Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan Tahu Segalanya

19 Maret 2024   16:18 Diperbarui: 19 Maret 2024   16:38 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar poto pixabay gratis

Lama saling pandang. Rido membuka percakapan.

        "Bukankah kamu Laksmi yang aku temui saat di puskesmas?

        " Tanya Rido sambil memegang helm yang dipegang Laksmi. Tak mungkin mengingkari. Dengan perasaan malu, Laksmi menjawab.

        "Ya, aku Laksmi."

        "Kamu kerja disini?"

Rido memegang tangan Laksmi. Ia tidak mampu sembunyikan rasa mencintai Laksmi saat awal bertemu. Rido mendapatkan sesuatu yang lain dari wajah Laksmi.

        "Laksmi, mulai malam ini hentikan. Biarlah aku sendiri yang kamu berikan cintamu. Aku mencintaimu semenjak pertama bertemu denganmu. Ayo kita pulang.

        " Rido menarik tangan Laksmi. Ia pun mengenakan helm kepada Laksmi. Laksmi tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bahagia, tapi juga ragu. Ia naik saja ke atas motor. Sampai di rumah, didapatinya ibunya terbaring lemas. Laksmi kebingungan. Rido dengan sigap menelpon mobil. Tidak berselang lama mobil ambulance datang. Rido dengan petugas kesehatan menaikan Ibunya ke ambulance.

        "Terimakasih Mas Rido. Aku membebanimu." Laksmi berucap. Air matanya jatuh menetes.

        "Jangan katakan itu. Mulai malam ini, ibu dan dirimu adalah keluargaku. Selama ini aku kehilangan banyak hal dalam hidupku. Dan hanya denganmu aku temukan kembali."

Rido dan Laksmi menunggui ibunya yang harus rawat nginap. Kedua insan yang sama-sama kehilangan kasih sayang, menemukan cintanya. Dan cinta itu mengalir bagai sungai yang lama mengering. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun