Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jadi Atlet, Bakat Saja Tidak Cukup

6 Agustus 2021   01:33 Diperbarui: 6 Agustus 2021   01:35 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet Asian Games. Sumber: Tempo

"Acel (panggilan akrab kami), kamu itu khan sekarang sudah sendiri.  Jadi, kamu harus berhasil menata masa depanmu, sekalipun memang ada tantemu (adek papanya) yang mengurusmu.  

Tetapi, kamu harus memastikan, kamu punya masa depan.  Apalagi kamu anak tunggal, dan cowok.  Pastinya mama serta papamu menaruh harapan besar ke kamu, dan kamu akan jadi kepala keluarga nantinya.  Sekalipun mereka sudah tidak ada sekarang ini, percaya deh itu harapan mereka.

Begitulah waktu berjalan, hingga akhirnya kami dipisahkan.  Putriku memilih melanjutkan ke SMA Negeri.  Tetapi aku bahagia karena Marcel tetap melanjutkan pendidikannya ke SMA.  Kami pun masih terus berkomunikasi tentang banyak hal.

Termasuk di saat pandemi ini.  Beberapa kali aku melihat posting di status WA nya sedang latihan.  "Jaga jarak, dan kesehatan yah Cel," chattingku lewat WA.

Yahhh..menurutku sejauh ini menjadi atlet di Indonesia tidak cukup dengan modal bakat.  Faktanya, kita saja masih kurang menghargai para atlet.  Mereka tidak lebih seperti euforia, hanya sesaat dan kemudian dilupakan.

Sebut saja nama atlet Denny Thios, mantan atlet angkat besi yang pernah memecahkan tiga rekor dunia, tetapi berakhir menjadi tukang las.  Kemudian Leny Haini, atlet dayung di Kejuaraan Dunia Perahu Naga Asia 1996, Kejuaraan Dunia di Hongkong, hingga Kejuaraan Asia di Taiwan 1998 tetapi berakhir menjadi buruh cuci.  

Lalu, Ellyas Pical orang Indonesia pertama yang berhasil merebut titel dunia, Super Flyweight IBF pada tahun 1985 tetapi kini berakhir menjadi satpam diskotik. Kemudian nama Marina Segedi, atlet pencak silat peraih medali emas pada Sea Games 1982 di Filipina yang setelah pensiun berakhir menjadi sopir taksi.

Mereka hanya segelintir dari cerita miris nasib para atlet di negeri ini.  Mereka yang mengharumkan nama bangsa, tetapi terlupa begitu saja.  Semua gegap gempita itu berakhir seiring waktu, dan mereka berjuang sendiri mempertahankan hidup.  Menyedihkan, tetapi inilah fakta yang terjadi.

Inilah juga pesanku kepada Marcel selama ini.  Meski bukan anak yang lahir dari rahimku, tetapi aku tidak ingin dia memilih jalan hidup yang salah. "Ehhhmm...tulisan ini mengingatkanku untuk menanyakan kabarnya.  Kira-kira ingin melanjutkan kemana yah anak itu setelah tamat SMA."

Jakarta, 6 Agustus 2021

Referensi (1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun