Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Titik Nol Kota Yogja

23 Maret 2024   01:57 Diperbarui: 23 Maret 2024   02:06 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TITIK NOL KOTA YOGJA

DN Sarjana

Titik nol. Begitulah masyarakat Yogja menyebutnya. Aku malu bertanya. Yang dimaksud titik nol apa sih. Aku biarkan pertanyaan itu menggelayut di kamar tempat menginap. Jujur walau Aku sudah dua tiga kali datang ke Yogja, tapi itu semata karena tugas. Tidak sempat lah perasaan sesantai kunjungan kali ini.

Senja telah menapaki kota Yogja. Sayang hujan gerimis turun, hingga aku menunda sebentar perjalanan menuju tempat yang tidak asing bagi wisatawan ke Yogja yaitu Malioboro. Aku ingin melepas kangen yang lama memenjara kerinduanku pada wajah Malioboro yang mempesona.

"Ayo kita berangkat. Hujan sudah berhenti." Kata Rido sambil mengambil tas kecil.

"Aku nurut aja Do." Jawabku sambil mencari poto-poto di hp tentang makanan khas Yogja.

Tidak berselang lama grab yang dipesan Rido sudah nyampe. Aku dan Rido bergegas naik. Kurang lebih 30 menit, kami turun di utara Malioboro. Berjalan dikerumunan pengunjung sungguh menyenangkan. Beragam tampilan utamanya pastilah yang perempuan aku lirik-lirik. Wajarlah Aku masih muda dan merasa ganteng, eee.

"Matamu gelagapan ya. Awas tersandung batu besar." Tiba-tiba Rido nyeletuk. Rupanya dia memperhatikanku.

"Heeem..., maklumlah Rido. Siapa tahu aku dapat jodoh di sini." Jawabku sambil belingsutan.

"Lelaki doyan, emang tidak cukup satu." Rido menjawab sambil memegang tanganku menelusuri pinggir toko di Malioboro. Aku tertegun melihat temaram lampu nan indah. Sesekali ditingkahi deraf suara pedati dan kaki kuda membawa muatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun