Prinsip utama Stoicisme adalah fokus pada apa yang bisa kita kendalikan, seperti usaha, sikap, dan reaksi terhadap situasi. Dalam konteks mahasiswa, ini berarti mengambil tanggung jawab penuh atas proses belajar, termasuk membuat jadwal belajar, mengelola waktu dengan baik, dan mempersiapkan diri untuk ujian dengan maksimal.
Sebagai contoh, jika seorang mahasiswa gagal dalam ujian, alih-alih menyalahkan dosen atau keadaan, ia dapat mengevaluasi strategi belajarnya dan membuat perbaikan untuk kesempatan berikutnya. Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya meningkatkan peluang sukses, tetapi juga membangun karakter yang bertanggung jawab.
2. Menerima Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan, termasuk dalam dunia akademis. Perubahan kurikulum, masalah keluarga, atau kejadian tak terduga lainnya sering kali memengaruhi studi. Stoicisme mengajarkan pentingnya menerima ketidakpastian ini dengan tenang dan mencari solusi yang pragmatis.
Misalnya, ketika seorang mahasiswa mendapati tugas mendadak yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, alih-alih panik, ia dapat menyusun prioritas dan bekerja secara terstruktur. Dengan cara ini, tantangan tersebut dapat diatasi tanpa stres yang berlebihan.
3. Melatih Refleksi Diri
Refleksi diri adalah praktik penting dalam Stoicisme. Mahasiswa dapat meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan tindakan mereka, mengevaluasi apa yang telah dicapai, dan merencanakan perbaikan untuk ke depan. Praktik ini bisa dilakukan melalui jurnal harian, di mana mereka mencatat pelajaran yang didapat, tantangan yang dihadapi, dan strategi yang dapat diterapkan.
4. Menghindari Emosi Berlebihan
Emosi seperti kemarahan, kecemasan, dan iri hati sering kali muncul dalam kehidupan mahasiswa, terutama saat menghadapi tekanan atau persaingan. Stoicisme mengajarkan bahwa emosi berlebihan adalah hasil dari persepsi yang keliru. Dengan belajar mengendalikan emosi, mahasiswa dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dan rasional.
Sebagai contoh, ketika seorang teman mendapatkan prestasi yang lebih baik, mahasiswa yang bijaksana tidak akan merasa iri, tetapi menjadikannya sebagai motivasi untuk bekerja lebih keras.
Studi Kasus: Praktik Stoicisme dalam Kehidupan Mahasiswa