Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Piagam Asoka dan Borobudur: Wujud Toleransi Agama Umat Buddha di Nusantara

15 Desember 2022   19:09 Diperbarui: 15 Desember 2022   19:32 4600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. salah satu patung Buddha di Candi Borobudur |Museum Volkenkunde.

Asoka pun mulai menyusun peraturan dan kebijakan untuk mengembangkan kesejahteraan rakyatnya. Piagam Ashoka namanya. Piagam itu dipahat pada sebuah prasasti yang dikenang sebagai Prasasti Batu Kalingga No. XXII Raja Asoka.

Isinya menganjurkan umat manusia (terutama rakyatnya) untuk hidup selaras dengan ajaran Buddha, yaitu saling mengasihi, saling menghormati, dan penuh toleransi. Salah satu larik prasasti yang paling penting adalah perihal toleransi beragama. Asoka menyebut agama Buddha akan berkembang jika kita menghormati agama lainnya.

"Bila kita menghormati Agama kita sendiri, janganlah lalu mencemoohkan dan menghina agama lain. Seharusnya kita menghargai pula agama-agama lainnya. Dengan demikian agama kita akan berkembang. Di samping kita juga memberikan bantuan bagi agama agama-agama lainnya. Bila berbuat sebaliknya, berarti kita telah menggali liang kubur bagi agama kita sendiri. Di samping kita membuat celaka bagi agama lainnya."

"Siapa yang menghormati agamanya tetapi menghina agama-agama lainnya. Dengan pikiran bahwa dengan berbuat demikian, Ia merasa telah melakukan hal-hal yang baik bagi agamanya sendiri, Maka sebaliknya hal ini akan memberikan pukulan kepada agamanya dengan serius. Maka karena itu toleransi, kerukunan dan kerjasama sangat diharapkan sekali dengan. Jalan suka juga mendengarkan ajaran-ajaran agama lainnya, Di samping ajaran agamanya sendiri," pesannya dalam Piagam Asoka.

Wangsa Sailendra, Borobudur, dan Toleransi Agama

Semangat dari Piagam Asoka pun mendunia. Di Nusantara apalagi. Perwujudan sempurna dari semangat toleransi Piagam Asoka hadir dalam sebuah monumen megah yang didirikan penguasa Mataram Kuno, Sailendra, pada abad ke-8 Masehi.

Dok. lukisan yang menggambarkan keberagaman di Borobudur | Tropenmuseum
Dok. lukisan yang menggambarkan keberagaman di Borobudur | Tropenmuseum

Candi besar dan megah itu bernama Candi Borobudur. Candi yang berdiri di atas bukit, di dekat pertemuan antara dua sungai itu tak melulu menyiratkan makna bahwa Sailendra adalah penguasa kaya raya. Kehadiran Borobudur justru jadi potret besar adaptasi ajaran Buddha terkait toleransi agama.

Potret besar itu hadir dalam fragmen relief Karmawibhangga. Sebuah pahatan relief yang menggambarkan terkait hukum karma. Bahasa mudahnya, barang siapa yang menyebarkan kebaikan, maka kebaikan akan menyertai kehidupannya. Begitu pula sebaliknya.

Penggambaran tentang hukum karma itu menghadirkan relief dengan wujud berbagai tokoh agama, termasuk biksu, resi, dan pendeta Siwa. Kehadirannya tokoh agama di ragam relief Borobudur memberikan gambaran masa Wangsa Sailendra kehidupan toleransi beragama dijunjung tinggi, sebagaimana yang tertuang dalam Piagam Asoka.

Dok. salah satu fragmen relief Karmawibhangga yang menggambarkan tokoh agama: biksu dan pendeta siwa | Kemedikbud.go.id
Dok. salah satu fragmen relief Karmawibhangga yang menggambarkan tokoh agama: biksu dan pendeta siwa | Kemedikbud.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun