Semua barang berpotensi dighasab, dari barang kecil sekelas jarum pentul hingga kelas barang besar seperti bantal guling. Rumusnya adalah barang yang tergeletak ditempat terbuka 'menjadi milik umum'.
Namun barang yang paling rawan number one kena ghasab tentu saja sandal dan sepatu. Hal ini karena kedua benda ini sering dalam keadaan kotor jika habis digunakan sehingga tidak bisa dimasukkan almari.
Maka mau tidak mau kedua benda ini diletakkan di rak. Jikalaupun kedua benda ini diletakkan di keranjang khusus milik perkamar pun, tetap berpotensi dighasab.
Demikianlah maka sering sekali santri yang sampai berstatus tidak punya sandal atau sepatu. Tentu menjengkelkan ketika sandal hilang di moment penting.
Yang lucu adalah kalau ada santri yang ke masjid menggunakan sepatu sekolah, atau yang terpaksa menggunakan sandal beda pasangan. Tapi mau bagaimana lagi, mereka harus memakai seadanya karena juga berburu waktu agar tidak terlambat mengikuti kegiatan.
Perasaan ketika barang dighasab
Yang pernah tinggal di pesantren pasti tau banget gimana rasanya ketika barang-barang tercinta hilang entah kemana. Sekali hilang maka potensi kembalinya hanya 20% alias ya sudahlah. Sebut saja sandal dighasab untuk pergi kantin.
Kemudian di kantin sandal itu dighasab lagi oleh lain orang. Maka jadilah sandal itu akan tersesat semakin jauh dan kecil kemungkinan untuk kembali ke pemiliknya.
Sedih ? pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Begitulah resiko tinggal dengan banyak orang.
Bagaimana cara agar barang aman dari ghasab ?
Sampai saat ini diketahui cara terbaik mengamankan barang dari ghasaban adalah dengan menjaga barang pribadi sebaik mungkin. Hanya diri kita yang dapat menyelamatkannya.