. Latar Belakang Masalah
Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana
tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi konstribusi
dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H.Erikson. Erikson
mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dalam
perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari
lahir samapai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi
dengan suatu organisme yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan
psikologis.1
Tak terkecuali pada perkembangan anak usia dini. Masa anakanak merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia yang
pasti dilalui oleh semua manusia di dunia ini. Pada msa inilah terjadi banyak
sekali proses penanaman nilai kehidupan yang pertama kali. Pada masa ini
pulalah, selalu bertumpu harapan dari para orangtua yang selalu
menginginkan anak-anaknya nanti dapat menjadi seseorang yang berguna dan
dapat sukses dimasa mendatang. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa.
Ditangan anak-anak itulah masa depan bangsa ini berada, sehingga banyak
pula orangtua mengatakan, bahwa anak-anak adalah warisan yang paling
berharga yang harus dijaga baik-baik. Oleh karena itu sebagai generasi
penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang
optimal yang harus dilakukan sejak usia dini.2
Termasuk didalamya pada masa
ini pula perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan mental,
perkembangan sosial, perkembangan emosional, mental dan kepribadian anak
harus dikembangkan dengan baik sejak pada usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD perlu
menyediakan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif, bahasa, sosial,
emosional, fisik, dan motorik. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidkan Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa
Pendidkan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.3
Anak usia dini perlu dipersiapkan kepribadiannya seperti makhluk
sosial. Ia tak akan mampu hidup seorang diri tanpa kehadiran orang lain.
Anak usia dini sangat bergantung dengan orangtua dan lingkungan sekitar
rumah. Dalam menjalani kehidupan sosialnya, seseorang dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri, dengan berhubungan dan bergaul dengan lingkungan hidupya. Pergaulan dengan orang lain akan
mampu mengubah persepsi, pandangan, sikap dan perilaku seseorang, sebab
dalam pergaulan terjadi interaksi antara individu yang ditandai dengan
pertukaran (transfer) informasi tentang pengetahuan, adat istiadat, kebiasaan,
budaya. Kemudian orang akan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
sosialnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri akan menyebabkan
perkembangan kepribadian yang sehat. Ia akan memiliki konsep diri, harga
diri, percaya diri, dan efikasi diri yang baik. Sebaliknya, ketidak mampuan
menyesuaikan diri akan membuat seseorang mengalami kehidupan yang
terasing, rendah diri, pesimis, apatis, merasa cemas, kuatir atau takut.
Akibatnya akan berpengaruhi pada perkembangan sosial pribadi anak atau
disebut krisis kepribadian.
Perkembangan karakter anak berproses melalui interaksi sosial dalam
lingkungannya, karena lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang
positif. Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari hubungan dengan
diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan YME. Oleh sebab itu
tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, biasakan anak
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.4
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma-norma kehidupan masyarakat serta mendorong dan
memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orangtua lazim disebut
sosialisasi. Sosialisasi ini sebagai proses belajar yang membimbing anak ke
arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Sosialisasi dari orangtua ini
sangatlah diperlukan oleh anak, karena anak masih terlalu mudah dan belum
memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah
kematangan.5
Peran orangtua dalam hal ini memberikan kepengasuhan keluarga yang
hangat, penuh perhatian dan kasih sayang secara maksimal. Menurut Erik
Erikson suasana keluarga yang demikian mempengaruhi perkembangan
kepribadian yang sehat, yaitu anak-anak memiliki pribadi yang sangat
mempercayai terhadap lingkungan sosialnya dengan baik. Hal ini menjadi
dasar perkembangan pribadi yang sehat, stabil, percaya diri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.6
Dalam konteks kehidupan sosio-budaya, anak-anak perlu mendapatkan
bekal pendidikan nilai-nilai, norma, adat-istiadat, tata-krama dan etika sosial
orangtuanya. Anak-anak mudah meniru untuk melakukan sesuatu sikap
maupun perilaku yang diamati dari lingkungan sosialnya. Orangtua yang
memahami dan melakukan rasa tanggung jawabnya dengan baik, berarti
mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi orang dewasa yang berbudi
luhur, menjunjung norma, etika, dan adat istiadat dengan baik. Pada masa ini menurut Erikson anak mulai mengembangkan kepribadian seperti
pembentukan konsep diri fisik, sosial dan akademis, guna menopang
perkembangan harga diri, percaya diri dan efiksi diri.7
Peran keluarga sangat diperlukan dalam hal ini yaitu orangtua atau
orang dewasa. Erikson menyatakan bahwa tugas orang dewasa adalah
membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan potensi anak-anaknya
sehingga menjadi pribadi yang mandiri. Orangtua dapat melakukan tugas dan
kewajiban untuk membimbing, medidik dan mendampingi perkembangan
anak-anaknya sampai tumbuh menjadi pribadi dewasa. Dengan demikian,
orangtua memperoleh makna dalam hidupnya yaitu merasa bangga dan
berguna untuk anak-anaknya. Namun sebaliknya kegagalan dalam mendidik
anak menimbulkan perasaan kecewa, sedih, putus asa dan tidak bahagia. Oleh
karena itu orangtua merasa tidak mampu mendidik anak dengan baik.
Faktor keluarga diyakini sebagai faktor yang paling utama berpengaruh
pada anak-anak. Melalui aktivitas pengasuhan yang terlihat dari cara yang
dipilih orangtua dalam mendidik anak, anak akan tumbuh dan berkembang
dari pengalaman yang didapatnya. Study-study menemukan bahwa hubungan
yang hangat dan saling mendukung dalam keluarga berhubungan dengan
pembentukan karakter yang positif pada anak. Sebaliknya hubungan antara
orangtua dan anak yang penuh dengan konflik dan sikap kekerasan berhubungan dengan kemunculan masalah-masalah psikologis pada masa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI