Pahamilah, panic buying membuat orang lain menjadi tak dapat mengakses barang seperti hand sanitaizer, vitamin dan masker wajah. Itulah mengapa penting sekali untuk bijak dalam berbelanja, supaya semua orang menjadi kebagian. Seperti yang pernah diucap tokoh revolusioner India, Mahatma Gandhi: "Bumi ini cukup untuk tujuh generasi namun tidak akan pernah cukup untuk tujuh orang serakah."Â
Keempat, berani ber-Vivere Pericoloso (Bahasa Italia: nyerempet-nyerempet bahaya). Cara terbaik melawan COVID-19 tak melulu menggunakan strategi mempertahankan keuangan pribadi. Melainkan, kita juga harus tetap mencoba melawan ketidakpastian dengan cara mencari lubang-lubang rejeki lainnya.
Peluang itu sangat terbuka lebar mengingat zaman sudah demikian dipermudah oleh teknologi dan kehadiran internet. Jadi, orang-orang bisa menggali peluang untuk memiliki side job (kerja sampingan). Entah itu, dengan mempertajam hobi memasak, menulis dan lain sebagainya. Hal itu harus diupayakan mengingat kita adalah bangsa yang berjuang seperti amanat dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.
"Kita ini satu bangsa tempe, ataukah satu bangsa banteng? Kalau kita satu bangsa yang berjoang, kalau kita satu fighting nation, kalau kita satu bangsa banteng, dan bukan satu bangsa tempe, marilah kita berani nyrempet-nyrempet bahaya, berani ber-Vivere Pericoloso," ucap Bung Karno.
Pada akhirnya, itulah cara terbaik untuk dapat menjadi cerdas di tengah ketidakpastian. Selebihnya, khalayak harus tetap waspada akan mewabahnya COVID-19 dengan cara menerapkan jaga jarak fisik dan memakai masker ketika keluar rumah. Dengan begitu, bukan cuma optimisme saja yang dijaga, namun kesehatan keluarga di rumah juga ikut-ikutan terjaga. Jadi, jangan panik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H