Anonimitas sejatinya bukanlah hal baru pada era media baru saat ini. Identitas dapat diciptakan dan dibentuk sesuai yang diinginkan oleh pengguna media sosial masing-masing. Seolah-olah memang identitas asli memang tidak perlu diungkapkan, dan seseorang juga tidak perlu tau akan hal itu.
Suler (2004) mengemukakan fenomena anonimitas pada media sosial dapat menciptakan disinhibition effect yang dapat menyebabkan individu lebih bebas dalam bertindak dan berekspresi di media sosial. Kebebasan ini dapat mengarah ke hal yang menguntungkan dan merugikan.Â
Kecenderungan seseorang untuk menyembunyikan identitasnya ini juga dapat disebabkan karena beberapa hal.Â
Berdasarkan Global Perspective pada tahun 2013 menyebutkan alasan dibalik mengapa seseorang menyembunyikan identitasnya di media sosial adalah karena dengan menyembunyikan identitas pengguna merasa lebih aman, melindungi citra diri, selain itu dengan menyembunyikan identitas terasa menyenangkan bagi seseorang dan juga dapat menghindarkan mereka dari masalah yang ada.Â
Alasan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Risa dan Melati mengenai hal yang dialaminya yang berhubungan dengan anonimitas.Â
Risa merasa alasan anonim yang bersembunyi dibalik menfess yang ditujukan olehnya adalah untuk menghindarkannya dari masalah, anonim ingin mengungkapkan hal negatif tanpa harus repot-repot berhadapan secara langsung dengan orang terkait.Â
Sedangkan untuk Melati, ia memilih mengungkapkan permohonan maaf melalui menfess agar citra yang dimilikinya tidak buruk, selain itu ia juga merasa akan lebih aman dan nyaman untuk mengungkapkannya melalui menfess.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H