Mohon tunggu...
Desvina Rahmadani
Desvina Rahmadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Banyak kisah yang tidak memiliki ruang bercerita. Mari kita ceritakan kisah itu dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar Bersepeda Bersama Bapak

24 November 2024   22:36 Diperbarui: 24 November 2024   22:44 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Halo, Pak.

Masih terekam jelas dibenakku

Kali pertama ku berhasil mengayuh sepeda kecil itu

Kala itu aku masih sangat malu

Aku sendiri yang  belum bisa di antara teman-temanku

Bahkan ada seseorang yang menertawakanku

"Loh, udah besar kok masih roda 3." katanya sambil sedikit tertawa.

Akhirnya, sehari setelah hari itu

Aku merengek untuk belajar bersepeda tanpa roda bantu

Hari itu siang-siang menuju sore yang tenang

Berubah menjadi sore yang cukup tegang

Bapakku terus berteriak karena kuoleng di setiap kayuhan

Tapi tak pernah sekalipun ia lepaskan erat  tangannya agar kutetap dalam jangkauan

Setiap kuingin berhenti dan menyudahi latihan

Ia berkata, "Nek meh isoh, ayo terus fokus, ojo gampang nangis" (dengan nada teriakan kecilnya yang terus berulang)

Hingga kemudian tak terasa aku sudah lancar bersepeda tanpa arahan dan bantuan pegangan

Tampak sorot mata bapak, ia cukup bangga menyaksikanku bahagia bisa bersepedaan

Kutahu itu cara bapak mendidikku perlahan-lahan

Tapi aku juga masih kecil untuk belajar bertahan dari setiap terpaan

Masih gampang menangis atas secuil hentakan

Masih gampang menyerah perihal guncangan-guncangan kehidupan

Masih terlalu naif untuk menyuarakan perasaan

Yang aku pun masih ragu bagaimana rasa itu dapat kuungkapkan

Masih tentang omelan-omelan kecil bapak saat kubelajar bersepeda olehnya

Dulu kukira bapak terlalu keras dan pemarah padaku

Kini kutahu semua itu demi kelangsungan hidupku

Ternyata kusadar dewasa ini lebih menyeramkan dari omelan bapakku itu

Bapak paham karena telah mengalaminya

Oleh karenanya, ia hanya ingin gadis kecilnya dapat bertahan dari kerasnya kehidupan

Belajar bertahan dari segala risiko atas setiap keputusan-keputusan

Belajar melawan ketidakpastian menjadi hal indah untuk diimpikan

Halo, Pak.

Tak pernah kutahu

Belajar bersepeda denganmu penuh akan pembelajaran

Jika kala itu aku menyerah belajar bersepeda

Menyerah atas setiap gertakan yang kaulontarkan

Menyerah atas setiap lelah karena amarahmu yang kudengarkan

Tak akan kurasakan bersepeda begitu menyenangkan

Tak pernah kubelajar meraih impian butuh sebuah perjuangan

Dan tak pernah kutahu bahwa semua telah kaupersiapkan untuk diriku sekarang

Agar senantiasa bersiaga perihal tantangan dan rintangan

Yang mungkin saja dapat membuatku goyah dan kelimpungan

Yang akan terus datang bergantian dari zaman ke zaman

Catatan:

"nek meh isoh, ayo terus fokus, ojo gampang nangis"

Ungakapan di atas berbahasa Jawa yang jika di bahasa Indonesiakan menjadi "Kalau ingin bisa, ayo tetap fokus, jangan mudah menangis"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun