"Malam, kamu sudah duluan disini? Â Aku suka disini, karena bintang itu seolah menghibur aku," celoteh Renata tampa ditanya lalu memilih duduk lebih dekat dengan Raka.
"Patah hati? Â Cinta memang misteri, menyenangkan dan sekaligus menyakitkan. Â Terlebih jika kita tidak bisa memiliki orang yang kita cintai," sahutnya dingin.
Tidak terasa malam terus berlanjut, dan Renata larut dalam pertemanannya yang baru. Â Bertemu Raka membuat mendapatkan tepat berbagi. Â Menebak Renata dalam hatinya, pasti Raka juga baru patah hati. Â Makanya nyambung banget bicara dengannya. Â Beda dengan Shinta dan kawan-kawan di kemah yang mentertawakan ketololnya mau didodolin Bimo playboy cap tikus.
"Ren, sudah dua hari gua perhatiin lu selalu kelayapan malam-malam. Â Ini Gunung Gede sist, emangnya lu kagak takut ketemu hantu? Â Lu tahu dong cerita tentang pendaki yang hilang. Â Baik-baik lu ketemu mereka" teriak Shinta saat kembali di malam ketiga Renata tampak terlihat meninggalkan kemah.
Seperti juga kemarin, Raka terlihat sudah disana. Â Wajah itu segera memaling ke arah Renata datang. Â "Boleh aku minta tolong?" katanya. Â Suara itu entah kenapa begitu terasa ada kesedihan yang sangat disana.
"Katamu besok mau turun. Â Jika kamu tidak keberatan, tolong bawakan Edelweiss ini untuk kekasihku Luna. Â Aku janji membawakannya segera. Â Tetapi tampaknya aku harus lebih lama disini. Â Bilang saja, kamu ketemu aku diatas. Â Tenang, Lunaku tidak akan cemburu. Â Dia gadis yang baik, sama seperti kamu," begitu Raka memohon.
"Jaga dirimu Renata. Â Bersabarlah untuk sebuah cinta, dan tidak semua cinta harus memiliki," begitu ucap terakhir Raka, lalu berdiri dan berjalan dalam malam yang dingin itu.
"Edelweiss?" tanya Renata sambil menerima bunga itu. Â Tetapi Raka telah menghilang begitu cepat dalam gelap Gunung Gede.
Tidak sampai hati Renata menolak walau dirinya sendiri bingung. Â Meski baru mengenal beberapa hari, kesabaran Raka mendengar cerita patah hatinya membuat Renata seolah mendapat kekuatan. Â Memahami bahwa cinta memiliki seribu rasa dan cerita menemui keabadiannya.
Raka juga yang membuka matanya bagaimana cara mencintai dan dicintai. Â Butuh lebih dari sekedar pengorbanan, begitu katanya.
Malam itu di dalam kemah dipandanginya Edelweiss milik Luna. Â Bunga berwarna putih kekuningan simbol keabadian ini hanya tumbuh di pegunungan dengan ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Â Ahh... betapa beruntungnya Luna, memiliki Raka pikir Renata.