Tangerang - Teori interaksi sosial melihat pola tindakan dan reaksi individu dalam menanggapi orang lain. Hal tersebut dilandasi dari fokus sosiologi yaitu gagasan bahwa manusia berperilaku berbeda ketika berada dalam kelompok. Ketika manusia sendirian, manusia berperilaku berbeda dari pada saat berada di sekitar orang lain. Pada kelompok sosial, memiliki serangkaian perilaku dan sikap unik tersendiri. Menurut teori interaksi sosial, perilaku sosial masyarakat ditentukan oleh tekanan sosial yang dihadapi. Artinya, perilaku diciptakan salah satunya sebagai respon terhadap lingkungan sekitar, khususnya kelompok sosial. Cara manusia berinteraksi dalam masyarakat dapat menentukan perilaku manusia tersebut.
Pengertian Interaksi Sosial Berserta Prosesnya
- Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama bertemunya orang perorang secara badannya belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok Manusia bekerja sama saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama mengadakan persaingan pertikaian dan lain sebagainya maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan Dasar proses sosial yang menunjuk pada hubungan hubungan sosial yang dinamis.
- Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok kelompok saling bertemu dan menemukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada atau dengan perkataan lain proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
Soerjono Soekanto mengemukakan syarat terjadinya interaksi sosial ada dua yaitu kontak sosial dan komunikasi. Berikut ini penjelasannya:
- Kontak sosial
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia dan sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Kontak sosial bisa bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang mengarah pada kerjasama. Kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan kontak sosial.
Kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi bila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Sedangkan kontak sekunder memerlukan perantara.
- Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide, dan gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain untuk saling memengaruhi satu sama lain.
Proses komunikasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu komunikasi verbal (bentuk komunikasi secara lisan dan tulisan) dan komunikasi nonverbal (bentuk komunikasi memakai simbol-simbol).
Ciri-ciri interaksi sosial
- Melibatkan lebih dari satu orang.
- Adanya Komunikasi antara pelaku dengan cara kontak sosial.
- Maksud dan tujuan yang ditentukan jelas.
- Terdapat dimensi waktu (masa lalu,masa kini dan masa akan datang
Jenis-jenis interaksi sosial
Gillin dan Gillin menjelaskan ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu:
- Interaksi antara individu dengan individu. Interaksi ini terjadi saat dua individu bertemu, baik ada tindakan maupun tidak. Individu sadar ada pihak lain yang menimbulkan perubahan pada diri individu tersebut akibat faktor-faktor tertentu.
- Interaksi antara individu dengan kelompok. Interaksi ini berbeda-beda sesuai keadaan. Interaksi ini terlihat mencolok saat terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
- Interaksi antara kelompok dan kelompok. Kelompok merupakan satu-kesatuan, bukan pribadi.
Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi sosial
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi interaksi sosial adalah:
- Imitasi. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.
- Sugesti dapat terjadi bila individu yang memberikan pandangan tersebut adalah orang berwibawa atau karena sifatnya otoriter.
- Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, secara lahiriah maupun batiniah.
- Simpati adalah bentuk interaksi yang melibatkan ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Dorongan utama simpati adalah keinginan memahami pihak lain dan bekerja sama.
- Empati adalah perasaan yang menempatkan diri seolah berada di posisi seseorang atau kelompok tertentu yang sedang mengalami suatu perasaan tertentu.
- Motivasi adalah semangat atau dorongan yang diberikan kepada individu ke individu atau kelompok ke kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.
PROSES SOSIALISASI SISWA DI SEKOLAH
Fungsi pendidikan sekolah
David popenoe (2004:182), mengemukakan pendapat yang lebih terperinci mengenai fungsi pendidikan sekolah. Menurut beliau ada empat macam fungsi itu, yaitu:
- Transmisi kebudayaan masyarakat
- Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya
- Menjamin integrasi social
- Sebagai sumber inovasi social
Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:Transmisi pengetahuan dan ketrampilan,Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Disekolah, anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan ketrampilan, melainkan sikap, nilai-nilai dan norma-norma.
integrasi social merupakan fungsi pendidikan sekolah yang terpenting. Masyarakat Indonesia mengenal bermcam-macam suku bangsa masing-masing dengan adat istiadatnya sendiri bermacam0macam bahasa daerah, agama, pandangan politik, dan berbeda-beda taraf perkembanganya. Dalam keadaan demikian bahasa desintergrasi social sangat besar. Sebab itu tugas pendidikan sekolah yang terpenting ialah menjamin intergrasi social.
Fungsi inovasi social lebih Nampak pada perguruan tinggi melalui kegiatan penelitianya, baik penelitian terpakai maupun penelitian dasar. Penelitian diperguruan tinggi menemukan hal-hal yang baru yang dapat menimbulkan pembaharuan dalam masyarakat baik inovasi dalam lapangan teknologi, kemjuan ilmu pengetahuan maupun kehidupan masyarakat.
Perkembangan kepribadian anak,disekolah selain mengejarkan pengetahuan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek anak, melainkan juga memperhatikan perkembangan jasmaninya melalui program olahraga dan kesehatan. Sekolah juga memperhatikan perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan dan tat tertib, pendidikan agama dan budi pekerti, dan sebagainya
Sekolah sebagai konteks sosial cultural
Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotannya yang bersifat unik pula dan ini yang dinamakan kebudayaan sekolah
Sekolah sebagai sistem interaksi
Dalam (mahmud, 2012:168-170) Talcott Parsons menyebutkan sekolah sebagai sistem, yang didalamnya terdiri atas berbagai subsistem . subsistem yang ada dalam sekolah berkaitan antara satu dengan yang lainnya
Interaksi dalam sekolah berlangsung antara empat kategori manusia dan antara orang-orang dalam setiap kategori. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah , guru,pelajar,dan karyawan nonguru
Kelas dan sistem sosial
Didalam kelas terjadi interaksi antara guru dan siswa dan siswa, siswa dan antar sesama. Interaksi ini bersifat intensif dan terprogram.interaksi tersebut menimbulkan efek terhadap proses pendidikan.
Secara umum, suasana kelas disekolah terbagi dua. Pertama , susana kelas yang hidup, suasana kelas yang hidup ditandai dengan para siswa yang aktif dan responsif .Kedua suasana kelas yang mati, skelas yang mati ditandai dengan siswa yang suasana yang pasif.
“keyakinan guru akan potensi manusia dan kemampuan semua anak untuk belajar dan berpotensi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim siswa dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh pada proses belajarnya”
PROSES SOSIALISASI SISWA DENGAN KELOMPOK SEBAYA
kelompok sebaya dan sosialisasi
Kelompok – kelompok sebaya itu merupakan bagian dari generasi. Apakah generasi itu menurut Musgrave : ‘’ generation,ananggrate of similarly aged persons’’. Jadi semua orang yang lahir dalam suatu periode waktu tertentu mewujudkan suatu generasi. Generasi ini terdiri atas kelompok – kelompok sebaya dari perbagai tipe dengan berbagai fungsinya bagi anggotanya. Apakah kelompok sebaya itu?
Menurut Ivor Morrish A peer is an eguel, and a per group is a group composed of indivuduals who are eguals. Jadi kelompok sebaya adalah kelompok yang terdiri ata sejumlah individu yang sama. Pengertian sama di sini berart 1mdividu-individu anggota kelompok sebaya itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya. Persamaan yang penting terutama terdiri atas persamaan usia dan status sosialnya. Hal itu tampak jelas dari batasan-batasar yang berikut. In the peer group the individual associates wuth others who are approximately his own age and socid status, demikian pendapat Broom & Selznick. Dari beberapa batasan tersebut di atas dapat dirumuskan sejumlah unsur pokok dalam pengertian kelompok sebaya bagai berikut:
- Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan antaranggotanya intim.
- Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial.
- Istilah kelompok sebaya dapat menunjuk kelompok anakanak, kelompok remaja, atau kelompok orang dewasa.
Mula-mula kelompok sebaya pada anak-anak itu terbentuk secara kebetulan. Dalam perkembangan selanjutnya masuknya seorang anak ke dalam suatu kelompok sebaya berdasarkan atas pilihan. Setelah anak masuk ke sekolah kelompok sebayanya dapat berupa temanteman sekelasnya, klik dalam kelasanya, dan kelompok permainannya.
Pada usia remaja dan awal kedewasan seseorang, peranan kelompok sebaya menjadi makin dominan dibanding nasa sebelumnya. Dalam kaitan ini David Poepenos mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: During Odolescence, the peer group is undoubtedly the major agent Of socialization and its opinion often becomes more inportene lothe individual adolescent than that of the family, the schoot Or the society at large. Kerap kali kelompok sebaya remaja Ini menentang nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Misalnya mereka menolak ukuran uang sebagai ukuran keberhasilan mengisap ganja, melakukan hubungan seksual sebelum perkawinan, dan sebagainya’’.
Fungsi Kelompok Sebaya
Di dalam lingkungan keluarga, hubungan antara anak dengan orang tuanya bersifat efektif, antara anggota-anggota keluarga ada ikatan emosional yang kuat: anak mendapatkan bantuan dan perlindungan dari orang tuanya: kepatuhan anak terhadap perintah dan larangan orang tuanya bersifat personal.
Di dalam dunia orang dewasa dalam masyarakat luas, hubungan antara individu dengan orang-orang lain dalam masyarakat bersifat objektif, hubungan individu-individu satu sama lain bersifat zakelyk (bersifat perkara), orang dewasa harus mampu mandiri dalam hidupnya di tengah: tengah masyarakat, orang dewasa harus patuh kepada aturan-aturan sosial dan kewibawaan bersifat impersonal (impersonal authority).
Peralihan dari kehidupan dalam lingkungan keluarga kepada kehidupan dalam lingkungan orang dewasa dalam masyarakat luas merupakan perubahan yang besar bagi kehidupan individu. Proses perubahan yang besar ini dijembatani oleh kelompok sebaya pada masa anak-anak dan remaja. Apakah fungsi kelompok sebaya dalam proses sosialisasi?
Di dalam kelompok sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Di dalam kelompok sebaya itu anak belajar memberi dan menerima dan dalam pergaulannya dengar sesama temannya. Apabila seseorang anak tidak dapat diterima ke dalam kelompok sebayanya hal itu menimbulka? kerisauan bagi orang tua maupun gurunya. Partisipasi di dalam kelompok sebaya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial (social learning). Bergaul dengan teman sebaya merupakan persiapan pentinf bagi kehidupan seseorang setelah dewasa. Di dalam dunia kerja, dalam kehidupan keluarga, dan dalam kegiatan rekreasi orang harus bergaul dengan orang-orang lain yang sebaya.
Di dalam kelompok sebaya anak mempelajari kebudayaga masyarakatnya. Hal itu ditegaskan oleh Havinghurst & Neugarten sebagai berikut: “While a peer group may be said jo have a subculture that is particularly its own, its neveriheless reflects the adult society and reinforces most of the values held by the adult society”.
Melalui kelompok sebaya itu anak belajar: bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya, tentang kejujuran, keadilan, kerja sama tanggung jawab: tentang peranan sosialnya sebagai pria atau wanita, memperoleh berbagai macam informasi, meskipun kadang-kadang informasi yang menyesatkan, serta mempelajari kebudayaan khusus masyarakatnya yang bersifat etnik, keagamaan kelas sosial, dan kedaerahan The peer group teaches also adult subculture of which it isapart Ethine, religious, social calass, and regional subculture are transmitted through the peer group demikian dikemukakan oleh Havinghurst & Neugarten. Kadang-kadang nilai-nilai terdapat pada masyarakat itu diberi tafsiran sendiri oleh kelompok sebaya. Misalnya: Nilai “keberanian”, diartikan keberanian untuk berkelahi Nilai “kesetiakawanan (solidaritas)”, diartikan kesetiakawanan untuk berbuat Curang, dan sebagainya. Broom & Selzinick mengemukakan:
peer group may or may not support adult values. If it does, it is one of the most effective agencies for the tranmission Of adult values
Kelompok sosial mengajarkan mobilitas sosial. Meskipun kebanyakan kelompok sosial itu terdiri dari anak-anak yang mempunyai status sosial yang sama, namun di dalam kelas atau dalam perkumpulan pemuda kerap kali terjadi per Baulan antara anak-anak dan kelas sosial bawah bergaul akrab dengan anak-anak dari kelas sosial menengah dan kelas sosial atas. Melalui pergaulan di dalam lingkungan kelompok sebaya itu anak-anak dan klas sosial bawah menangkap nilai-nilai, cita-cita, dan pola-pola tingkah laku itu anak-anak dan kelas sosial bawah mempunyai motivasi untuk mobilitas sosial. Menyadari besarnya peranan kelompok sosial dalam memberikan motivasi sosial ini banyak pendidik yang berpendirian sebaiknya sekolah menerima siswa yang hetorogin, artinya siswa-siswa yang berasal dari bermacam-macam klas sosial dan subculture yang lain.
Di dalam kelompok sebaya anak mempelajari peranan sosial yang baru. Anak yang berasal dari keluarga yang bersifat otoriter mengenai suasana kehidupan yang demokratik dalam kelompok sebaya. Sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang demokratik mungkin menghadapi pimpinan yang otoriter dalam kelompok yang sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin anak berperan sebagai sahabat, musuh, pemimpin, pencetus ide, kambing hitam, dan lain-lain. Demikian pula di dalam kelompok sebaya itu anak mempunyai kesempatan melakukan bermacam-macam eksperimentasi sosial.
Di dalam kelompok sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang impersonal (impersonal “rule of the game) dan kewibawaan yang impersonal pula. Di dalam kelurga anak patuh pada perintah dan larangan dari orang tuanya. Demikian pula anak patuh kepada ayah dan ibunya karena takut, segan, atau sayang. Kepatuhan kepada aturan dan kewibawaan yang demikian bersifat personal. Di dalam kelompok sebaya anak bersikap patuh terhadap aturan dan kewibawaan tanpa memandang dari siapa aturan itu dan Siapa yang memberikan perintah dan larangan itu.
Jenis-jenis Kelompok Sebaya
Setiap kelompok sebaya mempunyai aturan baik yang bersifat implisit maupun yang eksplisit, organisasi sosial harapan-harapan terhadap anggotanya, dan cara hidupnya sendiri. Ditinjau dari sifat organisasinya, kelompok sebaya dibedakan menjadi
- Kelompok sebaya yang bersifat informal. Kelompok sebaya ini dibentuk, diatur, dan dipimpin oleh anak sendiri (child-originated, child-constituted, childdirected). Yang termasuk kepada kelompok sebaya yang informal ini misalnya: kelompok permainan (play group), gang dan klik (cligue). Di dalam kelompok sebaya yang bersifat informal tidak ada bimbingan dan partisipasi orang dewasa, bahkan dalam kelompok ini orang dewasa dikeluarkan..
- Kelompok sebaya yang bersifat formal. Di dalam kelompok sebaya yang formal ada bimbingan, partisipasi, atau pengarahan dari orang dewasa. Apalagi bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa. Apabila bimbingan dan pengarahan orang dewasa itu diberikan secara bijaksana maka kelompok sebaya yang formal ini dapat menjadi wahana proses sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Yang termasuk kelompok sebaya formal ini misalnya: Kepramukaan, klub, Perkumpulan Pemuda, dan Organisasi Mahasiswa.
Menurut Robbins, ada empat jenis kelompok sebaya yang Rempunyai peranan penting dalam proses sosialisasi, yaitu kelompok permainan, gang, klub, dan klik. Kelompok permainan (play group). The play group is d trouping which usually forms on the basis of neighborhood Dr Oximity. Kelompok sebaya ini terbentuk secara spontan merupakan kegiatan khas anak-anak. Pola kegiatannya dari permainan paralel sampai kepada permainan khayal yang lebih teratur. Meskipun kegiatan anak-anak pada kelompok permainan itu bersifat khas anak-anak, namun di dalam tercermin pula struktur dan proses masyarakat luas.
Gang, gang dibedakan menjadi: (1) delinguent gang yaitu geng remaja yang tujuannya melakukan kenakalan untuk mendapatkan keuntungan material: (2) retreatist gang, yaitu geng yang anggota-anggotanya mempunyai kecenderungan mengasingkan diri, misalnya mabuk-mabukan, mengisap ganja, kecanduan narkotika. (3) social gang, yaitu geng remaja yang tujuan kegiatannya bersifat sosial: dan (4) violent gang, yaitu geng remaja yang tujuan kegiatannya melakukan kekerasan demi kekerasan itu sendiri. Pada permulaan studi tentang geng, orang mengasosiasikan pengertian dengan perbuatan yang negatif (jelek). Tetapi sejak diterbitkannya penelitian Frederic M. Thrasher ganging dipandang sebagai gejala perkembangan yang wajar menuju ke kedewasaan. Partisipasi remaja dalam kegiatan geng dapat memberikan getaran pengalaman petualangan baru seperti: merokok, mencuri, Mminum-minuman keras, mengisap ganja, berkelahi, menentang orang dewasa, dan lain-lain.
Klub. Klub adalah agroup specifically organized for the pursuit ofa special interest perbedaannya dengan geng, klub adalah kelompok sebaya yang bersifat formal dalam arti mempunyai organisasi sosial yang teratur serta dalam bimbingan dan pengarahan orang dewasa. Yang termasuk kategori klub ini misalnya: perkumpulan kepramukaan, perkumpulan olahraga dan kesenian remaja, organisasi kemahasiswaan, dan lain-lain. Klub ini merupakan kelompok sebaya yang dinilai positif oleh orang tua dan guru sebagai wahana proses sosialisasi anak dan remaja.
Collegiate adalah kelompok sebaya mahasiswa yang suka kepada olahraga, pacaran, berhura-hura, dan umumnya berada.
Vocational adalah kelompok sebaya mahasiswa yang mempersiapkan diri pada pekerjaau, tidak suka omong kosong, kurang mampu dalam finansial, sebagian sudah bekerja dan sudah menikah.
Academic adalah kelompok sehaya mahasiswa yang menonjol secara intelektual, mengadakan identifikasi dengan Tosennya, banyak menggunakan waktunya di perpustakaan Gan laboratorium, dan telah merencanakan kelulusannya n karier profesionalnya.
Non-cosformist. Kelompok sebaya ini terdiri ata, beberapa macam tipe, yaitu yang secara intelektual agresif yang mencari identitas dirinya, dan suka memberontak.
Dengan munculnya kelompok mahasiswa radikal akhir- akhir ini maka jenis kelompok sebaya mahasiswa yang baru ini tidak dapat secara tepat dimasukkan ke dalam salah satu kategori tersebut di atas. Dan hasil studinya Philip Jacob menyimpulkan, bahwa pengalaman studi di perguruan Tinggi kecil saja pengaruhnya terhadap sistem nilai para mahasiswa, tetapi justru pengaruh kelompok sebaya lebih besar.
Klik (cligue). A peer grouping composea of people of similar social class status with relatively permane" relationships is lermed a cligue. Apabila dua orang atau ebih bergabung dalam hubungan yang sangat akrab terbentuklah klik. Cirinya yang penting ialah para snggotanya selalu merencanakan untuk berada bersama, pengerjakan sesuatu bersama, dan pergi ke sesuatu tempat persama pula.
Keanggotaan klik bersifat suka rela dan informal. Hubungan antara anggota-anggotanya bersifat emosional. perbedaannya dengan geng, ialah bahwa geng itu cenderung menimbulkan konflik dengan lingkungannya, sedangkan klik biasanya tidak menimbulkan konflik sosial.
Di kalangan mahasiswa juga terdapat kelompokkelompok sebaya. Kelompok sebaya ini mempunyai peranan penting terhadap aktivitas, minat, dan prestasi akademik mereka, seperti dikemukakan oleh Ballantine sebagai berikut:
“Students belong to peer groups which have great influence over their activities, interest, and academic success”. Burton Clark & Martin Trow menggolongkan kelompok. sebaya mahasiswa menjadi empat kategori sebagai berikut:
Collegiate adalah kelompok sebaya mahasiswa yang suka kepada olahraga, pacaran, berhura-hura, dan umumnya berada.
Vocational adalah kelompok sebaya mahasiswa yang mempersiapkan diri pada pekerjaau, tidak suka omong kosong, kurang mampu dalam finansial, sebagian sudah bekerja dan sudah menikah.
Academic adalah kelompok sehaya mahasiswa yang menonjol secara intelektual, mengadakan identifikasi dengan Tosennya, banyak menggunakan waktunya di perpustakaan Gan laboratorium, dan telah merencanakan kelulusannya n karier profesionalnya.
Non-cosformist. Kelompok sebaya ini terdiri ata, beberapa macam tipe, yaitu yang secara intelektual agresif yang mencari identitas dirinya, dan suka memberontak.
Dengan munculnya kelompok mahasiswa radikal akhir- akhir ini maka jenis kelompok sebaya mahasiswa yang baru ini tidak dapat secara tepat dimasukkan ke dalam salah satu kategori tersebut di atas. Dan hasil studinya Philip Jacob menyimpulkan, bahwa pengalaman studi di perguruan Tinggi kecil saja pengaruhnya terhadap sistem nilai para mahasiswa, tetapi justru pengaruh kelompok sebaya lebih besar.
PROSES SOSIALISASI SISWA DAN KELUARGA
KELUARGA DAN SOSIALISASI
Menurut Bureau of the Cencus Amerika Serikat, keluarga ialah a group of two or more persons residing together who are related by blood, marriage, or adoption. Batasan yang pada hakikatnya sama dikemukakan oleh A.M. ROSE. Menurut beliau a family is a group of interacting persons who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage, and/or adoption. Menurut kedua batasan tersebut, keluarga ialahkelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi.
Dari beberapa definisi tersebut dapatlah di rumuskan pengertian keluarga itu adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab. Hubungan sosial antara anggota keluarga relative tetap dan di dasarkan atas ikatan darah. Fungsi keluarga ialah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.
Perubahan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi sosial keluarga dalam pendidikan.
Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi pendidikan. Fungsi pendidikan keluarga ini telah mengalami banyak perubahan. Secara informal fungsi pendidikan keluarga masih tetap penting, namun secara formal fungsi pendidikan ini telah diambil alih oleh sekolah. Proses pendidikan di sekolah menjadi makin lama (dari Taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi) dan pengaruhnya menjadi makin penting. Apabila dahulu fungsi sekolah terbatas pada pendidikan intelek, maka kecenderungan sekarang pendidikan sekolah di arahkan kepada anak sebagai pribadi. Guru dengan bantuan counselor, school worker bersama-sama membantu anak agar berhasil menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Keluarga mengatur dan menjadi perantara hubungan anggota-anggotanya dengan dunia luar. Dalam hubungan ini dapat di bedakan duabmacam corak keluarga yaitu keluarga terbuka dan keluarga tertutup.
- Keluarga terbuka
Keluarga yang mendorong anggota-anggotanya untuk bergaul dengan masyarakat luas. Anak bebas bergaul dengan teman-temannya. Ayah dan ibu banyak mempunyai kenalan. Keluarga terbuka bagi tamu. Anggota keluarga mempunyai perhatian masalah-masalah kemasyarakatan. Keluarga yang bersifat terbuka lebih sedikit mengalami ketegangan-ketegangan daripada keluarga bersifat tertutup, karena pergaulan dengan dunia luar dapat menghilangkan atau mengurangi beban-beban emosional.
- Keluarga tertutup
Keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan orang luar. Keluarga tertutup menghadapi orang luar dengan kecurigaan. Hubungan sosial yang intim, kecintaan, afeksi, terbatas dalam lingkungan keluarga sendiri. Karena tekanan-tekanan batin tidak dapat disalurkan ke luar dalam hubungan sosial dengan dunia luar, maka kemarahan, kekecewaan ditumpahkan kepada keluarga sendiri. Tetapi keluarga tertutup lebih intim dan kompak.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak, ialah :
- Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota-anggotanya berinteraksi face to face secara tetap, dalam kelompok yang demikian perkembangan anak dapat di ikuti dengan seksama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
- Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami-istri. Anak merupakan perluasan biologi dan sosial orang tuanya. Motivasi yang kuat ini melahirkan hubungan emosional antara orang tua dengan anak. Penelitian-penelitian membuktikan, bahwa hubungan emosional lebih berarti dan efektif dari pada hubungan intelektual, dalam proses sosialisasi.
- Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relative tetap, maka orang tua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak
Beberapa masyarakat telah mengadakan eksperimen yang bertujuan mengganti peranan keluarga terhadap sosialisasi anak. Eksperimen-eksperimen sosialisasi di luar lingkungan keluarga kadang-kadang tampak berhasil untuk sementara waktu, namundalam jangka panjang eksperimen semacam itu selalu mengalami kegagalan. Pengaruh yang bersifat kompleks dan harus dialami oleh anak-anak sosialisasinya dalam keluarga sulit atau tidak mungkin ditiru oleh institusi sosial yang lain.
Sosialisasi dalam keluarga mempunyai tujuan sosialisasi seperti mengerjakan bermacam-macam keterampilan, telah menjadi tugas sekolah atau institusi sosial yang lain. Dalam lingkungan keluarga terdapat tiga tujuan sosialisasi, yaitu orang tua mengajarkan kepada anaknya tentang penguasaan diri, nilai-nilai dan peranan-peranan sosial.
- Penguasaan diri
Masyarakat menuntut penguasaan diri pada anggota-anggotanya. Proses mengajar anak untuk menguasai diri ini di mulai pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihannya sendiri. Ini merupakan tuntutan sosial pertama yang di alami oleh anak untuk latihan penguasaan diri. Tuntutan penguasaan diri ini berkembang dan yang bersifat fisik kepada penguasaan diri secara emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara-saudaranya. Tuntutan sosial yang menuntut agar anak menguasai diri merupakan pelajaran yang berat bagi anak.
- Nilai-nilai
Bersamaan dengan latihan penguasaan diri ini kepada anak diajarkan nilai-nilai. Sambil melatih anak menguasai diri agar permainannya dapat dipinjamkan kepada temannya, kepadanya diajarkan nilai kerja sama. Sambil mengajarkan anak menguasai diri agar tidak bermain-main dahulu sebelum menyelesaikan pekerjaan rumahnya, kepadanya diajarkan tentang nilai sukses dalam pekerjaan. Penelitian-penelitian menunjjukan, bahwa keluarga memegang peranan terpenting dalam menanamkan nilai-nilai itu.
- Peranan-peranan sosial
Mempelajari peranan-peranan sosial ini terjadi melalui interaksi sosial dalam keluarga. Setelah dalam diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Dia mempelajari peranannya sebagai anak, sebagai saudara (kakak/adik), sebagai laki-laki/perempuan, dan sebagainya. Proses mempelajari peranan-peranan sosial ini kemudian dilanjutkan di lingkungan kelompok sebaya, sekolah perkumpulan-perkumpulan, dan sebagainya.
Salah satu segi terpenting dalam proses sosialisasi itu adalah bagaimana memberikan motivasi kepada anak agar dia mau mempelajari pola-pola tingkah laku yang diajarkan kepadanya. Motivasi itu dibedakan menjadi dua tipe, yaitu ganjaran dan hukuman. Apabila proses sosialisasi itu lebih mendasarkan diri pada penggunaan ganjaran dalam motivasi, ini disebut sosialisasi positif atau partisipatif. Sebaliknya apabila dalam proses sosialisasi itu penggunaan hukuman lebih ditekankan, maka proses itu disebut sosialisasi negative atau represif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H