"Bukan itu maksudku Jun. Kamu kan kuliahnya di ruangan barat."
"Ya bener. Tapi masih ada waktu untuk kita berbincang-bincang."
Dalam suasana santai, Junet terus menyampaikan kekesalannya mengapa Laras tidak datang ke pelabuhan Buleleng kemarin. Padahal tiga hari yang lalu, dia serius mau bertemu. Laras menunduk, tanpa sepatah katapun ia keluarkan.
"Laras, jangan membisu begitu. Beri dong alasan, biar aku tahu maksudmu."
Laras memandang Junet dengan tajam. Dia menyembunyikan luka yang ia rasakan. Lalu berucap.
"Jun, ditempat ini tidak bisa kujelaskan. Terlalu singkat waktu untuk kita bicarakan. Baiknya kau kuliah dulu. Teman-temanku juga sudah banyak datang."
"Lalu kapan?"
"Nanti sore kita bertemu lagi di pelabuhan Buleleng. Semua akan saya jelaskan." Kata Laras terus masuk ruangan karena dosen sudah datang dari pintu barat.
Junet meninggalkan tempat itu penuh tanda tanya. Tapi dia harus melupakan karena sebentar lagi harus mengikuti mata kuliah. Mata kuliah dengan 6 SKS ini sangat ditakuti oleh mahasiswa termasuk kakak tingkat. Perkulihaan hanya sampai pukul 10. Junet dengan sabar menanti datangnya sore. Dalam pikirannya masih bergelayut, mengapa Laras terasa menjahuinya akhir-akhir ini. Apakah dia telah mendapat kekasih lainnya?
Tidak terasa Junet sudah tiba di rumah kosnya. Dilihatnya jam di dinding. Waktu masih menunjukkan pukul 11.30. Junet harus sabar menanti sore. Dia baringkan tubuhnya di atas Kasur. Matanya susah terpejam karena masih ada masalah yang mengganjal pikirannya. Waktu sudah menjelang sore. Junet bersiap pergi ke pelabuhan Buleleng. Junet berjalan menunggu bemo menuju pelabuhan Buleleng. Tidak lama menunggu bemo dating. Perjalanan kepelabuhan Buleleng tidaklah lama. Tidak terasa dia sudah sampai di pelabuhan. Dia tidak ingin Laras menunggu duluan. Junet duduk tempat menambatkan prahu. Ia menatap riak air laut, sambil membayangkan keadaan nanti setelah Laras datang. Tidak disangka Laras sudah berada di sampingnya.
"Sudah tadi Jun?" Laras memulai percakapan."