Mohon tunggu...
Deva Amalia saka
Deva Amalia saka Mohon Tunggu... Arsitek - kuliah di Universitas Sultan Agung Semarang, Fakultas Teknik Sipil

saya Deva dengan kepribadian yg ngak suka ribet, simpel, dan harus maju

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Bangunan Arsitektur Masa Lalu sebagai Tempat Layak Pakai

18 Januari 2023   20:25 Diperbarui: 18 Januari 2023   20:29 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: Good News Forum Indonesia

PEMANFAATAN BANGUNAN ARSITEKTUR MASA LALU SEBAGAI TEMPAT LAYAK PAKAI

Deva Amalia Saka11, Meilan Arsanti 22

1Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung Semarang

2Staf Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Email1 : devaamalia901@gmail.com

Email2 : meilanarsanti@unissula.ac.id

ABSTRAK

Dalam sebuah Kota biasanya memiliki nilai sejarah, baik dari asal usul kotanya maupun dari sejarah perkembangannya. Sejarah ini terekam dalam sebuah wadah arsitektural, dimana bentuk bangunannya juga menjadi saksi sejarah. Namun dalam perkembangannya saat ini, kota metropolis bergerak sangat cepat sehingga banyak bangunan tua bersejarah yang terancam punah, atau dengan mempertimbangkan kebutuhan ekonomi, ditransformasikan menjadi bangunan baru baik bentuk maupun fungsinya, sehingga nilai sejarahnya tetap terjaga. bahaya. menghilang. Meski pemerintah kota melarang keras rekonstruksi ini, mengingat pelestarian nilai sejarah bangunan lama, banyak terjadi konflik antara nilai sejarah dan budaya dengan kepentingan ekonomi komersial. Masyarakat umum beranggapan bahwa bangunan bersejarah tua sudah tidak berguna lagi bagi aktivitas manusia, apalagi di era ekonomi yang kompetitif saat ini, sehingga banyak yang tidak lagi peduli dengan sejarah dibalik bentuk arsitektur masa lalu. Masalahnya, saat ini menjadi konflik yang akan terus berlanjut. Sebaiknya tercipta keselarasan antara nilai sejarah/budaya dan nilai ekonomi bisnis, sehingga keduanya dapat saling mendukung.

Dalam diskusi ini membahas pertanyaan apakah menggunakan kembali arsitektur dengan mengubah fungsi yang menekankan nilai komersial yang lebih kecil sambil mempertahankan bentuk sejarah arsitektur dapat menjadi solusi dan bagaimana hal ini mempengaruhi bentuk arsitektur atau aspek non-arsitektural. bentuk aktivitas komersial yang merupakan alternatif untuk memanfaatkan kembali arsitektur masa lalu, karena dianggap mendatangkan keuntungan besar bagi pemiliknya. Dengan resiprositas ekonomi, diharapkan pemilik atau masyarakat sekitar dapat berpartisipasi dalam pelestarian dan pelestarian bentuk-bentuk arsitektural masa lampau, namun tetap dengan standar dan kaidah kesesuaian bentuk arsitektural yang telah ditetapkan. Hal ini digunakan sebagai area perbelanjaan komersial. Bentuk arsitektur masa lalu dapat terus membawa manfaat bagi masyarakat dengan menggunakan kembali tindakan masa kini.

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

       Dalam sebuah bangunan yang terdapat didalam kota semestinya terdapat masa bangunanya ,diindonesia biasanya bangunan dapat berdiri lebih dari 10 tahun tergantung bahan bangunan dan tinggi bangunanya.

Banyak bangunan arsitektur masa lalu yang merupakan cagar budaya terbengkalai atau tidak lagi dirawat pemiliknya bahkan pemilik aset penting negara. Hal ini disebabkan konflik dengan kepentingan ekonomi karena biaya pemeliharaan bangunan tersebut relatif cukup  tinggi sementara masyarakat tidak menyadari pentingnya keberadaan peninggalan masa lalu ini sebagai bukti peradaban masa lalu.

Semestinya bangunan ini tidak boleh hanya mengandalkan nilai sosial budaya untuk bertahan hidup. Bangunan tersebut dapat berfungsi sebagai bangunan yang dapat menghasilkan manfaat material yang dapat digunakan sekurang-kurangnya untuk biaya pemeliharaan bangunan itu sendiri.

1.1 Resiko dalam penggunaan bagunan masa lalu/berumur

Resiko dapat didefinisikan sebagai   ketidak pastina atas terjadinya suatu peristiwaPengertian lain menjelaskan bahwa resiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan keuntungan/kerugian ekonomi atau finansial, kerusakan atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama penggunaan suatu bangunan. Menurut Watt (2008), kerusakan bangunan dapat dipandang sebagai kecacatan atau defect Fungsi dan kinerja komponen. Saat melakukan pemeriksaan atau penyidikan membutuhkan benchmark untuk mengukur tingkat kerusakan bangunan pada saat benchmark tersebut tersedia Jika tidak demikian, bisa dikatakan komponen tersebut rusak. Kerusakan dan dampak bangunan Untuk menentukan kerusakan bangunan, kerusakan yang ditimbulkan harus dinilai Perawatan harus diprioritaskan. Menurut Bakri dan Mydin (2013), kerusakan bangunan dapat terjadi apakah itu bangunan baru atau bangunan lama. Selain itu, kerusakan bangunan sangat luas mempengaruhi kepuasan pengguna bangunan

 

1.2 Manajemen Resiko

            Manajemen risiko adalah "aktivitas yang ditujukan untuk menanggapi atau meminimalkan risiko yang tidak diinginkan yang dapat diidentifikasi melalui rencana analisis risiko atau pengamatan lain untuk menghindari kemungkinan konsekuensi yang merugikan.

Identifikasi risiko merupakan langkah pertama dalam penerapan manajemen risiko dan merupakan langkah penting dalam pelaksanaan operasi. Dengan menganalisis adanya risiko dalam proses konstruksi, diketahui risiko apa saja yang muncul selama pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir. Selain itu, kami mengetahui bagaimana risiko ini dapat memengaruhi pencapaian tujuan operasional. Menurut Flanagan dan Norman (1993), terdapat tahapan dalam proses manajemen risiko sebagai berikut:

1. Identifikasi risiko, yaitu mengidentifikasi sumber dan jenis risiko.

2. Analisis risiko, i. H. Menilai konsekuensi hubungan antara jenis risiko atau kombinasinya Risiko menggunakan teknik analitis   untuk   menilai   dampak   risiko.             3.Menanggapi risiko, mis. membuat keputusan yang berbeda tentang risiko dalam kaitannya dengan sikap individu atau organisasi politik.

4.Menangapi risiko yaitu mempertimbangkan risiko yang harus dikelola.

           

II. TINJAUAN PUSTAKA

            Bangunan tua adalah bangunan arsitektur kuno yang diciptakan pada jaman lampau sehingga sekarang digunakan sebagai warisan budaya, yang memiliki daya seni  dan Historial tinggi yang perlu dirawat dan dilesatrikan hingga kini, sehingga nilai budaya dan sejarahnya tetap dapat terlihat.

2.1 Proyek konstruksi

            Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan.

Menurut D.I Cleland dan W.R. King (1987), proyek adalah gabungan dari berbagai sumber daya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Kegiatan atau tugas yang dilaksanakan pada proyek berupa pembangunan/perbaikan sarana fasilitas (gedung, jalan, jembatan, bendungan dan sebagainya) atau bisa juga berupa kegiatan penelitian, pengembangan. Dari pengertian di atas, maka proyek merupakan kegiatan yang bersifat sementara (waktu terbatas), tidak berulang, tidak bersifat rutin, mempunyai waktu awal dan waktu akhir, sumber daya terbatas/tertentu dan dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

2.2 Konsep Perencanaan Konstruksi

             Dalam hal ini, proyek memerlukan perencanaan yang dilakukan sejak awal, pelaksanaannya harus dipersiapkan agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Keberhasilan suatu proyek konstruksi sangat ditentukan oleh perencanaan konstruksi, baik dalam pengendalian maupun dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Ini termasuk fluktuasi dalam pembiayaan pembangunan gedung, yang juga terkait erat dengan pengaruh situasi ekonomi secara umum, yang dapat tercermin dalam keterlambatan pelaksanaan kegiatan dalam peningkatan biaya (cost overrun).

2.3 kelemahan pembangunan/

            Menyelesaikan proyek konstruksi tepat waktu dapat memastikan bahwa itu saling menguntungkan, oleh karena itu perusahaan yang baik selalu berusaha untuk melaksanakannya dalam waktu yang telah disepakati atau meminimalkan penundaan dengan memilih tindakan korektif yang diperlukan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis berbagai faktor. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek.

Keterlambatan merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, karena sangat merugikan kedua belah pihak baik dari segi waktu maupun biaya. Perkiraan biaya memainkan peran penting dalam pelaksanaan proyek, untuk menentukan berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk membangun proyek atau investasi, dan kemudian untuk merencanakan dan mengelola sumber daya seperti bahan, tenaga kerja, jasa dan waktu.

2.4 Kecelakaan Proyek

            Dalam tempat kerja, pekerja konstruksi memiliki risiko kecelakaan iproyek yang lebih tinggi karena pekerja bersentuhan langsung dengan benda berat, tajam, dan listrik. Proyek konstruksi merupakan kegiatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang dampaknya dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Hal ini mengakibatkan perlu adanya manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang berperan penting dalam pencegahan terjadinya kecelakaan kerja pada proyek konstruksi. Bagian dari manajemen kesehatan dan keselamatan kerja adalah mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja. Itu sebabnya kita perlu mengetahui risiko apa saja yang tersembunyi saat bekerja di industri konstruksi. Nah, berikut risiko kecelakaan kerja yang bisa terjadi: Terjatuh, Tertimpa,Terjepit,Terbentur,dan Tersetrum

III. METODOLOGI PENELITIAN

            Penelitian ini diawali dengan pencarian literatur berupa jurnal atau referensi Identifikasi risiko yang mungkin timbul saat menggunakan Gedung kuno seperti kota lama Semarang. 172 Para peneliti kemudian menyusun kuesioner dan membagikannya kepada peserta sasaran. Kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua termasuk pertanyaan tentang probabilitas dan dampak. Ini diklasifikasikan dari 30 variabel risiko yang diperoleh menjadi empat bagian, yaitu: force majeure, kerusakan struktural, kerusakan struktural, dll gangguan mekanikal, elektrikal, dan plumbing (MEP). Setelah kuesioner dibagikan, dilakukan tes Validitas dan reliabilitas jawaban responden

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN/

A Restorasi bangunan

Saya ambil sebagai contohnya seperti bangunan Gereja blenduk yang ada dikota semarang yang sempat merangkrah/tak digunakan setelah kekalahan Belanda dan kini dapat dijadikan sebagai tepat wisata kota Semarang dan tempat untuk sembayang umat Kristen.

Gereja Blenduk sebelum restorasi

                                                                                                  

Dan sesudah di restorasi dan digunakan Kembali

                                                                                         

B. Implementasi Adaptive Reuse

Dalam Burra Charter article 1.9 (2013) disebutkan bahwa adaptive reuse merupakan salah satu upaya dalam konservasi bangunan. Pada dasarnya semua konservasi terdiri dari tindakan yang dilakukan untuk melindungi dan menjaga keberlangsungan bangunan yang dilakukan dengan mengganti atau

meninggalkan fungsi lama dengan fungsi baru yang bermanfaat. Adaptasi ini adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai. Bangunan ini awalnya adalah bangunan yang Dibangun oleh Belanda yang digunakan sebagai tempat sembang dan sempat bangunan ini merangkrah/tak terpakai setelah kekalahan Belanda dan kini digunakan sebagai tempat wisata dan digunakan sebagai tempat sembayang umat Kristen.

Perubahan fungsi ini menggunakan strategi Adaptive Reuse yaitu tindakan yang dilakukan untuk melindungi dan menjaga keberlangsungan bangunan yang di mengganti atau meninggalkan fungsi lama dengan fungsi baru yang bermanfaat.

C. Memperbaikin Interior bangunan kuno

Tak hanya bagian luarnya saja yang direstorasi/diperbaiki tetapi juga interior dalam bangunanya. dalam mendesain suatu ruang dalam, seorang desainer diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip perancangan  desain interior guna mencapai suasana  tertentu.

Sumber: Travel Tempo.co
Sumber: Travel Tempo.co

                                                                                                         

 

 

 

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bangunan masa lalu di Indonesia dikatakan sebagai bangunan cagar budaya atau BCB dengan pertimbangan bukti peradaban masyarakat atau gaya arsitektur yang terdapat pada zamannya dibangun. Selain itu juga terdapat pertimbangan nilai- nilai sejarah, umur bangunan, keaslian, kelangkaan dan tenggeran. Nilai-nilai ini menjadi dasar pertimbangan untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya khususnya di Indonesia yang merupakan warisan masa lalu dan menjadi pendukung identitas peradaban budaya bangsa.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa kondisi awal dari Gereja blenduk ini tetap dipertahankan dengan penyesuaian terhadap fungsi barunya. Perubahan fisik di lakukan tanpa mengubah kondisi aslinya walaupun ada beberapa renovasi seperti penambahan skylight untuk pencahayaan ruang dan juga beranda kosong yang di ubah menjadi ruang tambahan.Strategi adaptive reuse diimplementasikan dengan mengubah kegunaan atau fungsi bangunan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tentap dapat digunakan sebagai tempat sembayang. saat ini tanpa melakukan perubahan menyeluruh atau hanya mengakibatkan dampak sekecil mungkin.Adanya intervensi desain yang tepat dan cermat di Gerja Blenduk di kawawasan Kota Lama semarang ini telah berhasil mengubah sumber pemasukan masyarakat sekitar.

5.2 Saran

Kesadaran akan pemeliharaan bangunan masa lalu sangat penting karena jika masyarakat dan pemerintah tidak lagi peduli maka keberadaannya akan hilang karena terbengkalai dan dibiarkan lapuk. Sedangkan warisan budaya merupakan identitas bangsa yang menunjukkan perubahan atau perkembangan kebudayaan serta menunjukkan ciri khas dan perbedaannya dengan bangsa lain.

Masalah ekonomi seharusnya tidak menjadi alasan untuk meredakan kekhawatiran publik tentang arsitektur masa lalu. Konversi sebagai pusat komersial adalah salah satu solusi dari prinsip swasembada, yang masuk akal ketika biaya pemeliharaan bangunan tinggi, karena jika Anda hanya mempertimbangkan nilai sosial budaya, seperti yang sering terjadi pada bangunan. ditinggalkan atau diabaikan begitu saja. Masyarakat.

 

           

DAFTAR PUSTAKA

[1] Andanwerti, N., Ismanto, A., Fivanda. (2019)

Penerapan Konsep Adaptive Reuse pada

Desain Interior Caf di Kawasan Kota

Lama Semarang. Jurnal Seni Rupa dan

Desain, Vol 15, No 1,

https://journal.untar.ac.id/index.php/vis

ual/article/view/7393/4900 [diakses

13/09/2020].

[2] BAPPEDA,2006.profil Kota Semarang. Semarang

[3] Kusmadayati Dan Endar Sugiarto. 2000. Medotologi dalam bidang kepariwisataan, Jakarta.

[4] Kemenparekraf/Baparekraf RI. M Bloc Space,

Creative Hub Bagi Para Pelaku Ekonomi Kreatif.

[5] Deden Matri Wirabakti, Rahman Abdullah, Andi Maddeppungeng, "Studi Faktor Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung," Jurnal Konstruksia, Volume 6 Nomer 1, Desember 2014

[6] Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Rendy Praditya, "Identifikasi Penyebab Resiko Kecelakaan Kerja Pada Kegiatan Konstruksi Bangunan Gedung Di DKI Jakarta," Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING, Vol. 2, No. 2, Juli 2012 (85-99)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun