Mohon tunggu...
Vika Chorianti
Vika Chorianti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pecinta buku, musik dan movie

Wedding Organizer yang sangat mencintai dunia tulis menulis dan membaca buku ;)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Supernova; Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh - Sebuah Resensi

24 Desember 2014   06:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:35 2222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Diva yang mereka ciptakan adalah orang ketiga yang berfungsi sebagai penonton sekaligus penyeimbang tokoh2lainnya. Dan meski diakhir kisah peran Diva ternyata sangat signifikan, itu tentu keahlian sang sutradara untuk menyembunyikan kenyataan tersebut.

Bagaimana endingnya? Siapa akhirnya yang dipilih oleh Rara? Apakah ferre atau Aswin? Lalu apa atau siapa supernova itu? Seperti tulisan resensi sebelumnya, saya pun tidak mau memberitahukannya. Silahkan menonton sendiri di bioskop2terdekat kesayangan anda (iklan banget ;p). Karena sebagai sesama penikmat film sejati, saya juga tidak suka mengetahui ending cerita jika saya belum menonton filmnya. Kesannya gimana gitu ;p. Rasanya seperti ada yang mengganjal di hati.

***************************

Nah, kembali ke pertanyaan yang saya munculkan diatas. Mengapa kesannya rizal mantovani seakan ingin mengulang suksesnya film 5 cm, garapan film sebelumnya?

Jika kalian semua cermati, nama2pemain selain hamish daud, arifin putra dan paula verhoeven, adalah nama2pemain dalam film 5 cm, dan dengan pemilihan tokoh yang sama, minus saykoji dan denny sumargo. Maksud saya bukan secara pemilihan karakternya, namun padu padan tokohnya. Dalam film 5 cm, pada akhir cerita, herjunot ali berpasangan dengan raline shah meski sepanjang kisah, penonton seakan disuguhi cerita bahwa ada perasaan khusus antara raline shah dan fedi nuril. Film ini memang dijadikan semacam ajang reuni antar pemain 5 cm. Sebagai band pembawa sountrack film ini pun, mereka kembali mempercayakan kepada grup band Nidji, dengan arasemen lagu dan lirik2yang hampir mirip dengan film 5 cm itu.

Meski demikian, hal tersebut tidak mengurangi keapikan film tersebut. Saya sangat menyarankan kalian untuk menonton di bioskop dan tidak menyarankan untuk melihat dari hasil download ilegal apalagi dari dvd/vcd bajakan. Kenapa? karena kalian akan melewatkan bagian terbaik dari film ini yaitu musik pengiring kisahnya. Saya tidak sedang membicarakan sountrack lagunya ya, tapi musik instrumentalia yang menurut saya sangat grande sekali. Megah, menggelegar, menyayat dan menggugah jiwa, dan kata2lain yang tidak bisa saya temukan untuk melukiskan betapa istimewanya instrumentalia yang berada di sepanjang kisah itu. Kepala, badan dan jiwa saya seakan2ikut terentak dan bergerak seiring dengan irama lagu itu berkumandang.

Kesan saya lainnya tentang kehebatan Rizal Mantovani selain tata suaranya terletak pada tata gambarnya. Apik sekali. Dia mampu mengambil gambar dari jarak yang sangat jauh maupun dari jarak sangat dekat dengan sedemikian bagusnya. Dia bisa menyorot pantai yang sedemikian jauh dan luasnya dengan kualitas yang sama seperti saat dia menzoom pengambilan gambar melalui mata salah satu tokohnya. Spot2lokasi syutingnya juga sangat WOW. Dari mulai kantor Ferre atau Rara, Kapal Pesiar, Rumah Keduanya, benar2seperti iklan2real estate

Belum lagi animasi yang digabungkan dalam film ini. Bagaimana effect2dari teknologi komputer mampu dia hidupkan menjadi sesuatu yang tampak seakan benar2nyata. Bagaimana kupu2hasil animasi mampu terbang seakan benar2hidup dan menyatu dengan gambar hasil syuting. Semuanya benar2acung banyak jempol untuk sang sutradara. Saya juga salut penggunaan animasi dengan busana tradisional batik untuk kisah yang diceritakan ferre kepada rara. Begitu tradisional namun tetap menawan.

Dan meskipun saya yakin pembuatan film ini adalah keberhasilan dari semua pihak yang mendukung pada bagian masing2, namun saya merasa bahwa sang pemimpinlah yang memegang ujung tombak yang menentukan berhasil tidaknya sebuah film dibuat. Dia haruslah seseorang yang memiliki cita rasa seni yang cukup tinggi sehingga mampu meramu semua kelebihan timnya menjadi sebuah kisah yang sangat sangat enak untuk ditonton.

Namun rizal mantovani tetap seorang manusia. Hasil karyanya tidak luput dari hal2yang menurut saya mengganggu mata. Yang paling utama adalah, tentu saja, saya sangat tidak rela saat dia menjadikan hamish daud dan arifin putra sebagai sepasang kekasih gay. Keduanya adalah tokoh pujaan saya karena kegantengannya.

Saya mengenal dan mulai tertarik dengan Arifin Putra saat dia beradu akting dengan Marcella Zalianty dalam film Batas. Saya bahkan sempat jeles saat tahu ternyata Arifin Putra berpasangan dengan Tara Basro (menurutku mereka tidak serasi ;p). Untuk Hamish Daud, saya mengenalnya melalui acaranya di salah satu stasiun televisi terkemuka di Indonesia. Nama program acara yang dibawakannya adalah My Trip My Adventure. Dan bahkan pada episode hari Sabtu kemarin saat dia pulang kampung di rumahnya di Sumba Timur, saya juga sempet jeles melihat kebersamaan Hamish dengan Nadine candrawinata yang sepertinya lebih dari sekedar teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun