Mohon tunggu...
Devita Wijayanti
Devita Wijayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010180

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristoteles

24 Oktober 2024   20:31 Diperbarui: 24 Oktober 2024   20:47 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aristoteles mengidentifikasi manusia sebagai "zoon politikon," atau mahluk politik. Ia berpendapat bahwa manusia memiliki naluri untuk hidup dalam komunitas dan negara. Hubungan timbal balik antara individu dan komunitas adalah kodrat alamiah manusia, yang berarti bahwa manusia diciptakan oleh komunitas dan juga menciptakan komunitas.

  • Struktur Kekuasaan

Di dalam negara, Aristoteles menegaskan bahwa selalu ada struktur kekuasaan antara yang memerintah dan yang diperintah. Model pertama dari struktur kekuasaan ini adalah model yang primitif, di mana politik ditujukan untuk sepenuhnya kepentingan pemerintah atau tuan. Meskipun begitu, tuan tetap harus memikirkan dan mempertimbangkan kepentingan budaknya, karena jika budak hancur, maka kepentingan tuan pun tidak akan terpenuhi.

  • Ketergantungan Mutually Exclusive

Aristoteles juga berpendapat bahwa hubungan timbal balik antara individu dan komunitas tercermin dalam ketergantungan mutally exclusive. Individu tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara subsistensi; mereka membutuhkan orang lain. Negara dalam hal ini berkewajiban memperhatikan pertukaran timbal balik dan berusaha agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.

  • Legitimasi Kekuasaan

Hubungan timbal balik juga berimplikasi pada legitimasi kekuasaan. Di satu sisi, publik membutuhkan penguasa untuk menjalankan rutinitas hidup sehari-hari dan menjamin kebutuhan mereka sedapat mungkin terpenuhi. Di sisi lain, penguasa membutuhkan publik untuk melegiti kekuasaannya. Tanpa dukungan publik, legitimasi kekuasaan akan hilang, dan kekuasaan itu sendiri akan sulit bertahan.

  • Model Rumah Tangga Politik

Aristoteles juga menggunakan metafora rumah tangga untuk menjelaskan hubungan timbal balik antara penguasa dan rakyat. Dalam model ini, kekuasaan digunakan untuk memenuhi kepentingan semua pihak, terutama pihak yang dipimpin. Pemerintahan yang ideal menurut Aristoteles adalah demokrasi, di mana para penguasa dipilih bergantian di antara orang-orang terbaik yang ada di dalam masyarakat tersebut. Para penguasa dipilih karena mereka dianggap bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat luas.

5. Model Tata Politik Demokratik

Model tata politik demokratik menurut gaya kepemimpinan Aristoteles dapat dijelaskan melalui beberapa prinsip dasar yang ia ajarkan dalam teori politiknya. Berikut adalah model demokratis Aristoteles:

  • Negara Bergerak di Kerangka Kesetaraan Antara Manusia

Aristoteles percaya bahwa negara demokratik bergerak di dalam kerangka prinsip kesetaraan antara manusia. Ini berarti bahwa negara harus menciptakan suasana yang setara dan adil bagi semua warganya tanpa diskriminasi berdasarkan status sosial, kelahiran, atau harta milik.

  • Struktur Kekuasaan Timbal Balik

Di dalam demokratis Aristoteles, ada struktur kekuasaan timbal balik antara yang memerintah dan yang diperintah. Meskipun begitu, tuan (penguasa) tetap harus memikirkan dan mempertimbangkan kepentingan budak (warga negara) karena jika budak hancur, maka kepentingan tuan pun tidak akan terpenuhi. Hubungan ini tercermin dalam metafora rumah tangga, di mana orang tua memimpin anak-anak demi kebaikan mereka sendiri, bukan hanya demi kebaikan orang tua.

  • Partisipasi Aktif Warga Negara

Model demokratik ideal menurut Aristoteles melibatkan partisipasi aktif warga negara. Para penguasa dipilih bergantian di antara orang-orang terbaik yang ada di dalam masyarakat tersebut, bukan berdasarkan darah ataupun kekuatan militer. Mereka dipilih karena dianggap bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat luas dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

  • Polity: Gabungan Demokratik Konstitusional dan Aristokrasi

Aristoteles juga mengenal "polity" sebagai bentuk pemerintahan yang merupakan gabungan antara demokrasi konstitusional dan aristokrasi tertentu. Polity ini berfokus pada kebebasan dan persamaan, namun juga memprioritaskan keamanan dan stabilitas negara. Sistem ini dirancang untuk menghindari ekstremisme baik dari sisi oligarki maupun tirani, dengan cara memaksimalkan partisipasi warga negara dalam proses keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun