Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Izinkan Aku Pergi

25 Februari 2023   02:13 Diperbarui: 25 Februari 2023   02:13 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/

"Kenapa sih dari tadi diam mulu Ras?  Heran, si Radit juga tadi  tumben manis banget.  Nggak ada tuh cerita ngocolnya seperti biasa.  Kalian berantem?  Tersinggung?  Berat di hati dengan tugas kuliah, atau beban hidup karena belum dapat kiriman, berujung dompet kritis?"  Ibarat Pak Jaksa, Dika coba mencari jawaban dengan  gayanya yang memang selalu gokil.  Biasanya sih mampu membuat senyum tercantik terlukis di wajah imut Raras.  Tapi, lha..tumben kali ini tidak.

"Kamu pernah jatuh cinta Dik?  Rasanya seperti apa?"  Tetiba Raras bersuara.  Benar-benar di luar dugaan Dika.

"Pernah.  Rasanya bahagia dan indah." Sahut Dika pelan sambil matanya menerawang.

Tapi rupanya jawaban Dika justru membuat Raras mendadak kepo.  Kembali ceriwis yang menjadi cirinya kumat, "Oiya, kok aku nggak tahu Dik?  Katanya kita teman, tapi ternyata kamu punya rahasia.  Kamu nggak asyik ah.  Kenalin dengan cewekmu dong, please......"

"Nggak perlu.  Tuh mamamu sudah menunggu."  Mencoba menghindar Dika  dari kekepoan Raras.  "Sore tante, maaf saya tidak turun yah tan. Enggak enak sudah larut tan." Lanjut pamit Dika menghindar.

Bergulir waktu seperti melupa percakapan dan segala kebisuan yang terjadi di Warung Mbok Yum. Ketiganya tenggelam dalam kesibukan dan seperti biasa tetap jalan bareng.   Bagi Radit, dunia menjadi jauh lebih indah karena setidaknya Raras tahu isi hatinya kini.  Meski, entah apa judulnya yang penting bisa berduaan dengan Raras.  Pedulilah si Dika, toh mereka bertiga memang selalu bersama.

Sementara Dika menikmati setiap senyum dan canda Raras.  Bahagia banget, karena entah bertiga dengan Radit, ataupun berduaan saja dengan Raras, cukup baginya.  Hingga tidak terasa ketiganya di penghujung perkuliahan.  Lebih tepatnya, bersiap untuk wisuda.

Harusnya bahagia.  Apalagi Kota Jogya begitu cerah hari itu.  Secerah senyum bahagia dua sahabat Radit dan Dika yang menanti Raras di depan pintu Grha Sabha Pramana gedung auditorium utama milik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Masih terbayang beberapa bulan lalu kesibukan mereka berdua mencari model dan warna kebaya cantik untuk Raras.  Si imut yang segera menyandang gelar dokter.  Hahah...aneh memang.  Tetapi begitulah Raras yang memaksa kebaya wisudanya harus dipilih oleh Radit dan Dika.  "Aku suka merah, karena itu bahagia.  Sebab merah menyala, dan aku mau mengingatnya selagi bisa."  Begitu katanya aneh-aneh bagaimana ketika itu.

Sebaliknya, untuk tampil gagah keduanya, Raraslah yang menentukkan paksa.  "Jangan bantah aku.  Izinkan aku mempersiapkan tampilan terbaik untuk Ir. Raditya Dewanto dan yang terhormat Dika Baskoro, SH.  Pokoke harus aku, nggak boleh cewek-cewek kalian, ataupun bakal cewek kalian!"  Berisiknya Raras, namun selalu membuat Dika ataupun Radit nurut pula.

Namun menit yang beranjak jam, hingga acara selesai Raras tidak terlihat.  Bahkan gadgetnyapun tidak bisa dihubungi.  Serius, ini sama sekali bukan Raras.  Mana mungkin Raras tidak ingin menghadiri acara ini.  Meskipun faktanya ketika namanya disebut memang dikatakan tidak hadir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun