Lalu dengan sebisanya aku berbicara optimis kepada mereka. Â Berdoa saja, besok siang namanya masih aman, kataku.
Iya, tidak ada yang bisa aku buat. Â Hanya berbagi ilmu dan memberikan waktuku serta seluruh pengetahuan mengenai PPDB yang bisa aku lakukan.
Kemudian, aku meminta password si anak. Â Alasannya untuk memantau posisi namanya nanti. Â Kemudian merekapun pulang dengan wajah yang galau.
Malam itu aku memilih begadang, membuka website PPDB 2019 demi anak Mas Dodo. Â Aneh? Â Enggak tuh, karena wajah harap mereka itu justru jadi penyemangatku.
Benaran sampai subuh aku memeloti namanya, dan ketika aku melihat namanya tersingkir. Â Sigap aku langsung memilih sekolah lain berdasarkan skala prioritas yang kami bicarakan sore tadi. Â Hingga akhirnya jam 05.00 pagi aku jatuh tertidur setelah sempat 2 kali berhasil memasukkan nama anak ini ke sekolah lain karena tersingkir. Â Lalu tersentak kaget sekitar pukul 06.00 pagi saat kedua anakku membangunkan. Â "Mama, bagaimana anak Mas Dodo?" kata mereka. Â Lalu segera aku mencari nama itu, dan Puji Tuhan masih aman duduk manis di salah satu SMA Negeri.
Pagi itu sekitar pukul 07.00 pagi terdengar suara Mas Dodo, "Yur...sayurrr...," teriaknya. Â Aku berlari seperti biasanya belanja.
"Duh..non, nama anakku masih ada yo. Â Doakan yah non sampe siang nanti ada," katanya berbinar.
Polos, sama sekali Mas Dodo yang sederhana ini tidak paham. Â Heheh...tapi tidak perlu Mas Dodo tahu kalau semalam aku begadangan ditemanin 2 gelas kopi.
Ada rasa bahagia yang sulit diungkapkan melihat semangat di wajah tukang sayurku itu. Â Padahal saat itu saja masih banyak kemungkinan terjadi. Â Aku sudah bertekad, akan berjaga lagi sampai batas akhir siang jam 15.00 nanti.
"Sreng..sreng...," suara tumis kangkung, goreng ikan dan sambel menemani makan siang anakku nanti. Â Masak sederhana saja supaya bisa fokus melototi website kataku dalam hati.
Kejadian! Â Sempat kembali namanya tersingkir sekitar pulul 13.00 kalau aku tak salah. Â Lalu seperti pesilat handal aku loncat memilih sekolah lain. Â Bagiku yang penting, anak ini diterima di sekolah negeri. Â Itu saja dulu! Â Sedangkan mau atau tidaknya khan nanti ada wajib lapor. Â Barulah mereka putuskan lanjut atau lepas.