"Gung, kamu sakit ya?" Eduk bertanya.
"Bener Duk. Agung sakit kasmaran." Janu menimpali.
"Ah kalian tahu saja. Emang pacar bisa membantu kuliahan?" Agung mencoba menyembunyikan kebenaran ucapan Janu.
"Jangan bohong Gung. Kemarin Aku dapat bocoran dari Bu Day tuan rumah mu."
"Sudaah.., kita kuliah dulu. Tuh lihat dosen kita sudah datang."
Bertiga mereka bergegas menuju ruangan di pojok timur. Di ruangan itu tampak teman mereka sudah banyak yang menunggu.
"Adakah yang galau hari ini?" Radit berkicau. Dia memang terkenal dengan sebutqn si mulut ember. Ada saja bahan candaan setiap kami bertemu. Syukur saat itu dosen perempuan yang mengampu hukum pidana sudah datang. Kalau tidak, habis dah Agung di candain.
*****
Hari rabu, pagi benar Agung sudah siap betangkat pulang. Dia berjalan kaki menuju terminal. Terlihat bemo yang menuju terminal Batu Bulan. Agunh bergegas naik.
Tak lama bemo meluncur. Disela menikmati panorama alam, Agung membayangkan bagaimana sambutan Ratih ketika berjumpa nanti.
Jarum jam terus berputar. Agung sudah berganti mobil menuju rumahnya di Ubud. Pukul 5 sore Agung sampai di rumah.
Bagaimana caranya biar bertemu Ratih? Agung teringat, bahwa setiap sore pasti gadis di desanya pergi kepermaindian air pancuran. Jarak permandian itu kurang lebih 300 meter dan hanya ada satu jalan menuju tempat permandian.