Mohon tunggu...
Devi Kusuma Anggraini
Devi Kusuma Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan dunia kepenulisan dan ingin belajar banyak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menfess, Alternatif Confess Para Anonim

29 Desember 2023   22:08 Diperbarui: 6 Januari 2024   19:22 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: URL Twitter.com berubah jadi X.com. (Foto: KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto) 

Masyarakat dan internet menjadi dua hal yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan yang serba modern ini. Kebutuhan akan informasi yang cepat dan berinteraksi tanpa terbatasnya ruang dan waktu menjadi alasan mengapa internet sangat dibutuhkan. 

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), masyarakat di Indonesia yang tercatat menggunakan internet berjumlah sebanyak 215,63 juta pengguna pada kurun waktu antara 2022 hingga 2023. Jumlah tersebut sudah hampir setara dengan  total populasi masyarakat Indonesia yang sebanyak 275,77 juta jiwa. 

Media sosial merupakan platform digital berbasis internet yang dapat memberikan ruang untuk penggunanya agar saling berinteraksi satu sama lain. 

Tak jarang media sosial juga dimanfaatkan sebagai platform berbagi postingan gambar, video, suara, hingga tulisan pada sesama pengguna. 

Perkembangan teknologi media baru berbasis media sosial seakan membawa manusia beralih pada dunia maya ciptaan mereka sendiri. Mereka dapat menciptakan dan menggunakan identitas yang mereka inginkan melalui sebuah akun media sosial. 

Dengan kebebasan dan kemudahan yang ditawarkan tersebut, siapa yang tidak suka?

Salah satunya adalah X. Pada saat ini siapa yang tidak tahu platform yang dikenal sebagai platform media sosial berbasis cuitan tulisan ini. 

X merupakan media sosial yang digunakan untuk memposting tulisan. Sebenarnya pengguna juga dapat memposting gambar, video, hingga live space, namun tetap saja postingan dengan tulisan sudah menjadi ciri khas tersendiri dari media sosial ini. 

X menjadi media sosial yang dikenal populer dan mudah digunakan, bagaimana tidak dengan mengakses media sosial ini kita dapat mengetahui kabar dari seluruh dunia melalui fitur trending topic. Selain itu bagi masyarakat pengguna X juga memanfaatkan aplikasi ini untuk tempat berbagi keresahan, kita dapat dengan bebas bertanya, berkeluh kesah, hingga curhat melalui fitur postingan yang tersedia.

Pernah mendengar istilah menfess? Mungkin bagi sebagian orang akan merasa bingung dengan istilah tersebut, namun bagi pengguna setia  X, menfess sudah menjadi makanan sehari-hari. 

Menfess atau mention confess merujuk pada pesan yang diunggah oleh pengirim (sender) melalui base yang tersedia, pesan tersebut dapat berbentuk pertanyaan, pernyataan, hingga curhatan. 

Salah satu hal yang membuat menfess populer di kalangan pengguna X adalah pengirim pesan dapat mengunggah pesan secara anonim, sehingga hal tersebut dapat memberikan efek 'bebas' mengekspresikan diri melalui pesan yang ditulis. 

Selain itu pengirim dapat mendapatkan feedback secara langsung dari penerima melalui kolom komentar postingan. Hal tersebut membuat pengirim tidak merasa dihakimi secara langsung karena penerima memberikan feedback berdasarkan cuitan yang diposting bukan berdasarkan siapa yang mengirim.

Menfess menjadi sarana curhatan para anonim

Istilah menfess menjadi populer setelah terciptanya autobase. Autobase menjadi sarana dimana menfess ini dapat diluncurkan. 

Melalui autobase seseorang dapat mengirimkan menfess sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Banyak sekali autobase yang muncul di X, dan biasanya autobase tersebut muncul dan diminati berdasarkan kesesuaian topik dan tema autobase. 

Seperti misalnya untuk pecinta hewan kita dapat menemukan @ZOO_FESS, lalu untuk membahas hal-hal umum kita dapat juga menemukan @convomfs, @tanyakanrl, dan @tubirfess. Beberapa autobase tersebut muncul akibat ketertarikan akan suatu topik dan hal pada kalangan pengguna X.

Menfess menjadi daya tarik utama pada autobase. Biasanya pengguna dapat mengirimkan menfess apabila sudah mendapatkan follow back dari base, namun ada juga autobase yang tidak memerlukan follow back untuk dapat mengirimkan menfess.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam menfess kita dapat bertanya mengenai keresahan pribadi atau umum, memberikan pernyataan akan suatu isu atau topik yang ada, hingga mengirimkan curhatan. 

Menfess yang dikirimkan akan diposting secara anonim, sehingga orang-orang tidak akan tau siapa orang dibalik pesan tersebut. Namun entah bagaimana, fenomena anonimitas dalam menfess tersebut masih terasa abu-abu. 

Satu sisi seseorang dapat merasakan kebebasan ekspresi dalam mencurahkan isi hatinya tanpa takut khawatir untuk di judge secara langsung. Namun akan tetapi satu sisi lain menfess juga dapat menjadi bilah pisau saat anonimitas tersebut digunakan untuk tindakan yang mengarah pada cyberbullying.

Seringkali menfess dihadirkan dengan cuitan tanpa konteks yang dapat mengundang berbagai macam reaksi warga X. Bahkan tak jarang menfess juga digunakan sebagai medium penebar kebencian terhadap seseorang.

Risa (17 tahun), tentu bukan nama sebenarnya, ia pernah menjadi korban ujaran kebencian anonim yang dikirimkan seseorang melalui autobase sekolahnya. 

"Waktu itu kaget aja, aku gatau apa-apa ternyata ada yang ngatain aku muka dua di menfess sekolah." ungkap Risa.

Menanggapi hal tersebut tentu Risa tidak menggubrisnya. Namun ada sisi kesal dalam diri Risa melihat cuitan anonim yang ditujukan untuknya dikirimkan melalui menfess sekolah. 

"Menfess itu nyebutin inisial nama lengkapku, sebenarnya juga aku ngga tau pasti itu benar untuk aku atau bukan. Cuma kalau memang itu buat aku, daripada ngomong disana mending langsung aja ngomong ke aku." Jelas Risa.

Sebenarnya juga Risa tidak terlalu ambil pusing mengenai hal tersebut, toh juga anonim yang mengirimkan pesan tersebut belum tentu mengenal Risa dengan baik. 

Berbeda dengan pengalaman yang dialami oleh Risa, Melati (20 tahun) merupakan pengguna X yang pernah mengirimkan menfess untuk mengungkapkan keresahan yang dialaminya. 

"Aku pernah sekali nggak sengaja nyerobot antrian di salah satu stand minuman di kantin. Eh ternyata orang yang aku serobot itu dosen baru di prodiku." Ungkap Melati.

Lantas Melati yang merasa bersalah tidak tahu harus minta maaf seperti apa. Waktu itu ia merasa takut dan akan sangat memalukan untuk meminta maaf secara langsung. Jadilah saat itu Melati mengirimkan permohonan maafnya melalui menfess autobase kampus.

"Seharian aku kepikiran tentang itu, ngerasa nggak enak sama beliau karena nyerobot antrian gitu aja. Berhubung aku tau beliau main X dan sering interaksi sama base kampus, jadi yaudah aku kirim menfess aja. Semoga beliau liat dan memaafkan." Lanjut Melati.

Melalui dua pengalaman yang dialami oleh Risa dan Melati, dapat kita ketahui bahwa menfess seolah memiliki dua sisi gelap dan terang. Sisi yang dapat membuat seseorang tidak nyaman dan terancam, dan satu sisi lain yang dapat membuat seseorang merasa terbantu. 

Lantas menilik dari sisi anonimitas, apakah hal tersebut memang marak terjadi di sosial media?

Mengapa fenomena anonimitas marak terjadi di media sosial?

Anonimitas sejatinya bukanlah hal baru pada era media baru saat ini. Identitas dapat diciptakan dan dibentuk sesuai yang diinginkan oleh pengguna media sosial masing-masing. Seolah-olah memang identitas asli memang tidak perlu diungkapkan, dan seseorang juga tidak perlu tau akan hal itu.

Suler (2004) mengemukakan fenomena anonimitas pada media sosial dapat menciptakan disinhibition effect yang dapat menyebabkan individu lebih bebas dalam bertindak dan berekspresi di media sosial. Kebebasan ini dapat mengarah ke hal yang menguntungkan dan merugikan. 

Kecenderungan seseorang untuk menyembunyikan identitasnya ini juga dapat disebabkan karena beberapa hal. 

Berdasarkan Global Perspective pada tahun 2013 menyebutkan alasan dibalik mengapa seseorang menyembunyikan identitasnya di media sosial adalah karena dengan menyembunyikan identitas pengguna merasa lebih aman, melindungi citra diri, selain itu dengan menyembunyikan identitas terasa menyenangkan bagi seseorang dan juga dapat menghindarkan mereka dari masalah yang ada. 

Alasan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Risa dan Melati mengenai hal yang dialaminya yang berhubungan dengan anonimitas. 

Risa merasa alasan anonim yang bersembunyi dibalik menfess yang ditujukan olehnya adalah untuk menghindarkannya dari masalah, anonim ingin mengungkapkan hal negatif tanpa harus repot-repot berhadapan secara langsung dengan orang terkait. 

Sedangkan untuk Melati, ia memilih mengungkapkan permohonan maaf melalui menfess agar citra yang dimilikinya tidak buruk, selain itu ia juga merasa akan lebih aman dan nyaman untuk mengungkapkannya melalui menfess. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun