Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Silat Beksi Betawi Enggak Ada Matinya

22 Juli 2023   22:43 Diperbarui: 23 Juli 2023   14:00 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana latihan gabungan silat beksi Kong Noer | Dok. Pribadi 

Poin keberagaman dalam beksi itu nyatanya bukan barang baru. Narasi keberagaman telah hadir sejak masa penjajahan Belanda. Cerita itu bermula dari ambisi penjajah Belanda -- dari masa Maskapai Dagang belanda: VOC hingga Pemerintah kolonial Hindia Belanda-- menguasai perdagangan rempah dan menjajah Nusantara.

Ambisi itu membuat Belanda menyadari sendiri kelemahannya. Empunya kuasa tak dapat bekerja sendirian dalam membangun negeri koloni Batavia (kini: Jakarta). Fisik orang Eropa tak setangguh orang Asia. Belanda pun coba memutar otak.

Mereka kemudian membukakan pintu lebar-lebar bagi imigran China dan pendatang dari berbagai suku bangsa. Hasilnya gemilang. Belanda untung bejibun. Mereka mampu melanggengkan kuasanya ke berbagai penjuru negeri. Namun, ada satu hal penting lainnya yang dicatat sejarah.

Kedatangan orang-orang dari berbagai suku bangsa membuat orang Betawi terbiasa hidup dalam keberagaman. Poin itu pula yang menghasilan banyak pertukaran ilmu dan budaya. Banyak budaya yang kemudian berkembang di Tanah Betawi. Silat beksi, salah satunya.

Eksistensi sliat beksi tak terlepas dari hadirnya seorang ahli bela diri peranakan China di Tanah Dadap, Tangerang. Lie Tjeng Hok, namanya. Sosoknya begitu disegani di seantero Tangerang. Kuasa itu karena Lie Tjeng Hok digadang-gadang mampu memadukan antara bela diri China dan lokal.

"Adalah Lie Tjeng Hok, seorang peranakan China, tokoh sentral yang membidani lahirnya maen pukulan beksi. Lahir dari keluarga petani di Kampung Dadap, Tangerang pada tahun 1854 dan wafat tahun 1951 dalam usia 97 tahun. Lie Tjeng Hok merupakan generasi ketiga dari pendahulunya yang hijrah dari Amoi atau Xiamen, Provinsi Fukien atau Fujian di China Selatan."

"Lie Tjeng Hok pertama kali belajar maen pukulan kepada dua orang bumiputra Betawi, yang memiliki aliran berbeda, yaitu Ki Jidan (maen pukulan Sambut Pukul) dan Ki Miah atau Ki Maimah (tidak diketahui spesipik jenis maen pukulannya). Pada saat bersamaan dia mendapatkan wangsit melalui mimpi, berupa ilmu maen pukulan gaya lain yang diturunkan kakeknya, Lie A Djam. Ditengarai Lie A Djam adalah imigran asal China Selatan yang juga seorang pendekar Amoi, Provinsi Fukien," terang G.J. Nawi dalam Buku Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi (2016).

Beksi Berkembang

Kehebatan Lie Tjeng Hok tersiar dari mulut ke mulut. Banyak yang menjajal kekuatannya berakhir dengan kekalahan. Bahkan, beberapa di antara lawan yang kalah kemudian menitipkan anaknya kepada Lie Tjeng Hok untuk berguru.

Latihan gabungan silat beksi Kong Noer jadi ajang mempererat tali persaudaraan | Dok. Pribadi
Latihan gabungan silat beksi Kong Noer jadi ajang mempererat tali persaudaraan | Dok. Pribadi

Upaya itu dilanggengkan karena sudah menjadi tradisi maen pukulan mereka yang kalah belajar kepada pemenang. Hasilnya gemilang. Silat tradisional itu bertransformasi menjadi silat Beksi. Arti paling mudah dari beksi adalah Bek memiliki makna pertahanan. Sedang Si adalah penjuru mata angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun