Mohon tunggu...
Devani Herast
Devani Herast Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengupas Cerita Saat Cinta Selalu Pulang dalam Novel Refrain Karya Winna Effendi

27 Februari 2018   21:47 Diperbarui: 27 Februari 2018   22:04 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seperti orang bodoh saja, menunggu berjam-jam lamanya untuk seseorang yang tidak akan datang. Seharusnya, dia tidak terlalu terkejut, karena sudah beberapa kali Mama membatalkan janji sebelumnya. (hal.70)

 

          Itu adalah kutipan dari ucapan Annalise, salah satu tokoh utama dalam novel. Pada saat itu Annalise sedang mengalami masa sulit dalam keluarganya. Masalah perceraian orang tua dan kesibukan mamanya menjadi model dan perancang busana yang membuat Annalise tidak merasakan kasih sayang orang tua sama sekali. Di akhir cerita Winna Effendi juga memberikan penyelesaian masalah keluarga si tokoh Annalise ini. Tidak hanya berkukuh pada cerita persahabatan dan percintaan saja namun permasalahan yang sering kita alami shari-haripun ikut di hadirkan dan mungkin penulis novel Refrain ingin kita mengambil pelajaran dari cerita antara Nata, Niki dan Annalise ini.

           Rata-rata novel yang ditulis oleh Winna Effendi menggunakan alur maju namun tidak monoton. Pada novel Refrain ini pula Winna Effendi menggunakan alur maju. Pada awal-awal dan tengah cerita dituliskan saat Nata dan Niki yang sedang duduk di masa SMA dan menceritakan ingatan masa kecil mereka masih-masing. Pada akhir cerita Winna memajukan waktu cerita lebih cepat untuk menggambarkan kedua tokoh, Nata dan Niki yang sudah dewasa dan mendapatkan cintanya kembali. Alur yang ada di novel ini sangat sederhana dan tidak akan membuat pembaca sulit mendapatkan isi dari novel Refrain ini.

           Pengenalan tokoh dilakukan dengan detail namun ringkas dan jelas. Dalam pemunculan konfliknya dibuat dengan sesederhana mungkin untuk menghindari rasa dramatisme yang berlebihan karena mungkin target penulis adalah remaja-remaja. Konflik yang timbul tidak langung serentak bermunculan, contohnya pada saat Anna dipaksa untuk pindah ke Milan bersama mamanya diselesaikan terlebih dahulu sebelum memulai konflik baru yaitu cerita patah hati pertama Niki. Dalam ujung novel yaitu penyelesaian, Winna mengisahkan latar lima tahun kemudian setelah kepergian Nata ke New York, di mana saat itu pertemuan dua sejoli yang cintanya harus terpisah jauh dan dipertemukan untuk pertama kalinya. Ending yang diberikan Winna bisa terbilang menggantung karena pertemuan itu tidak mengatakan pada akhirnya Nata dan Niki akan bersama atau tidak, namun yang pasti cinta sudah pulang.

Saat itu, mereka berdua berusia tujuh tahun. Trampolin baru itu terlalu besar untuk tubuh mereka yang mungil sehingga Niki selalu merasa dia tenggelam dalam kegelapan hitam pekat kain raksasa itu. (Hal.352)

 

Tiba-tiba, Niki merasa sentimentil. Tidak terasa, lima tahun telah berlalu menggantikan hari cerah di pantai itu. Dia rela melakukan apa saja untuk kembali ke masa-masa itu, saat mereka hanyalah anak-anak yang polos, saat persahabatan saja sudah cukup. (Hal.366)

           Tokoh-tokoh yang di hadirkan dalam novel Refrain ini tidaklah terlalu banyak, hanya tiga tokoh utama yang membintangi setiap segmen-segmen cerita. Nata dan Niki tak lupa kehadiran anak baru, Annalise yang menjadi cikal bakal persahabatan yang rumit di antara mereka bertiga. Tokoh pembantu yang krusial yang juga hadir untuk memperkeruh keadaan sang tokoh utama pun juga dituliskan dengan baik oleh Winna Effendi.

           Tokoh Nata, dalam novel Refrain ini digambarkan sebagai pemuda yang biasa saja pada seumurannya, pintar, masih labil, pemalu, cuek, galak, dan tidak romantis. Perawakan yang cukup menarik lawan jenis karena beberapa temannya menyimpan kekaguman pada tokoh Nata ini. Tokoh Nata di novel ini juga digambarkan mempunyai obsesi dengan musik karena beberapa kali penulis mendeskripsikan Nata membawa gitar, menciptakan lagu-lagu dan sempat mengikuti pentas seni yang digelar sekolahnya.

Dengar-dengar, dia sangat pintar. Nilainya tidak pernah kurang dari angka delapan, walaupun dia jarang belajar dan lebih sering ketiduran saat pelajaran. Gayanya cuek dan sepertinya sifatnya agak pendiam. (Hal.35)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun