Perjalanan hidup mengajariku arti bahagia lebih dari sekedar menikmati apa yang aku miliki. Â Tetapi bahagiaku kini ketika bisa membuat orang lain bahagia. Â Menjadi terang dan garam, begitu kataku kepada kedua buah hati.
Lihat saja terang yang menerangi gelapnya malam, dan garam yang memberi rasa. Â Alangkah indah kalau kehadiran kita bisa seperti itu adanya. Â Inilah yang membuatku merubah arti bahagiaku. Â Tidak lagi bahagia yang egois milikku sendiri. Â Tetapi bahagia jika aku bisa berbagi, memberi dan menyatuni. Â Bahkan untuk ini tidak harus materi, tetapi ilmu, dan waktu pun bisa.
Ungkapan terang dan garam pas sekali untuk menggambarkan memberi, berbagi dan menyantuni. Â Bahwa keberadaan kita di dunia juga untuk menjadi saluran berkat orang lain. Â Membuat orang lain ikut bahagia sebisa dan seikhlas kita, tanpa pamrih apapun.
Namanya Dodo, aku memanggilnya Mas Dodo. Â Dia ini tukang sayur langgananku yang setiap pagi selalu datang membawa sayuran segar lengkap.
"Non, kalau nggak salah anaknya sepantaran anakku yah? Â Bingung saya PPDB itu opo? Â Katanya mesti pakai komputer segala untuk daftar sekolah. Â Terus NEMnya juga mesti bagus, kalau tidak yah ketendang. Â Yo, wis puyeng aku non," curhat Mas Dodo 2 tahun lalu.
PPDB DKI atau Penerimaan Peserta Didik Baru 2019 adalah kali pertama aku mengenal pendaftaran online. Â Kali pertama pula aku mengerti sistem di negeri karena sebelumnya kedua anakku di swasta. Â Berbeda dengan PPDB 2020, maka PPDB 2019 masih menggunakan NEM meskipun penerimaanya tetap online. Â Sedangkan PPDB 2020 menggunakan umur sebagai syarat penerimaan. Â Inilah sekilas mengenai PPDB yang ngejelimet itu.
Ehhmm...jujurnya pemerintah suka aneh-aneh juga sih. Â Kebijakan mereka kadang justru jadi kurang bijak karena ada banyak Mas Dodo lain yang pastinya puyeng memikirkan apa sih daftar online dan segala aturannya itu. Â Apalagi banyak dari masyarakat kita yang masih serba terbatas. Â Terbatas kondisinya, dan terbatas pengetahuannya.
Sekalipun anak sekarang ini melek tekhnologi, tetapi apakah mereka punya laptop yang bisa terus dipelototi memastikan nama anaknya masih aman di sekolah pilihannya? Â Lalu kalaupun menggunakan gadget, memangnya tidak pakai kuota? Â Inilah persoalannya si Mas Dodo salah satunya.
Akhirnya pengumuman kelulusan tiba, dan langkah berikutnya adalah daftar online lewat website PPDB. Â Puji Tuhan, ketika itu putriku NEMnya aman, dan mulus diterima di SMA Negeri favorit lewat jalur zonasi. Â Tetapi tidak demikian dengan Mas Dodo rupanya.
"Dubrakk...non. Â Aku sudah bilang ke anakku sekolah di kampung dengan mbah aja. Â NEM hancur begitu mana bisa diterima. Â Memangnya ada orang kaya yang mau menyantuni anakku sekolah? Â Ngantri orang nanti! Â Ngarep bapaknya masukan ke swasta yo mimpi toh non" katanya pagi itu.