Mohon tunggu...
Devi Ayu Kusmiati
Devi Ayu Kusmiati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pembangunan Nasiona Veteran Jawa Timur

Internship Marketing and Business Analyst - Widya Robotics (PT Widya Inovasi Indonesia) Sedang menempuh kuliah di Universitas Pembangunan Nasiona Veteran Jawa Timur, semester 6, jurusan Ilmu Komunikasi Memiliki ketertarikan dalam dunia Digital Marketing. Pekerja keras, pandai beradaptasi, mudah bergail, cepat mempelajar hal baru. Suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adanya Komponen Cadangan yang Kontradiktif

15 Juni 2022   10:00 Diperbarui: 15 Juni 2022   10:13 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan juga menurutnya jika usul tersebut keliru kerena masalah internal dalam TNI masih banyak, komponen utama tersebut yang justru tidak bekerja sesuai tugas pokok mereka, yaitu dengan menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI berdasarkan UUD 1945, dan juga melindungi segenap bangsa.

Seorang kriminolog dari Universitas Indonesia, Leopold Sudaryono mengatakan, apa ancaman terbesar Indonesia kedepan dalam konteks pertahanan negara, apa serangan militer dari negara lain atau masalah internal negara seperti korupsi, kemiskinan, penegak hukum yang buruk, penyalahgunaan wewenang? 

Jika masalah itu adalah masalah internal, maka solusi adalah jawabannya bukan latihan militer dan mobilisasi. Komponen cadangan akan tepat jika Kementrian Pertahanan dapat menunjukkan bukti bahwa serangan militer terhadap Indonesia itu merupakan ancaman nomor satu. Selain itu memberikan pelatihan komponen cadangan tetapi di satu sisi masalah internal dalam negera tidak ada perubahan maka itu akan sia-sia.

Selain itu menurut Fatia Maulidiyanti seorang coordinator KontraS juga kurang menyetujui adanya program tersebut. Beliau mengatakan jika pendekatan militerisme dalam pendidikan formal sangatlah berbahaya karena dapat memelihara kultur kekerasan. Fatia juga mempertanyakan kebijakan tersebut dengan menyebutkan sebagai upaya untuk meminimalisir sikap kritis dari mahasiswa agar lebih patuh dengan sistem yang dikelola negara. 

Berbagai pihak pun juga mengatakan jika belum perlu untuk diadakannya, meskipun pada akhirnya jika program tersebut terealisasikan maka sebaiknya hanya mahasiswa yang tertarik saja untuk mengikutinya dengan memenuhi persyaratan yang ada. 

Dan jangan sampai militerisme muncul di kampus, karena kampus sendiri adalah tempat para akademis, dimana mereka lebih mengutamakan dialog dan pemikiran kritis yang terbuka pada berbagai macam pemikiran sejauh dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.

Pada dasarnya di era sekarang untuk dikatakan sebagai bentuk ‘Bela Negara’ tidak hanya dengan mengikuti adanya komponen cadangan saja. ‘Bela Negara’ dapat juga dengan apa yang tercantum dalam pasal 9 UU nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, yakni upaya bela negara dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian profersi. Dalam artian seperti seorang guru pun bisa melakukan upaya bela negara dengan mengajar bershungguh-sungguh untuk para generasi bangsa.

 

 

Daftar Pustaka

Briantika, Adi 2020. “Milenial Perlu Gabung Komponen Cadangan agar Cinta Negara?Tidak.”https://tirto.id/milenial-perlu-gabung-komponen-cadangan-agar-cinta-negara-tidak-fYKR (Diakses pada 31 Oktober 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun