SELIMUT RINDU DI DANU BUYAN
DN Sarjana
Menyusuri jalanan ke Singaraja, cukup mengasyikkan. Dua puluh kilometer sebelum sampai di Bedugul, mata kita dimanjakan oleh pemandangan alam yang menakjubkan. Tanah perkebunan berundag dengan terasering tertata rapi menandakan pemiliknya memiliki jiwa seni yang tinggi. Maklum orang Bali soal berkesenian sangat melekat dalam hidup keseharian. Dikejauhan tampak menguning bunga gumitir, diselingi hamparan kebun sayur menghijau sepanjang mata memandang, makin merayu getar rasa di hati. Jalan berliku tidak terasa. Semakin dekat dengan Bedugul hijau bebukitan menjulang. Tak terlalu lama air Danau Beratan terlihat biru langit. Sangat menyejukkan. Hari itu jalanan lumayan lancar walau di sana-sini masih sempat terjebak kemacetan.
Tiba-tiba google map berbunyi. "Sepuluh meter lagi, belok kiri, terus lurus ke selatan."
Kami mengikuti suara petunjuk itu. Terlihat tulisan Danau Buyan. Kami terus belok kiri. Rupanya daerah sini sudah penuh dengan destinasi camping. Terlihat tenda-tenda terpasang pada rumput luas dan rapi. Bunga warna -warni memanjakan mata memandangnya. Terasa udara mulai dingin menyengat, walau terik matahari nampak cerah. Kami istirahat sejenak sebelum menuju tempat kegiatan sosial. Tempat yang dituju sebuah warung kecil didataran cukup tinggi.
"Buk, saya pesen kopi hangat satu. Ndak usah terlalu manis."
Pedagang dengan cekatan membuatkan. Saat menyuguhkan, kulihat wajah dan senyumnya manis juga. Sempat berbincang konon kakeknya ketempat tinggal tepian danau Buyan kisaran tahun 1940an. Waah, rentang waktu yang panjang
"Ini pak. Kalau kurang gula silahkan minta lagi."
Indra mengangguk dan pedagang itu meninggalkan tempat duduk di teras batu. Beberapa saat kemudian kami meninggalkan warung itu. Kami melanjutkan perjalanan. Tempat kegiatan sangat mudah di cari. Di wantilan Pura di Danau Buyan.
Sampai di tempat, suasana sangat akrab dan ceria. Beberapa kelompok mahasiswa duduk rapi. Sebagian menikmati indahnya alam.
Rasa dingin meyusup ke tubuh Indra , entah angin darimana memberi kabar, bahwa Ririn adik tingkat tidak mengikuti bakti sosial. Dia mengambil telpon genggam menghubungi Ririn.
"Rin, emang bener kamu tidak ikut kegiatan bakti sosial besok? Indra menatap Ririn lewat vidio call, dengan sorot mata penuh pengharapan. Indra berkeinginan Ririn menemani hari-harinya berkemah di tepian Danau Buyan. Hanya saat seperti itu Indra bisa menyampaikan isi hatinya pada Ririn.
"Indra, kamu tahu kan ayah ibuku? Sekali dia dengar aku mengagungkan cinta dengan seseorang, maka tamatlah perkuliahanku."
"Tapi kamu kan bisa buat alasan?"
"Alasannya apa indra? Kalau sampai menginap pasti orang tuaku tidak berkenan."