Tapi jangan lupa, aku ini seorang Rama, Raja Ayodya. Seorang yang telah memenangkan hati Dewi Sinta melalui sayembara kerajaan Mantili. Atas dasar hal tersebut, tidaklah gentar hati seorang Rama untuk seraya menyerang, seraya memberi perlawanan, dan seraya ingin memiliki kembali gadis impiannya, hingga kembali lagi mengisi hari-hari Rama.
Kisah itu pula yang menjadi landasan kenapa hati ini begitu kuat kala badai-badai mulai menghantam kisah kita. Diri pun dengan ego seraya berujar "walau 1000 Rahwana menghampiri istirahat siang-mu. Aku takkan gentar. Karena gentar menghadapi tantangan bukanlah sifatku. Aku terlalu kuat jika hanya dirasuki rasa takut. Dan aku siap berperang dengan realitas untuk membawa-mu (kembali) mengisi hari-hari dalam balutan kebersamaan."
Guna merangkum seluruh kisah yang sudah terlalui bersama serta mencoba mengenang kembali titik awal perjumpaan, yang oleh banyak orang disebut sebut dengan rumah. Rumah dimana kita berpulang, rumah dimana kisah-kisah diawali, rumah dimana kita merajut mimpi, dan rumah dimana setiap mimpi selalu ada campur tangan bersama.
Untuk itu, sudah saatnya kita kembali pulang, memulai semuanya kembali dalam balutan semangat Ramadan. Hingga kita bagaikan selembar kertas putih yang siap digoreskan oleh kisah-kisah baru di hari lebaran. Mencoba saling memaafkan akan kesalahan terdahulu, tuk meraih kemenangan bersama.
Sembari berucap, "Dan kita adalah metamorfosa sempurna dari keabadian."
Teruntuk Kamu Sang Dewi Sinta
Sumbawa Besar, 1 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H