Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kau Gores Luka di Pelabuhan Buleleng

12 Juli 2023   14:41 Diperbarui: 12 Juli 2023   14:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Tua Buleleng, Bali. (sumber poto sendiri)

"Baru saja."

"Laras, aku ingin kejujuranmu. Aku tidak ingin situasi ini berlarut. Bukankah jalinan cinta kita sudah lama? Mengapa kau begitu cepat melupakannya?"

Laras berdiri. Dia tetap terdiam. Pandangannya jauh. Air matanya menetes perlahan. Bibirnya sedikit bergetar. Dalam hatinya dia berkata. "Laki-laki memang gampang melupakan. Dustanya begitu mudah." Lalu Laras menyodorkan selembar kertas berwarna biru muda kepada Junet.

"Ni, silahkan baca."

Junet terkejut. Dia lupa ingat dengan kertas surat itu. "Dimana Laras dapatkan? Bagaimana caranya aku mengelak? Ternyata aku kena.", Pikir Junet.

"Laras, di mana kau temukan surat itu?"

"Buat apa kau tanyakan itu. Kau bertanya saja dengan diri sendiri." Jawab Laras.

Junet lanjut membaca surat itu. Oh, surat sudah dua tahun lalu. Seingatku surat itu tidak terkirim. Tapi dimana Laras dapatkan?

"Beri aku kesempatan berbicara Laras. Akan ku katakan yang sejujurnya." Junet menghadapi Laras sambil memegang tangannya.

"Lelaki, selalu bicara tentang kejujuran. Tapi itu hanya menutupi ketidakjujuran." Laras menyeka air matanya, sambil menjauh.

Junet mendekati laras. "Ras, sejujurnya aku katakan saat itu aku tertarik denganmu. Tapi aku ragu. Kau perempuan cantik, pintar dan luwes bergaul. Sedang aku? Biasa-biasa saja. Tidak ada yang lebih meyakinkan dirimu tertarik padaku. Aku merasa ikut-ikutan aja dikegiatan kampus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun