"Ren, boleh aku menyampaikan sesuatu?" Reni memandangku. Aku menjadi salah tingkah. Apakah ucapanku keliru?
"Tentang apa Rico?"
"Aku cinta padamu". Rasa malu berkecamuk di hati Rico. Reni menunduk.
"Rico, bukankah kau beberapa kali mengirim surat padaku?, dan selalu aku balas. Itu kataku yang sejujurnya.
"Tapi aku belum paham maksudmu".
"Aku perempuan Rico. Aku tidak mau tersakiti. Aku meyakini kau telah memiliki gadis setingkatmu".
"Kau salah sangka Reni"
"Perempuan lebih perasaan Rico. Sebagai idola karena kepintaranmu, aku tahu kau sangat dekat dengan gadis itu. Aku tidak mau mengganggu".
"Ren, kau salah duga. Aku masih sendiri. Jujur aku masih sendiri. Rico mendekat meyakinkan Reni.
"Rico..., berucap cinta, sayang itu mudah. Tapi menjaga cinta itu biar seiring selamnya yang susah. Maaf nanti kita bicara lagi. Ini sudah sore. Kita persiapan tentamen besok".
Reni berusaha memancing emosi Rico. Dia tidak ingin dipermainkan, walau dalam hatinya sudah lama jatuh cinta sama Rico. Pria yang ganteng, santun dan pintar. Selama itu pula Rico memendam perasaan. Menunggu jawaban dari perempuan yang dicintai. Selama itu pula Rico menahan rasa cemburu, karena sering kali dia melihat Reni sangat dekat dengan Jayus. Apakah aku menanti ketidakpastian? Apakah Reni sudah milik Jayus? Apakah aku bertepuk sebelah tangan?