Mohon tunggu...
DEVITA ANGGUN
DEVITA ANGGUN Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA

NAMA: DEVITA ANGGUN ALAMAT:BIMA HOBI: MEMBACA & MENULIS PRODI:PGSD

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Teori Psikososial erik Erikson

17 Januari 2025   12:31 Diperbarui: 17 Januari 2025   11:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

. Latar Belakang Masalah

Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana 

tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi konstribusi 

dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H.Erikson. Erikson 

mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dalam 

perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari 

lahir samapai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi 

dengan suatu organisme yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan 

psikologis.1

Tak terkecuali pada perkembangan anak usia dini. Masa anakanak merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia yang 

pasti dilalui oleh semua manusia di dunia ini. Pada msa inilah terjadi banyak 

sekali proses penanaman nilai kehidupan yang pertama kali. Pada masa ini 

pulalah, selalu bertumpu harapan dari para orangtua yang selalu 

menginginkan anak-anaknya nanti dapat menjadi seseorang yang berguna dan 

dapat sukses dimasa mendatang. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. 

Ditangan anak-anak itulah masa depan bangsa ini berada, sehingga banyak 

pula orangtua mengatakan, bahwa anak-anak adalah warisan yang paling 

berharga yang harus dijaga baik-baik. Oleh karena itu sebagai generasi 

penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan pengembangan yang 

 optimal yang harus dilakukan sejak usia dini.2

Termasuk didalamya pada masa 

ini pula perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan mental, 

perkembangan sosial, perkembangan emosional, mental dan kepribadian anak 

harus dikembangkan dengan baik sejak pada usia dini. 

Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan 

yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan 

perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada 

pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD perlu 

menyediakan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif, bahasa, sosial, 

emosional, fisik, dan motorik. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 

tentang sistem pendidkan Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa 

Pendidkan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan 

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan 

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan 

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam 

memasuki pendidikan lebih lanjut.3

Anak usia dini perlu dipersiapkan kepribadiannya seperti makhluk 

sosial. Ia tak akan mampu hidup seorang diri tanpa kehadiran orang lain. 

Anak usia dini sangat bergantung dengan orangtua dan lingkungan sekitar 

rumah. Dalam menjalani kehidupan sosialnya, seseorang dituntut untuk dapat 

mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri, dengan berhubungan dan  bergaul dengan lingkungan hidupya. Pergaulan dengan orang lain akan 

mampu mengubah persepsi, pandangan, sikap dan perilaku seseorang, sebab 

dalam pergaulan terjadi interaksi antara individu yang ditandai dengan 

pertukaran (transfer) informasi tentang pengetahuan, adat istiadat, kebiasaan, 

budaya. Kemudian orang akan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan 

sosialnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri akan menyebabkan 

perkembangan kepribadian yang sehat. Ia akan memiliki konsep diri, harga 

diri, percaya diri, dan efikasi diri yang baik. Sebaliknya, ketidak mampuan 

menyesuaikan diri akan membuat seseorang mengalami kehidupan yang 

terasing, rendah diri, pesimis, apatis, merasa cemas, kuatir atau takut. 

Akibatnya akan berpengaruhi pada perkembangan sosial pribadi anak atau 

disebut krisis kepribadian.

Perkembangan karakter anak berproses melalui interaksi sosial dalam 

lingkungannya, karena lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang 

positif. Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari hubungan dengan 

diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan YME. Oleh sebab itu 

tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, biasakan anak 

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.4

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan 

atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan 

sosial, atau norma-norma kehidupan masyarakat serta mendorong dan 

memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orangtua lazim disebut 

sosialisasi. Sosialisasi ini sebagai proses belajar yang membimbing anak ke 

arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota 

masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Sosialisasi dari orangtua ini 

sangatlah diperlukan oleh anak, karena anak masih terlalu mudah dan belum 

memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah 

kematangan.5

Peran orangtua dalam hal ini memberikan kepengasuhan keluarga yang 

hangat, penuh perhatian dan kasih sayang secara maksimal. Menurut Erik 

Erikson suasana keluarga yang demikian mempengaruhi perkembangan 

kepribadian yang sehat, yaitu anak-anak memiliki pribadi yang sangat 

mempercayai terhadap lingkungan sosialnya dengan baik. Hal ini menjadi 

dasar perkembangan pribadi yang sehat, stabil, percaya diri dan dapat 

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.6

Dalam konteks kehidupan sosio-budaya, anak-anak perlu mendapatkan 

bekal pendidikan nilai-nilai, norma, adat-istiadat, tata-krama dan etika sosial 

orangtuanya. Anak-anak mudah meniru untuk melakukan sesuatu sikap

maupun perilaku yang diamati dari lingkungan sosialnya. Orangtua yang 

memahami dan melakukan rasa tanggung jawabnya dengan baik, berarti 

mempersiapkan anak-anaknya untuk menjadi orang dewasa yang berbudi 

luhur, menjunjung norma, etika, dan adat istiadat dengan baik. Pada masa ini menurut Erikson anak mulai mengembangkan kepribadian seperti 

pembentukan konsep diri fisik, sosial dan akademis, guna menopang 

perkembangan harga diri, percaya diri dan efiksi diri.7

Peran keluarga sangat diperlukan dalam hal ini yaitu orangtua atau 

orang dewasa. Erikson menyatakan bahwa tugas orang dewasa adalah 

membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan potensi anak-anaknya 

sehingga menjadi pribadi yang mandiri. Orangtua dapat melakukan tugas dan 

kewajiban untuk membimbing, medidik dan mendampingi perkembangan 

anak-anaknya sampai tumbuh menjadi pribadi dewasa. Dengan demikian, 

orangtua memperoleh makna dalam hidupnya yaitu merasa bangga dan 

berguna untuk anak-anaknya. Namun sebaliknya kegagalan dalam mendidik 

anak menimbulkan perasaan kecewa, sedih, putus asa dan tidak bahagia. Oleh 

karena itu orangtua merasa tidak mampu mendidik anak dengan baik.

Faktor keluarga diyakini sebagai faktor yang paling utama berpengaruh 

pada anak-anak. Melalui aktivitas pengasuhan yang terlihat dari cara yang 

dipilih orangtua dalam mendidik anak, anak akan tumbuh dan berkembang 

dari pengalaman yang didapatnya. Study-study menemukan bahwa hubungan 

yang hangat dan saling mendukung dalam keluarga berhubungan dengan 

pembentukan karakter yang positif pada anak. Sebaliknya hubungan antara 

orangtua dan anak yang penuh dengan konflik dan sikap kekerasan berhubungan dengan kemunculan masalah-masalah psikologis pada masa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun