k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
l. Adanya wa'ad dan wa'id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan yang jahat harus masuk ke dalam neraka)
m. Amar makruf nahi mungkar,
n. Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasyabihat (samar),
o. Al-Quran adalah makhluk,
p. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
Apabila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum khawarij dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu politik, teologi, dan sosial. Doktrin khawarij dari poin a sampai dengan poin h dapat dikategorikan sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala negara (khalifah).
Melihat pengertian politik secara praktis yaitu kemahiran bernegara, atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, atau kemahiran mengenai latar belakang, motivasi, dan hasrat manusia ingin memperoleh kekuasaan. Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik. Kebencian khawarij terhadap Mu'awiyah ditambah dengan kenyataan bahwa keislamannya belum lama.
Kelompok khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Jalan pintas yang ditempuh adalah membunuhnya, termasuk orang yang mengusahakannya menjadi khalifah dikumandangkanlah sikap bergerilyah untuk membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar sebagai mana tertera pada poin i dan j. Akibat doktrinnya menentang pemerintah, khawarij harus menanggung akibatnya. Kelompok ini selalu dikejar-kejar dan ditumpas pemerintah. Lalu, perkembangannya sebagaimana dituturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia Selatan.
Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan radikalitas itu adalah asal usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas, dan tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama. Sifat fanatik itu biasanya mendorong seseorang berpikir sangat simplistis; berpengetahuan sederhana; melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, bukan berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber pesan (wadah) daripada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain; mempertahankan secara kaku sistem kepercayaannya; dan menolak mengabaikan dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.
Adapun doktrin-doktrin selanjutnya yaitu dari poin k sampai p dapat dikategorikan sebagai doktrin teologis-sosial. Doktrin-doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok khawarij, sehingga sebagian pengamat menganggap doktrin-doktrin ini lebih mirip dengan doktrin mu'tazilah, meskipun kebenaran adanya doktrin ini dalam wacan kelompok khawarij masih patut dikaji lebih mendalam. Sebab, dapat diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama, sebagai mana dilakukan kelompok khawarij, cenderung berwatak tekstualis / skripturalis, sehingga menjadi fundamentalis.