Dahulu pernah di pondok saya diberikan aturan dilarang nggosop. Namun tidak mempan. Antara peraturan yang kurang mendisiplinkan atau karena budaya nggosopnya yang memang sudah mengakar. Intinya sulit menghentikan yang satu ini.
Yang paling bikin gemes adalah budaya ghasab ini tidak pandang bulu. Milik siapapun bisa menjadi target, termasuk milik ustad ustadzah.
Namun dalam catatan tidak tau kalau barang tersebut milik muallim mereka. Bagaimanapun ketakziman santri terhadap muallimnya menciptakan rasa sungkan untuk nggosop barang mereka.
Dan lucunya, tidak hanya barang milik umat pondok yang jadi korban ghasab. Di pondok saya dulu, santri putri kalau dijenguk orang tuanya boleh berkunjung ke kamar asrama putri.
Maka otomatis wali murid ini meninggalkan sandalnya diluar. Nah, santri putri yang tidak tau kalau sandal tersebut milik wali murid, biasanya main ghasab juga. Akibatnya tentu saja wali santri harus muter-muter nyari sandal sebelum pulang.
Kalau santri senior, biasanya sandal wali yang menjenguknya ini dibawa masuk, dimasukkan plastik. Begitulah cara amannya agar kalau pulang sang wali santri tidak harus beli sandal baru dulu.
Btw karena saya dulu sering merasakan jadi korban ghasab, sekarang kalau punya sandal rasanya lama nggak rusak-rusak. Dulu sekian bulan atau minggu sudah beli baru karena hilang. Sekarang kalau beli baru karena rusak atau bosan karena nggak rusak-rusak.
Apakah saya rindu jadi korban ghasab ? Tentu saja tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H