"Ahhh...Reiko, ya...Reiko...Indonesia. Â Ken, office...," suara perempuan paruh baya selalu terdengar bahagia setiap kali Reiko menelpon. Â Perempuan itu mamanya Ken, dan tidak bisa bahasa Inggris. Â Tetapi, seperti pengakuan Ken, nama Reiko sudah begitu dikenalnya. Â Perempuan ini selalu bahagia menerima telepon dirinya.
Bahasa dan budaya bukan hambatan nampaknya. Â Sebab tanpa pernah bertemu, perempuan ini seperti telah mengenal Reiko dengan sangat. Â Jadi benarlah Ken telah bercerita banyak tentang dirinya. Â "Ahhh...," pikir Reiko galau.
Hari yang berjalan menjadi bulan dan keduanya melewati tahun. Â Melewati setiap sukacita dan masa sukar bersama. Â Termasuk kehadiran Ken ketika mama Reiko membutuhkan obat khusus yang kebetulan sulit di Indonesia.
Tetapi seperti dulu, tidak tahu salahnya dimana. Â Mungkin persoalannya pada Reiko, yang terlalu membentengi dirinya. Â "How is your weekend Ken? Â Tell me about your close friend." Â Sebuah percakapan memicu kesadaran keduanya ketika itu.
"I have no one, since your name already here in my heart. Â I won't asked you be with me, as the only one I want your happiness. Â If you have someone there, then tell me so I know he is the one. Â At that time, I will go for good." Membisu Reiko, tanpa kata. Â Dirinya tahu betul bahwa dia tidak ingin kehilangan. Â Tetapi ketika itu sulit untuk sebuat perkawinan campur.Â
Membiarkan waktu berjalan tanpa kepastian adalah mengulang kesalahan fatal. Â Anggaplah bodoh, ketika Ken membiarkan Reiko membuka hatinya untuk orang lain. Â Sadis, mengizinkan Reiko dengan polosnya menceritakan kehadiran sosok baru dalam kehidupannya.
Tetapi bisa jadi inilah yang dikatakan cinta. Â Tidak sedikit pun Ken menunjukkan kekecewaannya. Â "I am happy for you dear. Â Let me know your wedding day, and promise me to be happy always." Â Pesannya ketika Reiko bercerita dirinya dilamar.
Ken, laki-laki itu tidak pernah sedikitpun menceritakan tentang teman wanitanya. Â Hubungan beda negara mereka selama ini begitu nyata dan menyakitkan. Â Persis seperti hari-hari keduanya di Melbourne dulu. Â Tetapi, Reiko tidak berani melangkah jauh untuk menerima Ken dalam hidupnya. Â Ia memutuskan untuk menerima lamaran laki-laki lain yang sebangsa dan seiman dengannya.
Cinta tak harus memiliki, dan Ken membuktikannya. Â Sekalipun Reiko memutuskan berkeluarga, hingga menjadi seorang ibu, setia Ken mendampingi dari jauh sana. Â Bukan sehari, tetapi tahun sudah lebih dari cukup bercerita besarnya cinta Ken untuk Reiko.
Hingga semua yang dimulai, harus diakhiri cepat ataupun lambat. Â Reiko memilih untuk mengakhiri semuanya. Â Tidak untuk dirinya, tetapi untuk Ken. Â Ia ingin Ken menemukan perempuan yang bisa membuat Ken tersenyum. Â Ia ingin Ken move on, melanjutkan hidupnya membentuk keluarga.
"I love you Ken, if that you are waiting for these ages. Â However, I couldn't be with you for many reasons that hard to explain. Â I know you will do anything for me, and you proof it already. Â But not that simple and please don't push me to explain." Â Terbata Reiko mengatakannya dengan sisa keberaniannya diantara isak tangisnya.