Hebat, kata itu yang muncul di benakku. Â Iya, bagiku Mas Dodo ini hebat karena tetap berpikir bagaimana caranya agar anaknya bisa bersekolah. Â Ada banyak orang di kondisi seperti dirinya memilih anaknya berhenti sekolah, kerja saja cari uang. Â Betul nggak?
"Yooo...bablassss...bablass...kepental terus non anakku. Â Ini sudah hari terkahir non lewat non zonasi karena zona kemarin kepental, dan anakku belum dapat sekolah. Â Sudah aku semprot bocahnya, bikin susah orang tua. Â Tapi yah ngapain juga aku semprot yah? Â Dah, tak kirim ke kampung wae. Â Wong daftar online langsung kepental gitu karena NEM kecil non," katanya panik nyerocos.
"Siapkan datanya mas, aku bantu," kataku singkat yang disambutnya dengan mata bahagianya. Â Padahal aku tidak menjanji apapun, hanya ingin berbuat sesuatu. Â Memberi apa yang aku bisa, kebetulan rumahku ada wifi.
Sore itu, aku menyiapkan laptop di ruang tamu rumahku. Â Tak lama Mas Dodo dan anaknya datang. Â Lucu, anaknya begitu ketakutan. Â Mungkin ada beban bersalah karena belum mendapatkan sekolah. Â "Salim ibu itu," kata Mas Dodo dengan sedikit kesal kepada anak lelakinya. Â Bocah itu menurut menyalim tanganku, sopan sekali.
"Tolong bantu saya bu," begitu katanya lirih. Â Aku kaget, sekaligus khawatir karena takut mengecewakannya.
Kami bertiga lalu melantai membuka website PPDB DKI. Â Sebisanyaku berbagi ilmu mengenai apa yang aku tahu mengenai PPDB. Â Menjelaskan kepada mereka apa itu jalur zonasi, KJP, non zonasi, afirmasi dan lainya. Â Membuat mereka yang tadinya gelap, menjadi terang mengerti bagaimana pertarungan di PPDB, dan paham jalur-jalur penerimaan yang ada. Â Singkat cerita sore itu aku memberi semangat, dan berbagi pengetahuan kepada mereka. Â Kami lalu habiskan waktu mencari sekolah lewat website PPDB.
Aku melihat celah, masih ada peluang anak ini masuk lewat jalur afirmasi. Â Sekalipun tidak bisa diterima di SMK seperti mimpinya, maka bisa mencoba SMA, kenapa tidak? Â Intinya, anak ini harus sekolah, begitu kataku dalam hati.
Sore kami habiskan bersama hingga akhirnya malam. Â NEM kecil membuat anak ini langsung tersingkir cepat. Â Tetapi aku sudah bertekad harus bisa. Â Aku ingin berbagi, memberi dan menyantuni dari kebahagiaan yang aku miliki dengan ikhlas.
Lalu kami bertiga berdiskusi kembali memilih sekolah yang diminatinya, mengurutnya berdasarakan prioritasnya si anak. Â Sementara hari sudah semakin malam, dan besok adalah hari terakhir afirmasi non zonasi. Â Harapan terakhir anak ini bisa diterima di sekolah negeri.
Afirmasi adalah jalur penerimaan siswa untuk ekonomi tidak mampu pada PPDB, dan dibagi menjadi zonasi atau sesuai tempat tinggal, serta non zonasi atau di luar tempat tinggal.
Aku berpikir keras bagaimana caranya supaya nama anak ini bisa terus terpantau. Â Nggak mungkin juga mereka semalaman di rumahku. Â Tetapi, juga tidak bisa aku membiarkan peluang itu lepas. Â Nggak kebayang bagaimana nanti kesedihan bapak dan anak ini. Â Ehhmm...aku yang harus memelototi nama anak ini semalaman kataku.