Syukur saja siswa lain sudah selesai mendapat nilai. Bapak guru dan beberapa teman Ratih berlari mendekati.
"Aduuh..aduuh...sakiit." Ratih meringis kesakitan.
"Ratih, ni minum dulu airnya. Biar cepet pulih." Rico membangunkan Ratih.
"Aduh, kakiku sakit Ko!"
"Ah, sori Tih. Aku fokus mengipasi wajahmu dan menghilangkat keringat."
Wajah Ratih kelihat mengkerut. Dalam hatinya bertanya-tanya."Apakah tadi wajahku dipegang oleh Rico?"
"Tahan ya, aku isi betadin luka lecet di kakimu. Biar cepet kering."
Ratih terdiam. Dia masih kelihatan lemah. "Aduuh, sakit Rico. Jangan pegang gitu!"
Rico tidak habis pikir. Pegangnya gimana sih? Dia lalu menyuruh temen perempuan melayani Ratih.
Diam-diam sebenarnya Ratih menyimpan getar-getar asmara kepada Rico. Ia sadar perlakuan Rico kepadanya melebihi rasa sayang yang Ratih harapkan. Belum lagi Rico harus rela nilainya tidak maksimal.
*****
Dua hari berlalu. Dua hari pula Ratih tidak sekolah. Rico sebenarnya pingin menengok Ratih ke rumahnya. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan.
Hingga saat jam istirahat, hp Rico bergetar. Ia lalu mengambil. Ternyata ada wa dari Ratih. "Rico, bisa ndak kamu kerumahku. Aku ingin tahu pelajaran selama dua hari. Aku takut ketinggalan."
Rico tak menyangka kalau Ratih mengirim sms seperti itu. Jantungnya deg-degan. Tak pikir panjang Rico membalas. Ia akan datang setelah pulang sekolah.
Di rumah, Ratih senang menerima jawaban Rico. Dia sedikit berdandan, walau kakinya masih terasa sakit. Pembantu rumah menyiapkan hidangan untuk Rico.
Kurang lebih pukul dua sore, Rico sudah sampai di rumah Ratih. Rumah yang terlihat megah dan asri dari luar. Berpagar bata merah dan motif bebatuan, menunjukkan penghuninya perada. Rico merasa ragu memencet bel. Tapi kepalang tanggung, pikirnya.