Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Titik Nol Kota Yogja

23 Maret 2024   01:57 Diperbarui: 23 Maret 2024   02:06 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar poto pixabay gratis

Tidak lama Rido datang dari kamar kecil. Pesanan makanpun berbarengan datang.

Aku mengambil dari perempuan di hadapanku.

Jemariku sempat bersentuhan. Terasa menelisik di sekujur tubuhku.

"Maaf mbak. Boleh Aku tahu namamu. Sekalian nomer telpon?"

"Genit banget sih kamu." Rido nyeletuk sambil minum jeruk hangat.

Perempuan itu menulis dan menyerahkan padaku. "Selamat menikmati Mas."

Jujur, makanan saat itu terasa hambar. Akankah karena Aku terkena panah asmara? Apakah nama Lely yang tertera di kertas itu bisa menghiasi bahagiaku nanti?

Sambil istirahat mendengarkan musik Aku berusaha mengalihkan perhatian Rido biar aku tidak di buly.

"Rid, kenapa lesehan ini disebut Kandang Macan sih?"

Rido menoleh ke timur menurutku. Lalu dia berkata. "Tu lihat. Dia mengarahkan telunjuknya. Kamu lihatkan kandang macan itu?"

Aku menganggung sambil hatiku deg-degan. Kenapa ada kandang macan? Aku tidak meneruskan pertanyaan, biar tidak terbawa dalam pikiranku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun