Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali Belajar, Siap Tempur Online Jilid 2

3 Januari 2021   01:57 Diperbarui: 3 Januari 2021   02:16 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://islamkukeren.id/

Sabtu sore kemarin kami sekeluarga keliling Jakarta.  Heheh...cuma keliling saja karena ngeri berlibur ke luar kota.  Lalu, nggak sengaja kami melewati sekolah si bungsu, anak cowokku.  Papanya becanda, "Tuh dek, sekolahmu yang nggak sempat bangkunya diduduki meski hanya 1 detik."  Hiks...hikss...iya, nggak terasa Senin, 4 Januari 2021 nanti anak-anak sudah sekolah, dan kembali belajar dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Hahah... seru nggak seru, kembali belajar online pastinya akan menarik urat leher karena dibutuhkan kesabaran ekstra dari semua pihak.

Aku kebetulan mempunyai 2 buah hati, untuk si sulung yang kini kelas XI sih tidak terlalu masalah, mau lanjut online juga asyik-asyik saja.  Apalagi faktanya memang pandemi makin seru saat ini.

Membicarakan persiapan tidak ada yang khusus.  Paling yang dikeluhkannya mata pelajaran Kimia yang menurutnya lebih nendang jika tatap muka.  Menurutku, sangat mungkin cara guru mengajarnya yang kurang sampai kepada si anak.  Ehhhmmm... berbicara nilai putriku untuk semester ganjil, puji Tuhan aman, bahkan ada peningkatan.

Berbeda dengan yang cowok, si bungsu.  Sedikit cerita, kebetulan kedua anakku dari SMP swasta dulu, sehingga cukup banyak perbedaan pola belajar antara swasta dan negeri.  Inilah yang membuat si bungsu terkaget-kaget.  Fakta tidak semua guru di negeri melek tekhnologi, dan sulitnya menyesuaikan dengan teman-teman baru yang kebanyakan berasal dari satu SMP negeri.  Sehinga mereka lebih mudah beradaptasi, karena kebanyakan saling kenal, ketimbang anakku.  Mungkin jika tidak virtual, persoalan berteman tidak jadi soal.  Tetapi, ini beda cerita karena jadinya seperti berteman di dunia maya.

Aku cukup beruntung, satu anakku sudah di negeri.  Sehingga bisa memberikan masukan kepada si bungsu bagaimana masuk dalam lingkungan sekolah negeri.  Tetapi, namanya bersosialisasi, idealnya memang harus interaksi langsung.  Nah, kembali belajar dengan kondisi PJJ masuk jilid 2 persoalan interaksi ini termasuk jadi masalah.  Jangankan si anak, bahkan guru sendiri mempunyai pemikiran yang sama.

Ini pengakuan guru anak keduaku, sulit untuk mereka mengenal karakter anak karena selama ini hanya mengenalnya lewat zoommeet atau googlemeet.  Satu kejadian yang benar nyata di kelas si bungsu pada semester lalu.  Seorang anak cuek parah tidak mengerjakan tugas-tugasnya.  Meski si guru sudah "nyanyi" dari nada melo sampai ngerock.  Acuh saja anak tersebut tidak mengerjakan tugasnya.

Mungkin ada pendapat, "Kenapa tidak telepon saja orang tuanya?"

Heheh....percayalah, tidak semudah itu!  Jangankan di kelas X yang notabene guru belum pernah bertemu fisik dengan muridnya.  Di kelas XI seperti anak keduaku pun hal ini terjadi!  Sering guru lebih panik dengan nilai anak, ketimbang orang tuanya sendiri.  Sekalipun guru sudah menelpon mengingatkan anaknya, lalu orang tuanya juga ditelepon.  Tetap saja hasilnya mengenaskan!  Kocaknya, ada orang tua yang menjawab, "Saya sudah capek bu mengingatkannya.  Minta tolong ibu guru saja menasehati."  Hahah...kocak!  Memangnya itu anak siapa, bu?

Kebetulan anakku berada di dua sekolah negeri yang berbeda.  Di kedua sekolah tersebut aku dipercaya menjadi Wakil Orang Tua Kelas (WOTK).  Apa yang terjadi adalah guru akhirnya curhat.  Mereka bingung, kenapa jadi mereka yang panik.   Heheh... namanya guru, punya stok kesabaran tak terbatas sepertinya.  Tetap saja, dengan sabar menelpon si anak, bahkan tidak jarang membangunkan anak-anak tertentu setiap pagi untuk PJJ!

Di posisiku sebagai orang tua tidak ada persiapan khusus anak-anak kembali bersekolah.  Idem, kedua anakku juga biasa-biasa saja mempersiapkan semester genap kembali belajar dengan online.  Tetapi, tentunya belajar dari semester ganjil ada beberapa hal yang perlu dikoreksi atau disiapkan agar PJJ tidak semu.  Sehingga nantinya menjadi cara belajar yang berkualitas.

Inilah beberapa yang perlu disiapkan untuk PJJ semester genar, yaitu:

Pihak Sekolah

  1. Penyampaian materi harus bersifat interaktif
    Maksudnya, ketika guru memberikan materi pelajaran harus timbal balik, ada interaksi.  Tidak membiarkan anak seperti anak ayam kehilangan induk mencari dan mencoba memahami materi pelajaran sendirian yang entah benar atau tidak.  PJJ atau kelas online ini harusnya bisa seperti kelas offline, yang melibatkan anak belajar aktif.  Sehingga suasana pembelajaran menjadi hidup.

  2. Gadget dan Kuota
    Memastikan bahwa kuota Kemendikbud diterima setiap anak rutin dan tepat waktu.  Termasuk juga memperhatikan apakah setiap anak memiliki gadget yang mumpuni dan cukup untuk belajar secara PJJ.

  3. Pelatihan guru/ tenaga pengajar
    Berharap guru dan tenaga pengajar diberikan pelatihan secara rutin agar bisa menyajikan materi pelajaran yang berkualitas, misalnya dengan video sehingga lebih hidup.  Ketimbang hanya diberikan potongan-potongan materi yang discreenshoot.

  4. Kelompok tugas/ belajar
    Ada baiknya, anak diberikan atau dibuatkan group kecil untuk mengerjakan tugas/ belajar secara berkelompok.  Tetapi, tentunya tugas dikerjakan atau diselesaikan dengan virtual.  Sehingga, meskipun mereka belum bisa bertemu fisik, tetap ada interaksi dan saling mengenal karakter.

Pihak Anak dan Orang Tua

  1. Sudah seharusnya orang tua peduli mendampingi anak selama PJJ.  Jika tidak memungkinkan mendampingi secara fisik terus menerus, setidaknya memastikan anak mengikuti PJJ, dan tahu apa saja tugas-tugasnya.  Menanyakan perkembangan belajarnya, dan kesulitan yang dihadapinya.

  2. Sebagai anak, harus mempunyai motivasi tinggi, dan tanggungjawab untuk belajar mandiri.  Sering bertanya, berdiskusi atau bahkan mencari ilmu dengan googling.  Artinya, PJJ tidak membuat anak belajar seperti disuap hingga kenyang.  Anaklah yang harus haus dan lapar akan ilmu, dan belajarlah menjadi kritis dengan banyak bertanya kepada guru.

Secara keseluruhan komunikasi menjadi faktor penting.  Komunikasi antara guru dan anak/ peserta didik.  Komunikasi anak dengan teman-temannya di group kelas.  Komunikasi antara guru dan orang tua murid.  Terpenting, komunikasi antara anak dan orang tuanya.  Inilah yang aku lakukan.

Sadar betul bahwa anak butuh teman berbagi, dan sejatinya orang tuanya tempat berbagi.  Kepada keduanya, aku berbicara sebagai sahabat bahwa inilah kondisi belajar mereka saat ini.  Mengajak, mendengarkan dengan terbuka dan lapang dada kesulitan mereka.  Memompakan semangat, harus bisa melalui sesulit apapun kondisinya, harus berjuang dan jangan menyerah. 

Sadar betul, tanpa PJJ saja, anak terkadang ada kesulitan belajar.  Apalagi jika belajarnya seperti saat ini dengan online!   Aku memilih menempatkan diri bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga guru dan sahabat untuk kedua anakku.

Jakarta, 3 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun