Sabtu sore kemarin kami sekeluarga keliling Jakarta. Â Heheh...cuma keliling saja karena ngeri berlibur ke luar kota. Â Lalu, nggak sengaja kami melewati sekolah si bungsu, anak cowokku. Â Papanya becanda, "Tuh dek, sekolahmu yang nggak sempat bangkunya diduduki meski hanya 1 detik." Â Hiks...hikss...iya, nggak terasa Senin, 4 Januari 2021 nanti anak-anak sudah sekolah, dan kembali belajar dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Â Hahah... seru nggak seru, kembali belajar online pastinya akan menarik urat leher karena dibutuhkan kesabaran ekstra dari semua pihak.
Aku kebetulan mempunyai 2 buah hati, untuk si sulung yang kini kelas XI sih tidak terlalu masalah, mau lanjut online juga asyik-asyik saja. Â Apalagi faktanya memang pandemi makin seru saat ini.
Membicarakan persiapan tidak ada yang khusus. Â Paling yang dikeluhkannya mata pelajaran Kimia yang menurutnya lebih nendang jika tatap muka. Â Menurutku, sangat mungkin cara guru mengajarnya yang kurang sampai kepada si anak. Â Ehhhmmm... berbicara nilai putriku untuk semester ganjil, puji Tuhan aman, bahkan ada peningkatan.
Berbeda dengan yang cowok, si bungsu. Â Sedikit cerita, kebetulan kedua anakku dari SMP swasta dulu, sehingga cukup banyak perbedaan pola belajar antara swasta dan negeri. Â Inilah yang membuat si bungsu terkaget-kaget. Â Fakta tidak semua guru di negeri melek tekhnologi, dan sulitnya menyesuaikan dengan teman-teman baru yang kebanyakan berasal dari satu SMP negeri. Â Sehinga mereka lebih mudah beradaptasi, karena kebanyakan saling kenal, ketimbang anakku. Â Mungkin jika tidak virtual, persoalan berteman tidak jadi soal. Â Tetapi, ini beda cerita karena jadinya seperti berteman di dunia maya.
Aku cukup beruntung, satu anakku sudah di negeri. Â Sehingga bisa memberikan masukan kepada si bungsu bagaimana masuk dalam lingkungan sekolah negeri. Â Tetapi, namanya bersosialisasi, idealnya memang harus interaksi langsung. Â Nah, kembali belajar dengan kondisi PJJ masuk jilid 2 persoalan interaksi ini termasuk jadi masalah. Â Jangankan si anak, bahkan guru sendiri mempunyai pemikiran yang sama.
Ini pengakuan guru anak keduaku, sulit untuk mereka mengenal karakter anak karena selama ini hanya mengenalnya lewat zoommeet atau googlemeet. Â Satu kejadian yang benar nyata di kelas si bungsu pada semester lalu. Â Seorang anak cuek parah tidak mengerjakan tugas-tugasnya. Â Meski si guru sudah "nyanyi" dari nada melo sampai ngerock. Â Acuh saja anak tersebut tidak mengerjakan tugasnya.
Mungkin ada pendapat, "Kenapa tidak telepon saja orang tuanya?"
Heheh....percayalah, tidak semudah itu! Â Jangankan di kelas X yang notabene guru belum pernah bertemu fisik dengan muridnya. Â Di kelas XI seperti anak keduaku pun hal ini terjadi! Â Sering guru lebih panik dengan nilai anak, ketimbang orang tuanya sendiri. Â Sekalipun guru sudah menelpon mengingatkan anaknya, lalu orang tuanya juga ditelepon. Â Tetap saja hasilnya mengenaskan! Â Kocaknya, ada orang tua yang menjawab, "Saya sudah capek bu mengingatkannya. Â Minta tolong ibu guru saja menasehati." Â Hahah...kocak! Â Memangnya itu anak siapa, bu?
Kebetulan anakku berada di dua sekolah negeri yang berbeda. Â Di kedua sekolah tersebut aku dipercaya menjadi Wakil Orang Tua Kelas (WOTK). Â Apa yang terjadi adalah guru akhirnya curhat. Â Mereka bingung, kenapa jadi mereka yang panik. Â Heheh... namanya guru, punya stok kesabaran tak terbatas sepertinya. Â Tetap saja, dengan sabar menelpon si anak, bahkan tidak jarang membangunkan anak-anak tertentu setiap pagi untuk PJJ!
Di posisiku sebagai orang tua tidak ada persiapan khusus anak-anak kembali bersekolah. Â Idem, kedua anakku juga biasa-biasa saja mempersiapkan semester genap kembali belajar dengan online. Â Tetapi, tentunya belajar dari semester ganjil ada beberapa hal yang perlu dikoreksi atau disiapkan agar PJJ tidak semu. Â Sehingga nantinya menjadi cara belajar yang berkualitas.
Inilah beberapa yang perlu disiapkan untuk PJJ semester genar, yaitu:
Pihak Sekolah
- Penyampaian materi harus bersifat interaktif
Maksudnya, ketika guru memberikan materi pelajaran harus timbal balik, ada interaksi. Â Tidak membiarkan anak seperti anak ayam kehilangan induk mencari dan mencoba memahami materi pelajaran sendirian yang entah benar atau tidak. Â PJJ atau kelas online ini harusnya bisa seperti kelas offline, yang melibatkan anak belajar aktif. Â Sehingga suasana pembelajaran menjadi hidup. - Gadget dan Kuota
Memastikan bahwa kuota Kemendikbud diterima setiap anak rutin dan tepat waktu. Â Termasuk juga memperhatikan apakah setiap anak memiliki gadget yang mumpuni dan cukup untuk belajar secara PJJ. - Pelatihan guru/ tenaga pengajar
Berharap guru dan tenaga pengajar diberikan pelatihan secara rutin agar bisa menyajikan materi pelajaran yang berkualitas, misalnya dengan video sehingga lebih hidup. Â Ketimbang hanya diberikan potongan-potongan materi yang discreenshoot. - Kelompok tugas/ belajar
Ada baiknya, anak diberikan atau dibuatkan group kecil untuk mengerjakan tugas/ belajar secara berkelompok. Â Tetapi, tentunya tugas dikerjakan atau diselesaikan dengan virtual. Â Sehingga, meskipun mereka belum bisa bertemu fisik, tetap ada interaksi dan saling mengenal karakter.
Pihak Anak dan Orang Tua
- Sudah seharusnya orang tua peduli mendampingi anak selama PJJ. Â Jika tidak memungkinkan mendampingi secara fisik terus menerus, setidaknya memastikan anak mengikuti PJJ, dan tahu apa saja tugas-tugasnya. Â Menanyakan perkembangan belajarnya, dan kesulitan yang dihadapinya.
- Sebagai anak, harus mempunyai motivasi tinggi, dan tanggungjawab untuk belajar mandiri. Â Sering bertanya, berdiskusi atau bahkan mencari ilmu dengan googling. Â Artinya, PJJ tidak membuat anak belajar seperti disuap hingga kenyang. Â Anaklah yang harus haus dan lapar akan ilmu, dan belajarlah menjadi kritis dengan banyak bertanya kepada guru.
Secara keseluruhan komunikasi menjadi faktor penting. Â Komunikasi antara guru dan anak/ peserta didik. Â Komunikasi anak dengan teman-temannya di group kelas. Â Komunikasi antara guru dan orang tua murid. Â Terpenting, komunikasi antara anak dan orang tuanya. Â Inilah yang aku lakukan.
Sadar betul bahwa anak butuh teman berbagi, dan sejatinya orang tuanya tempat berbagi. Â Kepada keduanya, aku berbicara sebagai sahabat bahwa inilah kondisi belajar mereka saat ini. Â Mengajak, mendengarkan dengan terbuka dan lapang dada kesulitan mereka. Â Memompakan semangat, harus bisa melalui sesulit apapun kondisinya, harus berjuang dan jangan menyerah.Â
Sadar betul, tanpa PJJ saja, anak terkadang ada kesulitan belajar. Â Apalagi jika belajarnya seperti saat ini dengan online! Â Aku memilih menempatkan diri bukan hanya sebagai orang tua, tetapi juga guru dan sahabat untuk kedua anakku.
Jakarta, 3 Januari 2021