Mohon tunggu...
Devia Nalini Sheera
Devia Nalini Sheera Mohon Tunggu... lainnya -

Banyak hal yang perlu diluruskan, jadi temani aku untuk memahaminya..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Harus Ada Candi

25 Juli 2013   04:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:04 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hal yang tidak terduga bahwa ilmu matematika modern telah diadaptasi dalam pembangunan candi yang memiliki tinggi asli 42 meter ini. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada abad 8-9, peradaban Jawa telah membangun karya seni 3 dimensi yang sangat kompleks, seperti Candi Borobudur dan Prambanan. "Rumusnya sama tapi penyusunannya beda," tandasnya.

Dalam dimensi yang lebih abstrak, apabila candi atau kuil itu merupakan suatu kompleks maka seluruh bangunan beserta komponennya itu mencerminkan suatu skema atau diagram ritual yang lebih sering disebut dengan istilah Yantra atau Mandala. Mandala secara harafiah disebut lingkaran dalam bahasa Sansekerta, asal muasal dari semua penciptaan, bergerak dengan cara berputar. Rigweda mengenalkan Mandala sebagai nama dari pekerjaan. Mandala juga adalah istilah dari salah satu sepuluh buku Rigweda, kitab suci agama Hindu (Sruti).

Diagram Yantra Hindu adalah desain Mandala di kepercayaan Buddha. Yantra berbentuk geometri suci yang menggambarkan aksara simbol Hindu yang mewakili dimensi dan kedudukan para Dewa (Dev: sinar suci). Obyek yang indah ini bermanfaat sebagai pusat ritual meditasi dalam praktek Sadhana karena dianggap sebagai pintu pewahyuan, di setiap simbol Yantra beresonansi secara sintesis yang memberikan pengalaman spiritual dari segi konsep kosmik, contoh popular di masa kini adalah meditasi transedental - laku japa mantra (berucap mantram suci selama 20 menit).

Kata Yantra berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti alat atau sarana; dan secara lebih khusus digunakan untuk menyebut alat yang digunakan oleh para yogi atau brahmana untuk bermeditasi. Lebih spesifik lagi, kata Yantra yang berasal dari akar kata 'yam' juga berarti mendukung, menopang, atau menyokong kekuatan-kekuatan yang melekat pada suatu unsur, objek, atau konsep. Di India Selatan, peran Yantra sangat penting, terutama dalam mendirikan bangunan-bangunan suci yang diperuntukkan bagi Çakti. Yantra juga diletakkan dalam pondasi garbhagrha, serta pada sudut-sudut penting di suatu candi. Yantra juga berpengaruh pada komposisi berbagai pahatan arca yang menempel atau menghiasi, baik dinding luar maupun dinding dalam candi.

Akhir-akhir ini, dari penemuan manuskrip yang ditemukan di Orissa (Silpa-Prakasa) yang berasal dari abad 9-12 M, diperoleh gambaran tentang candi dan upacara perencanaan candi yang dikenal dengan aliran kanan (menganankan bangunan). Menurut buku petunjuk ini maka sebelum suatu Candi didirikan, terlebih dahulu harus ditancapkan sebuah pasak di tanah yang menyimbolkan sebagai axis utama dari alam semesta yang disebut dengan istilah Yantra Garbha (the womb of the yantra). Kemudian, dari titik sentral itu ditarik garis melingkar, termasuk ke sepuluh penjuru mata angin, termasuk zenit dan nadir. Masing-masing arah itu dianggap merupakan tempat kedewaan dan dari kesepuluh titik itulah perencanaan suatu kuil dilakukan.

Dalam kaitannya dengan arsitektur, suatu Yantra bukanlah merupakan denah (ground-plan) untuk suatu candi, melainkan skema dasar tentang denah-denah suci dalam pembangunan suatu candi yang harus dipenuhi. Dasar anggapan ini terutama karena dimensi serta ukuran arsitektur kuil atau candi dianggap sebagai hal yang sifatnya spesifik dan oleh karenanya maka diperlukan aturan-aturan yang sifatnya ritual dalam rangka menyusun kerangka dasarnya. Oleh karena sifatnya yang sakral itu maka pembangunan suatu candi atau kuil harus benar-benar mengikuti aturan yang ditentukan dan tidak boleh diubah secara semena-mena atau sekehendak hati pembuatnya.

Secara sederhana kata Mandala dapat dipahami sebagai konfigurasi kosmis yang menggambarkan ploting kedudukan dewa-dewa secara hierarkis. Pada mulanya, konfigurasi bentuk Mandala itu berkembang dari bentuk persegi yang mewakili keempat penjuru mata angin, selanjutnya berkembang menjadi bentuk segi delapan, dua belas, tiga puluh dua, dan seterusnya, sehingga membentuk diagram-diagram tertentu. Dari sejumlah besar titik sudut itu maka bagian tengah merupakan bagian yang paling penting karena menjadi tempat kedudukan arca utama atau simbol lain yang menggantikan arca itu. Titik-titik di bagian luarnya secara melingkar dan mengelilingi titik tengah tadi merupakan tempat kedudukan dewa-dewa lain yang lebih rendah.

Psikoanalis Carl Jung menyebut Mandala sebagai representasi dari ketidak-sadaran, percaya pada pola-pola ini sebagai sarana untuk memahami kepribadian dengan totalitas. Seni dan spiritual Mandala di Tibet memakai teknik Anuttarayoga Tantra, sejenis yoga yang dipraktekkan para Bhikku yang terseleksi sejak kelahiran untuk berlatih teknik spiritual tersebut dan percaya pada kekuatan psikis yang menarik energi dari dimensi Buddha Himalaya, di dalam proses dan kondisi meditatif menciptakan Mandala dan aksara-aksara suci. Tantra Hindu menganggap bathin manusia sebagai mikrokomos yang mengetahui hukum semesta makrokosmos. Pengertian kosmos yang paling umum adalah suatu sistem yang teratur atau berada dalam harmoni, antitesis dari khaos. Ilmu kosmologi mempelajari struktur dan sejarah alam semesta, berhubungan erat dengan asal mula dan evolusi.

Alat satu-satunya yang bersedia dari ilmu sains adalah teknologi mengukur gelombang otak dan jantung hati. Menurut Dr. Dorothy M. Neddermeyer (PhD), jantung hati melebihi vibrasi yang dihasilkan otak. Baginya, Mandala melambangkan pergerakan jiwa ke inti dari makhluk rohani, yang harus mengarah pada rekonsiliasi internal dan integritas baru oleh Sang Diri. Menyetujui desain dan bentuk Mandala adalah hubungan antara bumi dan langit yang menunjukkan cara kerjanya. Hal ini kemudian diisi dengan fungsi warna permintaan (syarat) bermeditasi. - Niki Saraswati & Odette Bouyatt, Les Mandalas de Niki.

Di dalam kosmologi Hindu, permukaan bumi berbentuk segi empat, suatu bentuk yang paling fundamental dari seluruh bentuk dalam Hindu., dimana empat sudutnya mengacu pada 4 arah mata angin : Utara, Selatan, Timur dan Barat (disebut Chaturbuhuji/empat sudut) yang diujudkan dalam bentuk simbolis yang disebut Prithvi Mandala. Kramrisch (1981) menyebutkan: The surface of the earth, in traditional Indian cosmology, is regarded as area demarcated by sunrise and sunset, by the point where the sun apparently emerges above and sinks below the horizon; by the East and West, and also by the North and South Points .It is therefore represented by mandala of a square.

Artinya bahwa permukaan bumi di dalam kosmologi Hindu, dipandang sebagai area yang dibatasi terbit dan terbenamnya matahari oleh titik dimana matahari muncul di atas dan terbenam di bawah cakrawala, oleh timur dan barat dan juga oleh utara dan selatan. Oleh karena itu bumi diwujudkan dalam bentuk Mandala segi empat. Segi empat ini bukan merupakan garis penampang bentuk bumi, akan tetapi merupakan garis penghubung titik titik dimana matahari terbit dan terbenam di timur dan barat, serta utara dan selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun