Silat beksi kemudian berkembang di antara kaum bumiputra. Murid Lie Tjeng Hok, Ki Marhali kemudian menurunkan kepada muridnya Gozali. Penyebaran Silat Beksi kemudian dilanggengkan Gozali dengan baik. Utamanya, di Petukangan, Jakarta Selatan.
Geliat Gozali mengajar Silat Beksi mampu menghasilkan lima mahaguru beksi kenamaan. Hasbullah, Simin, M. Noer, dan Mandor Minggu. Generasi keempat silat beksi itu membuat Beksi meraih puncak eksistensi.
Murid-murid Silat beksi berdatangan. Semua karena kehebatan Sang Mahaguru sudah menyebar ke mana-mana. Ambil contoh pada saat masa Perang Revolusi (1945-1949). Mahaguru silat beksi, termasuk M. Noer ikut aktif melawan penjajah Belanda berjubah Pemerintahan Sipil Hindia Belanda (NICA).
"Ketika ibu kota diduduki oleh NICA pada akhir Januari 1946 dan mulai ada garis demarkasi M. Noer, SImin, Hasbullah, dan Mandor Minggu bergerak menuju garis demarkasi Indonesia di Bekasi dan Karawan. Mereka membantu para pejuang di garis milik Republik Indonesia."
"Ketika berada di sana mereka ikut juga menyebarkan ilmu silat Beksi untuk media pertahanan para pejuang. dari anak-anak hingga orang dewasa. kadang kala mereka ikut mengawal patroli Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di sekitar Karawang-Bekasi karena kakak M. Noer menjadi anggota TKR selama masa perjuangan revolusi fisik. Akibat kondisi itulah M. Noer sering menjadi salah satu incaran NICA di Petukangan," cerita Reyhan Biadillah dalam buku Silat Beksi dan Tokoh-tokohnya di Petukangan (2021).
Beksi Bertahan
Perkembangan Silat Beksi sehabis Perang Revolusi tiada dua. Silat Beksi kemudian diwarasi dari generasi ke generasi. Konstentrasinya tak melulu di Kampung Dadap atau Petukangan. Silat beksi mulai digemari di seantero Jabodetabek.
Mereka yang ingin mengabdikan dirinya belajar silat beksi bejibun. sekalipun keinginan belajar silat beksi tak melulu urusan alat pertahanan belaka, tapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya. Belakangan, pamor beksi memang pernah mengalami fase naik turun.
Namun, keinginan kuat guru hingga pesilat buat silat beksi eksis hingga hari ini. Eksistensi beksi tak hanya terlihat dari lomba-lomba adu kekuatan, atau ekstrakulikuler anak sekolahan. Kini, silat beksi telah menjelma sebagai bagian tak terpisahkan kebudayaan Betawi.
Narasi itu terlihat dari aktifnya silat beksi ikut lestari dalam daur hidup orang Betawi. Dalam ritual pernikahan, misalnya. Muruah silat beksi sebagai sini pertunjukan budaya terlihat menyatu dalam tradisi palang pintu.