua. Dalam kegiatan ini, orang tua akan diajarkan cara membatasi akses anak terhadap konten yang tidak pantas serta mengelola penggunaan gadget. Dengan langkah ini, orang tua akan lebih memahami betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk karakter anak.
Membuat Konten Edukasi di Media Sosial
Untuk menjangkau lebih banyak orang tua, guru BK juga bisa memanfaatkan media sosial sebagai alat edukasi. Video pendek, infografis, atau artikel tentang tips parenting dan penggunaan media sosial yang bijak bisa menjadi solusi. Langkah ini memungkinkan pesan edukatif menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang aktif di dunia maya.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Banyak sekolah yang belum memberi perhatian lebih pada program BK, terutama karena keterbatasan anggaran. Selain itu, kurangnya fasilitas seperti laptop atau perangkat pendukung lainnya sering menjadi hambatan utama. Guru BK perlu bekerja lebih kreatif untuk mencari solusi, misalnya dengan bekerja sama dengan sponsor atau memanfaatkan perangkat pribadi. Â
Di tengah berbagai tantangan ini, peran aktif guru BK dan orang tua menjadi kunci utama. Guru BK tidak hanya bertugas menangani masalah siswa, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam pola asuh keluarga di era digital. Sosialisasi yang tepat dan edukasi melalui media sosial adalah langkah konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif media sosial pada anak. Â
Seperti yang pernah dikatakan oleh Maria Montessori, "Anak-anak adalah pengamat yang tajam; mereka belajar lebih banyak dari lingkungan mereka daripada dari apa yang mereka dengar." Artinya, tanggung jawab orang tua dan guru adalah menciptakan lingkungan yang sehat, baik secara fisik maupun digital, agar anak-anak dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih baik. Â