Sambil menikmati makan, Dwika menjawab. "Soalnya saya doyan ayam. Apalagi berisi tepung yang krenyes. Lagian ayam yang aku makan rasanya rada-rada manis. Semanis wajahmu."
"Uh, Dwika. Makan dulu."
"Aku sudah makan. Cuman menunggu jawaban cintamu Anjani."
"Emangnya kamu pernah berucap cinta padaku? "Sering Anjani. Cuman kamunya tidak perhatian."
Anjani mengingat-ngingat. Rasanya Dwika nggak pernah tuh berucap cinta padaku. Anjani penasaran. "Dwika, maaf aku lupa. Kapan kamu pernah ucapkan kata cinta padaku?
Sambil tersenyum Dwika berucap. "Baru san aku berkata cinta padamu Anjani. Lama aku memendam kata itu karena aku tahu kamu perempuan yang serius di kelas ini."
"Iih..., Dwika kamu bisa aja. Kirain kamu sudah lama bilang cinta."
"Anjani, lama atau baru. Yang pasti, aku lama menaruh hati padamu." Dwika memegang tangan Anjani. Anjani mencoba melepaskannya. Ia takut kalau teman- temannya melihat. Apalagi Srik. Anjani takut peristiwa ini seperti sinetron. Ceritanya terus bersambung.
Menoleh kebelakang, ternyata teman-teman Anjani sudah pada hilang. Anjani kemudian minta ijin sama Dwika untuk pulang.
"Dwik, aku pulang ya. Lain kali ceritanya sambung lagi." Anjani memelas sama Dwika.
"Anjani. Tidakah ada waktu sebentar saja untukku? Kamu tahu perasaanku?" Dwik menguatkan pegangan tangan di jeriji Anjani.