Mohon tunggu...
Devani Yolanda
Devani Yolanda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sisi Moderatisme Khawarij

29 September 2018   11:39 Diperbarui: 29 September 2018   13:35 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1. Latar Belakang Khawarij

Khawarij sendiri yang merupakan buah ekstremisme tahkim terpecah menjadi dua puluh golongan, termasuk ibadiyah. Meski khawarij dikenal dengan keekstrimannya, tapi ibadiyah yang lahir dari rahim khawarij sendiri terkesan lebih moderat dibanding kelompok yang lain. Dan, sebab pemikiran moderatnya itulah, ia bisa bertahan hingga sekarang dan pemikirannya hampir tersebar diseluruh jazirah arab. Bahkan di sebagian negara selain jazirah arab, pemikirannya dijadikan ideologi resmi.

2. Pengertian Khawarij

Khawarij adalah sebuah kelompok yang pada awalnya merupakan pendukung setia sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Mereka menyatakan keluar dari barisan Ali ketika gencatan senjata atau arbitrase yang ditawarkan oleh pihak Muawiyah saat perang siffin. Mereka menganggap hal itu merupakan permainan politik Muawiyah untuk menghindari kekalahan dalam peperangan. Dan penerimaan Ali terhadap arbitrase dianggap sebuah kebodohan dan batil. Lalu khawarij berkumpul disebuah daerah yang bernama Haura' yang tidak jauh dari kufah.

Disinilah mereka melantik seorang pemimpin yang bernama Abdullah Bin Wahab Ar-Rasibi. Dan khawarij saat itu dikenal dengan sebutan Haruriah yang dinisbatkan pada Haura'. Selain itu ibadiya juga disebut sebagai sekte al-muhakkimah , karena mereka yang pertama kali mengatakan La Hukma Illa Lillah (tidak ada peraturan selain peraturan Allah). Kemudian kaum khawarij terpecah menjadi dua puluh kelompok. Hal itu mengindikasikan adanya kesenjangan dalam tubuh khawarij sendiri, meski di sisi lain terdapat titik temu antara satu kelompok dengan yang lain.

Khawarij dikenal dengan keekstremannya, tapi tidak semua kelompok yang dinisbatkan pada khawarij  itu ekstrim. Buktinya, sekte ibadiyah yang merupakan sempalan khawarij. Ia terkesan lebih moderat daripada kelompok yang lain. Mereka lebih mendekati Ahlu Sunnah dalam beberapa permasalahan, seperti qadla'-qadar dan penafsiran tentang status Al-quran yang kita baca sekarang, dan lain-lain. Sekte ibadiyah lahir dari rahim khawarij pada abad ke-1 H di basrah. 

Tapi, penanaman ibadiyah pada sekte ini baru muncul pada akhir abad ke-3 H. Sebelumnya, mereka mengatasnamakan dirinya sebagai jamaah muslimin, Ahlu Dakwah dan Ahlul Haqqi Wal Istiqomah. Ibadiyah tidak mau disebut khawarij, mengingat sebutan tersebut terkesan buruk dan memojokkan. Juga sebutan itu biasanya ditujukan kepada para ekstrimis atau kelompok yang sama sekali tidak mengedepankan sisi humanisme. Ibadiyah berkata, bahwa orang yang keluar dari barisan Ali in Abi Thalib tidak serta merta disebut khawarij dengan arti sempit yang hanya tertuju pada sekte islam. 

Menurut mereka, penanaman khawarij kepada suatu kelompok tidak bisa dipandang dari arti politis revolusi, baik revolusi yang dibenarkan syariat atau tidak. Tapi penamaan itu lebih kepada arti religius. Jadi yang pantas menyandang  sebutan khawarij adalah kelompok yang keluar dari agama islam.

Dalam sekte ibadah, diperbolehkan membangkang atau keluar dari seorang pemimpin yang otoriter. Tapi ini hanya boleh, tidak wajib, kecuali kezaliman pemerintah tersebut melebihi batas dan mengancam keselamatan. maka dalam kasus seperti ini wajib hukumnya keluar dari pemerintahan.

Kepemimpinan yang melalui penunjukkan atau wasiat yang dianggap tidak sah oleh ibadiyah. Karena terkesan kurang fair dan bisa menimbulkan fitnah dikalangan masyarakat. Seperti keadaan yang menimpa orang-orang  khawarij sendiri. Menurut hemat penulis, keluarnya khawarij dari barisan ali bukan Cuma ketidak puasannya terhadap arbitrase  saja, melainkan hal ini juga dilatarbelakangi oleh kecemburuan sosial dari sebagian umat islam yang bukan keturunan quraisy. Mereka merasa tidak mungkin untuk menjadi pemimpin dengan status yang mereka sandang sehingga pemberontakkan dianggap solusi terakhir untuk menghindar dari diskriminasi golongan.

3. Doktrin-Doktrin Pokok Khawarij

Diantara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah:

a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam,

b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan arab,

c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat,

d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika melakukan kezaliman,

e. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa-ke khalifahnya, Utsman r.a. dianggap telah menyeleweng,

f. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia dianggap menyeleweng

g. Mu'awiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy'arl juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir,

h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir,

i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim (kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir, dengan risiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula,

j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al islam (negara islam),

k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,

l. Adanya wa'ad dan wa'id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan yang jahat harus masuk ke dalam neraka)

m. Amar makruf nahi mungkar,

n. Memalingkan ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasyabihat (samar),

o. Al-Quran adalah makhluk,

p. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

Apabila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum khawarij dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu politik, teologi, dan sosial. Doktrin khawarij dari poin a sampai dengan poin h dapat dikategorikan sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala negara (khalifah).

Melihat pengertian politik secara praktis yaitu kemahiran bernegara, atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, atau kemahiran mengenai latar belakang, motivasi, dan hasrat manusia ingin memperoleh kekuasaan. Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik. Kebencian khawarij terhadap Mu'awiyah ditambah dengan kenyataan bahwa keislamannya belum lama.

Kelompok khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Jalan pintas yang ditempuh adalah membunuhnya, termasuk orang yang mengusahakannya menjadi khalifah dikumandangkanlah sikap bergerilyah untuk membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar sebagai mana tertera pada poin i dan j. Akibat doktrinnya menentang pemerintah, khawarij harus menanggung akibatnya. Kelompok ini selalu dikejar-kejar dan ditumpas pemerintah. Lalu, perkembangannya sebagaimana dituturkan Harun Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, dan Arabia Selatan.

Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan radikalitas itu adalah asal usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas, dan tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama. Sifat fanatik itu biasanya mendorong seseorang berpikir sangat simplistis; berpengetahuan sederhana; melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, bukan berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber pesan (wadah) daripada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain; mempertahankan secara kaku sistem kepercayaannya; dan menolak mengabaikan dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.

Adapun doktrin-doktrin selanjutnya yaitu dari poin k sampai p dapat dikategorikan sebagai doktrin teologis-sosial. Doktrin-doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok khawarij, sehingga sebagian pengamat menganggap doktrin-doktrin ini lebih mirip dengan doktrin mu'tazilah, meskipun kebenaran adanya doktrin ini dalam wacan kelompok khawarij masih patut dikaji lebih mendalam. Sebab, dapat diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam pelaksanaan ajaran agama, sebagai mana dilakukan kelompok khawarij, cenderung berwatak tekstualis / skripturalis, sehingga menjadi fundamentalis.

4. Perkembangan Khawarij

Khawarij, sebagaimana telah dikemukakan, telah menjadikan imamah/khilafah/politik sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin-doktrin teologis lainnya. Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan kelompok Khawarij menyebabkannya sangat rentan pada perpecahan, baik secara internal kaum Khawarij maupun secara eksternal dengan sesama kelompok islam lainnya. Para pengamat telah berbeda pendapat tentang berapa banyak perpecahan yang terjadi dalam tubuh Khawarij. Al-Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 20 subsekte. Harun mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 18 subsekte. Adapun Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi, mengatakan bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.

Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-tokoh yang disebutkan diatas sepakat bahwa subsekte Khawarij yang besar hanya ada 8 yaitu:

a. Al-Muhakkimah,

b. Al-Azriqah,

c. An-Najdat,

d. Al-Baihasiyah,

e. Al-Ajaridah,

f. As-Saalabiyah,

g. Al-Abadiyah,

h. As-Sufriyah.

Semua subsekte itu membicarakan persoalan hukum yang berbuat dosa besar, apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya, doktrin teologi tetap menjadi primadona pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin yang lain hanya merupakan pelengkap. Pemikiran subsekte ini lebih bersifat praktis daripada teoretis, sehingga kriteria bahwa seseorang dapat dikategorikan sebagai mukmin atau kafir tidak jelas. Hal ini menyebabkan dalam kondisi tertentu seseorang dapat disebut mukmin sekaligus pada waktu yang bersamaan disebut sebagai kafir.

Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut dikategorikan sebagai aliran Khawarij, selama terdapat indikasi doktrin yang identik dengan aliran ini. Berkenaan dengan persoalan ini, Harun mengidentifikasikan beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran Khawarij masa kini, yaitu:

1. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun orang itu adalah penganut agama islam,

2. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan diamalkan, sedangkan islam sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan lain tidak benar,

3. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu dibawa kembali ke islam yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka pahami dan amalkan,

4. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat, mereka memilih imam dari golongannya, yaitu imam dalam arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan,

5. Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun