Mohon tunggu...
Devani Herast
Devani Herast Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengupas Cerita Saat Cinta Selalu Pulang dalam Novel Refrain Karya Winna Effendi

27 Februari 2018   21:47 Diperbarui: 27 Februari 2018   22:04 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Trampolin yang dipasang di kebun belakang rumahnya ini adalah tempat favoritnya dengan Niki. Waktu kecil, dia merengek supaya dibelikan sebuah trampolin besar. Setiap hari mereka berdua melompatlompat diatasnya sampai capek, kemudian berbaring terlentang di sana sambil menengadah memandang langit yang membentang luas. Kini mereka berdua sudah terlalu besar untuk berbagi ruang di trampolin itu, tapi tetap saja mereka suka melakukannya. (Hal.113)

          Tidak banyak latar tempat yang dihadirkan dalam nofel Refrain ini, hanya sekolah tempat mereka belajar dan juga sekolah tempat Oliver belajar, rumah Nata, rumah Niki dan rumah Ananalise yang digambarkan memiliki arsitektur yang sangat indah, lapangan basket di sekolah mereka dan juga lapangan basket kompleks rumah Nata dan Niki. Bandara, tempat dimana Nata, Niki dan Annalise menunggu kedatangangan Mama Annalise dan tempat mengantarkan Nata pergi ke New York.

           Latar waktu yang digunakan tidak begitu banyak. Latar waktu kita sehari-hari yang sering bermunculan dalam bab-bab di novel Refrain ini karena ceritanya tidak jauh-jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Lalu ada saat 17 agustus diadakan pensi dimana Nata ikut perpartisipasi di dalamnya dan timbul benih-benih konflik yang akan dihadirkan dalam novel ini, seperti pertemuan pertama Niki dan Oliver, Helena merasa terabaikan oleh Oliver.

           Latar sosial dalam novel ini tidak di sajikan dengan dramatis. Nata dan Niki hidup dalam keluarga yang berkecukupan dan dengan budaya modern yang tidak begitu ditonjolkan oleh penulis.  Namun Annalise digambarkan sebagai anak seorang model dan perancang busana terkenal yang membuat hidupnya dipersulit oleh ibunya, ia harus berpindah-pindah sekolah dan hampir tidak pernah merasakan mempunyai keluarga, memang kebutuhan materil Annalise terpenuhi dari kerja keras ibunya, namun kerja keras ibunya pun juga membuatnya bingung harus berbuat apa dan memilih untuk menerima apapun dan pasrah.

           Sudut pandangyang digunakan dalam novel Refrain ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Sudut pandang ini sering digunakan oleh penulis-penulis novel bergenre percintaan yang juga merupakan ciri khas dari Winna Effendi itu sendiri. Winna cukup konsisten dengan sudut pandang  yang ia bawakan dari awal cerita sampai akhir cerita.

           Novel ketiga karya Winna Effendi ini memberikan pelajaran pada kita bahwa tidak ada cinta yang sempurna, semua datang dan pergi menguji kesabaran kita. Kita hanya perlu melath kesabaran dalam menunggu karena cinta itu akan pulang, tergantung kita masih setia menunggu atau malah memilih untuk meninggalkan. Persahabatan juga semacam itu, tidak ada persahabatan biasa saja, semua pasti akan timbul benih cinta dan bagaimana kita harus menyikapinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun