Mohon tunggu...
Desty Dwi Liana
Desty Dwi Liana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Happy Reading Guys!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Terbentuknya Interaksi Sosial di Lingkungan Sekitar

18 Mei 2021   17:33 Diperbarui: 19 Mei 2021   09:27 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam lingkungan keluarga, hubungan antara anak dengan orang tuanya bersifat efektif, antara anggota-anggota keluarga ada ikatan emosional yang kuat: anak mendapatkan bantuan dan perlindungan dari orang tuanya: kepatuhan anak terhadap perintah dan larangan orang tuanya bersifat personal.

Di dalam dunia orang dewasa dalam masyarakat luas, hubungan antara individu dengan orang-orang lain dalam masyarakat bersifat objektif, hubungan individu-individu satu sama lain bersifat zakelyk (bersifat perkara), orang dewasa harus mampu mandiri dalam hidupnya di tengah: tengah masyarakat, orang dewasa harus patuh kepada aturan-aturan sosial dan kewibawaan bersifat impersonal (impersonal authority).

Peralihan dari kehidupan dalam lingkungan keluarga kepada kehidupan dalam lingkungan orang dewasa dalam masyarakat luas merupakan perubahan yang besar bagi kehidupan individu. Proses perubahan yang besar ini dijembatani oleh kelompok sebaya pada masa anak-anak dan remaja. Apakah fungsi kelompok sebaya dalam proses sosialisasi?

Di dalam kelompok sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Di dalam kelompok sebaya itu anak belajar memberi dan menerima dan dalam pergaulannya dengar sesama temannya. Apabila seseorang anak tidak dapat diterima ke dalam kelompok sebayanya hal itu menimbulka? kerisauan bagi orang tua maupun gurunya. Partisipasi di dalam kelompok sebaya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial (social learning). Bergaul dengan teman sebaya merupakan persiapan pentinf bagi kehidupan seseorang setelah dewasa. Di dalam dunia kerja, dalam kehidupan keluarga, dan dalam kegiatan rekreasi orang harus bergaul dengan orang-orang lain yang sebaya.

Di dalam kelompok sebaya anak mempelajari kebudayaga masyarakatnya. Hal itu ditegaskan oleh Havinghurst & Neugarten sebagai berikut: “While a peer group may be said jo have a subculture that is particularly its own, its neveriheless reflects the adult society and reinforces most of the values held by the adult society”.

Melalui kelompok sebaya itu anak belajar: bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama tanggung jawab: tentang peranan sosialnya sebagai pria atau wanita, memperoleh berbagai macam informasi, meskipun kadang-kadang informasi yang menyesatkan, serta mempelajari kebudayaan khusus masyarakatnya yang bersifat etnik, keagamaan kelas sosial, dan kedaerahan The peer group teaches also adult subculture of which it isapart Ethine, religious, social calass, and regional subculture are transmitted through the peer group demikian dikemukakan oleh Havinghurst & Neugarten. Kadang-kadang nilai-nilai terdapat pada masyarakat itu diberi tafsiran sendiri oleh kelompok sebaya. Misalnya: Nilai “keberanian”, diartikan keberanian untuk berkelahi Nilai “kesetiakawanan (solidaritas)”, diartikan kesetiakawanan untuk berbuat Curang, dan sebagainya. Broom & Selzinick mengemukakan:

peer group may or may not support adult values. If it does, it is one of the most effective agencies for the tranmission Of adult values

Kelompok sosial mengajarkan mobilitas sosial. Meskipun kebanyakan kelompok sosial itu terdiri dari anak-anak yang mempunyai status sosial yang sama, namun di dalam kelas atau dalam perkumpulan pemuda kerap kali terjadi per Baulan antara anak-anak dan kelas sosial bawah bergaul akrab dengan anak-anak dari kelas sosial menengah dan kelas sosial atas. Melalui pergaulan di dalam lingkungan kelompok sebaya itu anak-anak dan klas sosial bawah menangkap nilai-nilai, cita-cita, dan pola-pola tingkah laku itu anak-anak dan kelas sosial bawah mempunyai motivasi untuk mobilitas sosial. Menyadari besarnya peranan kelompok sosial dalam memberikan motivasi sosial ini banyak pendidik yang berpendirian sebaiknya sekolah menerima siswa yang hetorogin, artinya siswa-siswa yang berasal dari bermacam-macam klas sosial dan subculture yang lain.

Di dalam kelompok sebaya anak mempelajari peranan sosial yang baru. Anak yang berasal dari keluarga yang bersifat otoriter mengenai suasana kehidupan yang demokratik dalam kelompok sebaya. Sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang demokratik mungkin menghadapi pimpinan yang otoriter dalam kelompok yang sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, kambing hitam, dan lain-lain. Demikian pula di dalam kelompok sebaya itu anak mempunyai kesempatan melakukan bermacam-macam eksperimentasi sosial.

Di dalam kelompok sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang impersonal (impersonal “rule of the game) dan kewibawaan yang impersonal pula. Di dalam kelurga anak patuh pada perintah dan larangan dari orang tuanya. Demikian pula anak patuh kepada ayah dan ibunya karena takut, segan, atau sayang. Kepatuhan kepada aturan dan kewibawaan yang demikian bersifat personal. Di dalam kelompok sebaya anak bersikap patuh terhadap aturan dan kewibawaan tanpa memandang dari siapa aturan itu dan Siapa yang memberikan perintah dan larangan itu.

Jenis-jenis Kelompok Sebaya

 

Setiap kelompok sebaya mempunyai aturan baik yang bersifat implisit maupun yang eksplisit, organisasi sosial harapan-harapan terhadap anggotanya, dan cara hidupnya sendiri. Ditinjau dari sifat organisasinya, kelompok sebaya dibedakan menjadi

  1. Kelompok sebaya yang bersifat informal. Kelompok sebaya ini dibentuk, diatur, dan dipimpin oleh anak sendiri (child-originated, child-constituted, childdirected). Yang termasuk kepada kelompok sebaya yang informal ini misalnya: kelompok permainan (play group), gang dan klik (cligue). Di dalam kelompok sebaya yang bersifat informal tidak ada bimbingan dan partisipasi orang dewasa, bahkan dalam kelompok ini orang dewasa dikeluarkan..
  2. Kelompok sebaya yang bersifat formal. Di dalam kelompok sebaya yang formal ada bimbingan, partisipasi, atau pengarahan dari orang dewasa. Apalagi bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa. Apabila bimbingan dan pengarahan orang dewasa itu diberikan secara bijaksana maka kelompok sebaya yang formal ini dapat menjadi wahana proses sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Yang termasuk kelompok sebaya formal ini misalnya: Kepramukaan, klub, Perkumpulan Pemuda, dan Organisasi Mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun