Mohon tunggu...
Devan Altop
Devan Altop Mohon Tunggu... -

Kesedihan yang paling mendalam, jika aku selalu melanggar dan tak menjalankan perintah Allah Swt yang tertera dalam Alqur,an dan juga yang paling aku takutkan kehidupanku tak pernah diberikan hidayah kebaikan selama hidup di dunia ini. Astaghfirullah ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dongeng Cinta oleh: Devan Altop

24 Maret 2014   18:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku merasa ingin dekat berada dengan Bara. Tetapi mengapa hatiku sepi, sesenyap rembulan malam. Apakah karena diriku tak mendapat ridho dari kedua orangtuaku? Ah ... sudahlah, aku tak mau percintaanku menjadi keruh dalam lumpur yang hitam.”

“ Tuhan, apakah salah rindu ini selalu memanggil nama Bara?”

“Cintaku bertekuk lutut, di atas kaki sang Pangeran Cinta.”

“Dia begitu, gagah dan pemberani dengan ketegasan yang selalu berucap Dewa.”

“Aku sangat menyayanginya, Tuhan?”

“Tolong aku yakinkan dengan sejuta rasa cinta dan sayang, karena aku tak mau air mata ini terus berdenting dalam resah yang menusuk-nusuk.”

“Tuhan, biarkan aku mencintainya seputih awan dan sebongkah salju. Karena hanya hatiku yang tahu, bahwa aku cinta mati karenanya.” Decaknya dalam hati Safana yang sedang dikelilingi kegalauan dengan air mata yang meluluhlantah. Namun, baru saja tertegun memandangi fajar pagi di jendela kamarnya. Tiba-tiba Hpnya berdering dengan keras memanggil-mangil. Cepat – cepat Safana mengangkatnya.

“Hallo, Adindaku sayang.”Suara Bara begitu mesra.

“Kakak Bara, kirain siapa. Pagi-pagi sudah telepon tumben ni,” sahut Safana, manja.

“Lhooo ... kok gitu si, tanyanya Adindaku? Padahal aku kangeeen banget. Habis aku udah enggak tahan ni pengen ketemu kamu.”

“Gombal, ah ...” jawab Safana malu-malu, sambil menyusut air matanya yang masih berderai lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun