Begitulah cerita nyata pengalamanku lolos dari kejahatan hidup di kota besar Jakarta. Â Pengalaman yang menyeramkan, tetapi menjadi guru berharga.
Aku sendiri dengan posisiku ketika itu sebenarnya memiliki fasilitas pergi dan pulang dengan taxi ditanggung perusahaan. Â Hanya saja terkadang ulah isengku membuatku kena getah sendiri. Â Tetapi pengalaman pentingnya, ketika kita menggunakan kendaraan umum mutlak dibutuhkan kesiagaan. Â Selain juga perhatikan agar penampilan tidak mencolok.
Saran lainnya lagi adalah tetap fokus, dan jangan biarkan pikiran kosong. Â Sebab inilah yang membuat kita bisa terhipnotis. Â Selalu dan selalu pikiran ini bekerja ketika kita sedang di jalan, misalnya kita bernyanyi-nyanyi kecil. Â Kemudian kita juga harus berpikir dan siaga apakah disekitar kita ada yang aneh atau tidak. Begitu merasa ada kejanggalan dan ketidaknyamanan maka segera ambil keputusan berhenti, turun dan ganti kendaraan.
Terpenting mungkin adalah berani dan jangan panik. Â Berani disini bukan sok jagoan teriak copet misalnya. Â Lihat kondisi juga, sebab bukan tidak mungkin justru nantinya cerita jadi lebih runyam.
Copet zaman sekarang tidak lagi sendirian. Â Mereka selalu berkelompok dengan pembagian tugasnya masing-masing. Â Sehingga bijak-bijaknya kita menyingkapi kondisi ketika terposisikan pada kejadian ini. Â Cobalah untuk tidak panik sebisanya, sehingga keputusan kita tidak salah.
Semoga pengalaman ini berguna, dan membuat kita semakin hati-hati. Â Percayalah, semakin kita hati-hati, maka semakin cerdas dan kreatif juga pencopet. Â Ini artinya, kita tidak boleh dan jangan pernah cukup dengan hati-hati saja. Â Sebab kejahatan akan selalu ada di setiap kesempatan.
Jakarta, 29 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H